Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 masih jauh dari selesai.
Ia meminta negara-negara di dunia untuk terus menemukan, mengisolasi, mengetes dan merawat setiap kasus serta melacak setiap kontak untuk memastikan tren penurunan kasus COVID-19 terus berlangsung.
Baca juga: WHO tak yakin antibodi beri perlindungan lawan infeksi ulang corona
"Saya ulangi, pandemi jauh dari selesai," kata Tedros dalam konferensi pers secara live streaming di Genewa, Swiss, yang diakses dari Jakarta, Senin malam.
Menurut dia, WHO masih prihatin terjadinya peningkatan kasus infeksi virus Corona tipe baru di sejumlah negara di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara di Asia. Banyak kasus yang tidak terlaporkan di wilayah tersebut disebabkan rendahnya kapasitas melakukan tes.
Karenanya WHO akan terus memberikan dukungan peningkatan kapasitas dan menyuplai peralatan uji tersebut melalui penerbangan solidaritas, dan lebih dari 40 negara di Afrika akan menerimanya.
Selain itu, Tedros juga mengatakan akan mengirim alat pelindung diri (APD) ke sekitar 105 negara dan perlengkapan laboratorium ke sekitar 127 negara. Bantuan-bantuan tersebut akan mulai dikapalkan minggu depan.
Estimasi kebutuhan tenaga medis juga dilakukan. WHO, ujar dia, berkomitmen melakukan apa saja untuk membantu, namun dirinya juga mengingatkan dukungan politik dan peran parlemen juga sangat penting bagi satu negara untuk dapat melawan pandemi COVID-19 tersebut.
"Besok saya akan berpartisipasi dalam webminar parlementarian yang dilakukan PBB untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan menghadapi wabah ini" ujar dia.
Untuk dapat mencegah wabah berikutnya, menurut Tedros, persatuan nasional menjadi dasar untuk solidaritas global. "Solidaritas, solidaritas, solidaritas. Kami akan mengatakan itu setiap hari".
Sebelumnya, ia juga mengatakan perihal pentingnya vaksin untuk mengontrol virus tersebut. Keberhasilan mengembangkan vaksin dan obat yang efektif untuk Ebola mengingatkan semua pentingnya nilai dari kolaborasi nasional dan internasional untuk mengembangkan vaksin COVID-19.
Pengembangan vaksin untuk COVID-19 dipercepat karena WHO dan sejumlah rekan sudah melakukan pengembangan vaksin untuk virus Corona lainnya termasuk SARS dan MERS. Impak dari SARS-CoV-2 tersebut sangat menjadi perhatian untuk pelayanan kesehatan lainnya, terutama untuk anak-anak.
Angka kerentanan anak-anak tertular COVID-19 dan menyebabkan kematian memang lebih rendah. Namun, menurut Tedros, anak-anak memiliki risiko tinggi dari penyakit lainnya yang dapat dicegah melalui vaksin.
"Ini adalah minggu imunisasi dunia. Imusasi adalah cerita sukses dari sejarah kesehatan dunia. Lebih dari 20 pernyakit dapat dicegah dengan vaksin, setiap tahun lebih dari 116 juta infan divaksinasi atau 86 persen bayi lahir yang lahir secara global," ujar dia.
Tapi masih ada 13 juta anak seluruh dunia yang terlewat dari vaksinasi. "Dan kita ketahui angkanya akan meningat karena COVID-19. Kampanye vaksin polio telah ditunda, di beberapa negara imunisasi rutin sedang dihentikan".
Bahkan ketika pelayanan vaksin beroperasi, beberapa orang tua dan walinya menghindari membawa anak-anak mereka untuk divaksinasi karena pertimbangan COVID-19.
Ia meminta negara-negara di dunia untuk terus menemukan, mengisolasi, mengetes dan merawat setiap kasus serta melacak setiap kontak untuk memastikan tren penurunan kasus COVID-19 terus berlangsung.
Baca juga: WHO tak yakin antibodi beri perlindungan lawan infeksi ulang corona
"Saya ulangi, pandemi jauh dari selesai," kata Tedros dalam konferensi pers secara live streaming di Genewa, Swiss, yang diakses dari Jakarta, Senin malam.
Menurut dia, WHO masih prihatin terjadinya peningkatan kasus infeksi virus Corona tipe baru di sejumlah negara di Afrika, Eropa Timur, Amerika Latin dan beberapa negara di Asia. Banyak kasus yang tidak terlaporkan di wilayah tersebut disebabkan rendahnya kapasitas melakukan tes.
Karenanya WHO akan terus memberikan dukungan peningkatan kapasitas dan menyuplai peralatan uji tersebut melalui penerbangan solidaritas, dan lebih dari 40 negara di Afrika akan menerimanya.
Selain itu, Tedros juga mengatakan akan mengirim alat pelindung diri (APD) ke sekitar 105 negara dan perlengkapan laboratorium ke sekitar 127 negara. Bantuan-bantuan tersebut akan mulai dikapalkan minggu depan.
Estimasi kebutuhan tenaga medis juga dilakukan. WHO, ujar dia, berkomitmen melakukan apa saja untuk membantu, namun dirinya juga mengingatkan dukungan politik dan peran parlemen juga sangat penting bagi satu negara untuk dapat melawan pandemi COVID-19 tersebut.
"Besok saya akan berpartisipasi dalam webminar parlementarian yang dilakukan PBB untuk memperkuat kesiapsiagaan dan ketahanan menghadapi wabah ini" ujar dia.
Untuk dapat mencegah wabah berikutnya, menurut Tedros, persatuan nasional menjadi dasar untuk solidaritas global. "Solidaritas, solidaritas, solidaritas. Kami akan mengatakan itu setiap hari".
Sebelumnya, ia juga mengatakan perihal pentingnya vaksin untuk mengontrol virus tersebut. Keberhasilan mengembangkan vaksin dan obat yang efektif untuk Ebola mengingatkan semua pentingnya nilai dari kolaborasi nasional dan internasional untuk mengembangkan vaksin COVID-19.
Pengembangan vaksin untuk COVID-19 dipercepat karena WHO dan sejumlah rekan sudah melakukan pengembangan vaksin untuk virus Corona lainnya termasuk SARS dan MERS. Impak dari SARS-CoV-2 tersebut sangat menjadi perhatian untuk pelayanan kesehatan lainnya, terutama untuk anak-anak.
Angka kerentanan anak-anak tertular COVID-19 dan menyebabkan kematian memang lebih rendah. Namun, menurut Tedros, anak-anak memiliki risiko tinggi dari penyakit lainnya yang dapat dicegah melalui vaksin.
"Ini adalah minggu imunisasi dunia. Imusasi adalah cerita sukses dari sejarah kesehatan dunia. Lebih dari 20 pernyakit dapat dicegah dengan vaksin, setiap tahun lebih dari 116 juta infan divaksinasi atau 86 persen bayi lahir yang lahir secara global," ujar dia.
Tapi masih ada 13 juta anak seluruh dunia yang terlewat dari vaksinasi. "Dan kita ketahui angkanya akan meningat karena COVID-19. Kampanye vaksin polio telah ditunda, di beberapa negara imunisasi rutin sedang dihentikan".
Bahkan ketika pelayanan vaksin beroperasi, beberapa orang tua dan walinya menghindari membawa anak-anak mereka untuk divaksinasi karena pertimbangan COVID-19.