Jakarta (ANTARA) - Dapur sebuah kafe and resto di Jakarta menjadi adegan awal The Pretty Boys, sebuah film drama komedi dengan sentuhan musikal yang tayang perdana secara nasional mulai 19 September 2019.
Di dapur itu, Deddy Mahendra Desta (Rahmad) dan Vincent Ryan Rompies (Anugerah) menjadi koki. Ini nampaknya pekerjaan pertama mereka berdua setelah memutuskan pergi meninggalkan kampung halaman untuk menjadi presenter terkenal di ibu kota Jakarta. Bersama mereka ada koki perempuan bernama Asty, diperankan Danilla Riyadi.
Sebagai film komedi, banyolan-banyolan yang dilontarkan duo koki yang punya mimpi besar masuk televisi ini harus diakui kurang menarik, terbukti dari respons negatif pemilik televisi kabel (berbayar) yang mereka kira bos besar stasiun televisi swasta nasional, dan juga reaksi diam 20-an penonton di Theater 3 Ambon City Center di kawasan Passo, Kota Ambon, Sabtu (21/9) malam.
Usaha Rahmad dan Anugerah untuk meningkatkan ekonomi kehidupan mereka cukup tergambar ketika rela menjadi "robot-robotan" sebuah diler kendaraan.
Baca juga: Danilla pilih-pilih peran untuk film layar lebar
Anugerah sempat putus asa dan hendak kembali ke kampung, tetapi batal saat mengingat betapa ayahnya, Pak Jono (Roy Marten), begitu keras menentang cita-citanya yang ingin menjadi seorang penghibur.
Rahmad dan Anugerah boleh dibilang punya latar belakang kehidupan masa kecil tidak menyenangkan. Kedua orang tua Rahmad sudah meninggal dunia, sedangkan Anugerah harus kehilangan ibundanya yang memilih berpisah dari ayahnya.
Percekcokan sengit Anugerah dan Pak Jono menjadi pemicu berangkatnya duo Rahmad-Anugerah ke ibu kota Jakarta.
Karya perdana
The Pretty Boys merupakan karya perdana rumah produksi baru The Pretty Boys Pictures yang didirikan Desta dan Vincent, bekerja sama dengan Anami Film (Aib:#Cyberbully).
Sebagai produser, dua presenter kondang yang sama-sama pernah "ngeband" dengan Lembu di Clubeighties ini boleh dibilang memilih cerita film yang sesuai dengan keahlian mereka sebagai presenter atau pembawa acara dan sekaligus komedian.
Betapa pun, isi cerita film itu 75 persen berkisah tentang acara perbincangan (talk show) "Kembang Gula", lengkap dengan kesibukan dan perilaku orang-orang di belakang panggung maupun romantikanya.
"Kembang Gula" dangan yel manis-manis ini menjadi titik lepas landas Rahmad dan Anugerah menuju puncak karir yang mereka cita-citakan sejak masih tinggal di desa.
Bermula dari sekadar cari uang sebagai penonton bayaran, keduanya akhirnya didapuk menjadi pembaca acara (host) utama program para lekong atau kaum banci tersebut.
Baca juga: Imam Darto tuangkan realita pertelevisian di skenario "Pretty Boys"
Sesuai judulnya yang bermakna Pemuda-Pemuda Cantik, Desta dan Vincent yang "macho" harus rela dipermak hingga tampil cantik dan menawan.
Berkat kepiawaian mereka berdua sebagai komedian, acara itu pun meraih "rating" dan "share" luas biasa, dan itu mengantar keduanya pindah dari rumah susun yang kumuh ke sebuah apartemen mewah.
Rahmad pun terbuai dengan kehidupan glamor dan suka gonta-ganti pasangan. Ketenaran dan punya banyak uang memungkinkan dia menikmati itu semua, hingga persahabatannya dengan Anugerah harus pecah dan acara perbicangan "Kembang Gula" rusak total.
Selain menjadi debut Desta dan Vincent sebagai produser, film Pretty Boys juga menjadi karya pertama musisi dan penyanyi jazz Tompi sebagai sutradara film layar lebar.
Pria berasal dari Lhokseumauwe, Aceh yang juga berprofesi dokter bedah plastik ini sebelumnya pernah menyutradarai beberapa video klip musik, seperti Berubah (Naif) dan Song of Victory (Asian Para Games).
Satu hal yang menjadi catatan, Pretty Boys dari sisi cerita bisa mengingatkan pecinta film pada Tai Chi Master, karya Yuen Wooping dan dibintangi Jet Lee yang juga sebagai produsernya. Film produksi Hong Kong pada 1993 ini juga mengisahkan dua sahabat masa kecil yang merantau ke kota besar untuk mencari peruntungan.
Perbedaannya, persahabatan dalam Tai Chi Master berakhir pada pertarungan mati-hidup antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan dalam kisah Pretty Boys tidak demikian. Kendati sempat luluh lantak, sifat kasih dan siap mengaku salah kembali mempersatukan Rahmat dan Anugerah, juga Asty.
Dari sisi para pemain, pembuat Pretty Boys ada kemungkinan mengikuti jejak Sylvester Stallone dalam memproduksi "The Expendables" yang bertabur bintang.
Di samping Stallone sebagai produser merangkap penulis cerita (bersama David Callaham) dan sekaligus bintang utama, film "blockbuster" Hollywood pada 2010 itu, juga menghadirkan para aktor langganan pemeran utama. Sebut saja Jason Michael Statham (Transporter), Jet Lee, Dolph Lundgren (Rocky IV, Showdown in Little Tokyo), dan Mickey Rourke (9 1/2 Weeks, Angel Heart, Bullet), dan sebagainya.
Dalam Pretty Boys, para pemain yang dihadirkan juga orang-orang terkenal, meskipun bukan di dunia film layar lebar. Selain Desta dan Vincent, penonton bisa menikmati akting Tora Sudiro, Joe P-Project, Ferry Maryadi (host utama Kembang Gula sebelum digantikan oleh duo Ramhad-Anugerah), Najwa Shihab, dan Roy Marten.
Dan, mungkin karena sang sutradara adalah seorang musisi, di film berdurasi 100 menit itu penonton juga bisa melihat akting para penyanyi selain Danilla Riyadi, yakni Onadio Leonardo (mantan vokalis Killing Me Inside) sebagai koordinator penonton bayaran, dan Glenn Fredly yang hanya tampil sekira satu menit sebagai pengamen bersuara buruk sekali, setidaknya seperti ujaran kesal Desta yang terganggu tidurnya, "Jelek banget sih suara lo!"
Di dapur itu, Deddy Mahendra Desta (Rahmad) dan Vincent Ryan Rompies (Anugerah) menjadi koki. Ini nampaknya pekerjaan pertama mereka berdua setelah memutuskan pergi meninggalkan kampung halaman untuk menjadi presenter terkenal di ibu kota Jakarta. Bersama mereka ada koki perempuan bernama Asty, diperankan Danilla Riyadi.
Sebagai film komedi, banyolan-banyolan yang dilontarkan duo koki yang punya mimpi besar masuk televisi ini harus diakui kurang menarik, terbukti dari respons negatif pemilik televisi kabel (berbayar) yang mereka kira bos besar stasiun televisi swasta nasional, dan juga reaksi diam 20-an penonton di Theater 3 Ambon City Center di kawasan Passo, Kota Ambon, Sabtu (21/9) malam.
Usaha Rahmad dan Anugerah untuk meningkatkan ekonomi kehidupan mereka cukup tergambar ketika rela menjadi "robot-robotan" sebuah diler kendaraan.
Baca juga: Danilla pilih-pilih peran untuk film layar lebar
Anugerah sempat putus asa dan hendak kembali ke kampung, tetapi batal saat mengingat betapa ayahnya, Pak Jono (Roy Marten), begitu keras menentang cita-citanya yang ingin menjadi seorang penghibur.
Rahmad dan Anugerah boleh dibilang punya latar belakang kehidupan masa kecil tidak menyenangkan. Kedua orang tua Rahmad sudah meninggal dunia, sedangkan Anugerah harus kehilangan ibundanya yang memilih berpisah dari ayahnya.
Percekcokan sengit Anugerah dan Pak Jono menjadi pemicu berangkatnya duo Rahmad-Anugerah ke ibu kota Jakarta.
Karya perdana
The Pretty Boys merupakan karya perdana rumah produksi baru The Pretty Boys Pictures yang didirikan Desta dan Vincent, bekerja sama dengan Anami Film (Aib:#Cyberbully).
Sebagai produser, dua presenter kondang yang sama-sama pernah "ngeband" dengan Lembu di Clubeighties ini boleh dibilang memilih cerita film yang sesuai dengan keahlian mereka sebagai presenter atau pembawa acara dan sekaligus komedian.
Betapa pun, isi cerita film itu 75 persen berkisah tentang acara perbincangan (talk show) "Kembang Gula", lengkap dengan kesibukan dan perilaku orang-orang di belakang panggung maupun romantikanya.
"Kembang Gula" dangan yel manis-manis ini menjadi titik lepas landas Rahmad dan Anugerah menuju puncak karir yang mereka cita-citakan sejak masih tinggal di desa.
Bermula dari sekadar cari uang sebagai penonton bayaran, keduanya akhirnya didapuk menjadi pembaca acara (host) utama program para lekong atau kaum banci tersebut.
Baca juga: Imam Darto tuangkan realita pertelevisian di skenario "Pretty Boys"
Sesuai judulnya yang bermakna Pemuda-Pemuda Cantik, Desta dan Vincent yang "macho" harus rela dipermak hingga tampil cantik dan menawan.
Berkat kepiawaian mereka berdua sebagai komedian, acara itu pun meraih "rating" dan "share" luas biasa, dan itu mengantar keduanya pindah dari rumah susun yang kumuh ke sebuah apartemen mewah.
Rahmad pun terbuai dengan kehidupan glamor dan suka gonta-ganti pasangan. Ketenaran dan punya banyak uang memungkinkan dia menikmati itu semua, hingga persahabatannya dengan Anugerah harus pecah dan acara perbicangan "Kembang Gula" rusak total.
Selain menjadi debut Desta dan Vincent sebagai produser, film Pretty Boys juga menjadi karya pertama musisi dan penyanyi jazz Tompi sebagai sutradara film layar lebar.
Pria berasal dari Lhokseumauwe, Aceh yang juga berprofesi dokter bedah plastik ini sebelumnya pernah menyutradarai beberapa video klip musik, seperti Berubah (Naif) dan Song of Victory (Asian Para Games).
Satu hal yang menjadi catatan, Pretty Boys dari sisi cerita bisa mengingatkan pecinta film pada Tai Chi Master, karya Yuen Wooping dan dibintangi Jet Lee yang juga sebagai produsernya. Film produksi Hong Kong pada 1993 ini juga mengisahkan dua sahabat masa kecil yang merantau ke kota besar untuk mencari peruntungan.
Perbedaannya, persahabatan dalam Tai Chi Master berakhir pada pertarungan mati-hidup antara kebenaran dan kebatilan, sedangkan dalam kisah Pretty Boys tidak demikian. Kendati sempat luluh lantak, sifat kasih dan siap mengaku salah kembali mempersatukan Rahmat dan Anugerah, juga Asty.
Dari sisi para pemain, pembuat Pretty Boys ada kemungkinan mengikuti jejak Sylvester Stallone dalam memproduksi "The Expendables" yang bertabur bintang.
Di samping Stallone sebagai produser merangkap penulis cerita (bersama David Callaham) dan sekaligus bintang utama, film "blockbuster" Hollywood pada 2010 itu, juga menghadirkan para aktor langganan pemeran utama. Sebut saja Jason Michael Statham (Transporter), Jet Lee, Dolph Lundgren (Rocky IV, Showdown in Little Tokyo), dan Mickey Rourke (9 1/2 Weeks, Angel Heart, Bullet), dan sebagainya.
Dalam Pretty Boys, para pemain yang dihadirkan juga orang-orang terkenal, meskipun bukan di dunia film layar lebar. Selain Desta dan Vincent, penonton bisa menikmati akting Tora Sudiro, Joe P-Project, Ferry Maryadi (host utama Kembang Gula sebelum digantikan oleh duo Ramhad-Anugerah), Najwa Shihab, dan Roy Marten.
Dan, mungkin karena sang sutradara adalah seorang musisi, di film berdurasi 100 menit itu penonton juga bisa melihat akting para penyanyi selain Danilla Riyadi, yakni Onadio Leonardo (mantan vokalis Killing Me Inside) sebagai koordinator penonton bayaran, dan Glenn Fredly yang hanya tampil sekira satu menit sebagai pengamen bersuara buruk sekali, setidaknya seperti ujaran kesal Desta yang terganggu tidurnya, "Jelek banget sih suara lo!"