Sampit (ANTARA) - Kekurangan sarana pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah tidak hanya terjadi di desa-desa di kawasan pelosok, tetapi juga kawasan perkotaan.

"Seperti saat saya berkunjung ke SMP Negeri 4 Sampit, pihak sekolah di sana menyampaikan bahwa mereka masih kekurangan dua ruang kelas. Mereka juga membutuhkan sekitar 40 unit komputer untuk menunjang belajar mengajar," kata anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur Riskon Fabiansyah di Sampit, Rabu.

Informasi itu didapat Riskon saat melaksanakan reses perorangan ke daerah pemilihannya di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Usai melakukan pertemuan dengan masyarakat di Desa Telaga Baru, Riskon berkunjung ke SMPN 4 Sampit.

Riskon banyak berdiskusi dengan Kepala SMPN 4 Sampit Suyatmi dan guru lainnya. Banyak masukan dan aspirasi yang didapat dalam kunjungan tersebut, seraya melihat kondisi di sekolah tersebut.

Menurut Riskon, SMPN 4 Sampit salah satu sekolah favorit di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Saat ini jumlah si di sekolah itu sebanyak 786 orang dengan jumlah ruang kelas dimiliki sebanyak 23 ruang kelas sehingga masih kekurangan dua ruang kelas.

Sekolah tersebut juga membutuhkan 40 unit komputer untuk proses belajar mengajar, terlebih saat ini ujian nasional dilaksanakan secara online sehingga perangkat komputer tersebut sangat dibutuhkan agar sekolah itu bisa menyelenggarakan ujian nasional berbasis komputer secara mandiri.

Politisi muda Partai Golkar ini mendorong pemerintah kabupaten terus meningkatkan infrastruktur pendidikan. Tidak hanya melakukan pemerataan hingga ke kawasan pelosok, fasilitas pendidikan di kawasan perkotaan juga harus tetap menjadi perhatian.

Sesuai kondisi, banyaknya jumlah murid di sekolah-sekolah perkotaan membuat kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan juga tinggi. Pemenuhan fasilitas pendidikan harus mengimbangi meningkatnya kebutuhan.

Dalam hal ruang kelas, kata Riskon, pemerintah sudah mengatur batas maksimal dalam satu kelas. Jika dipaksakan melebihi kapasitas itu, proses belajar mengajar dikhawatirkan tidak optimal dan berdampak terhadap kualitas pendidikan.

Baca juga: DPRD Kotim dukung pengembangan pariwisata budaya
Baca juga: Legislator Kotim : Daerah penghasil rotan harus bersatu perjuangkan nasib petani

Menyikapi ini, Riskon berharap ada terobosan dan inovasi Komite Sekolah yag ada di Kotawaringin Timur. Komite Sekolah dituntut kreatif dalam hal pengawasan dan penggalangan sumbangan guna peningkatan sarana pendidikan, namun di sisi lain Komite Sekolah dihantui dengan penyimpangan atau pungutan liar yang ketika dilaporkan dampaknya bersinggungan dengan hukum.

"Bagaimana anak-anak kita bisa pintar kalau fasilitas pendidikannya saja tidak memadai. Bagaimana fasilitas pendidikan bisa terpenuhi kalau sedikit-sedikit dihantui dengan pungli," ujar Riskon.

Legislator yang akrab disapa Eko ini berharap bisa dirumuskan terobosan sehingga ada peran serta nyata perusahaan yang berinvestasi di Kotawaringin Timur membantu dunia pendidikan melalui CSR (corporate social responsibility) atau program tanggung jawab sosial perusahaan.

Perusahaan besar swasta juga berkepentingan membantu karena jika siswa dan siswi pintar, nantinya bisa menjadi tenaga terampil yang siap pakai oleh perusahaan, sehingga terjadi simbiosis mutualisme.

Baca juga: Begini reaksi wisatawan asing menyaksikan 'Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu'
Baca juga: Ferry Khaidir disambut hangat di Gerindra Kotim


Pewarta : Norjani
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024