Kuala Kapuas (ANTARA) - Tapai Amsterdam, yang merupakan tapai atau tape buatan warga Gang Sejahtera Rukun Tetangga 06, Desa Anjir Mambulau Barat, Kecamatan Kapuas Timur Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah, ternyata sudah dikenal sampai ke luar daerah.
“Tapai Amsterdam ini kepanjangan dari Anjir Serapat Dalam, merupakan tapai buatan masyarakat sekitar atau tapai buatan industri rumah tangga,” kata Camat Kapuas Timur, Ansari di Kuala Kapuas, Minggu.
Salah satu pembuat tapai Amsterdam yang masih tetap eksis hingga saat ini Sarinah, warga setempat. Dia bersama kakaknya bernama Syahrifah dan orangtuanya sudah puluhan tahun menggeluti pembuatan tapai, hingga saat ini.
Selain di Kota Kuala Kapuas, pemasaran tapai tersebut juga sudah menjangkau daerah lain, khususnya daerah tetangga seperti Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan Palangka Raya, Kalteng.
Tapai yang dibuat dua jenis, yakni tapai dari singkong dan beras ketan. Hasil olahannya dijual selain ke pasar Kota Kuala Kapuas dan daerah luar, juga melalui online. Namun terkadang tapai tidak sempat menjual ke pasar, karena banyaknya pesanan dari luar daerah seperti Palangka Rayaaya dan Banjarmasin.
“Pemerintah kecamatan sangat mendukung usaha-usaha maupun kerajinan olahan industri rumah tangga yang dilakukan masyarakat. Kita sudah memberikan surat izin usaha untuk mereka, agar mempermudah mereka mengembangkan usahanya,” ujarnya.
Ansari juga berharap pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat, dapat memberikan perhatian terhadap usaha-usaha maupun kerajinan industri rumah tangga yang digeluti oleh warganya.
Sarinah, salah satu perajin olahan Tapai Amsterdam mengaku, usaha industri rumah tangga yang digelutinya tersebut sudah puluhan tahun dan merupakan usaha turun-temurun.
“Harga tapai Amsterdam sendiri yang sudah dikemas ini dijual seharga Rp15 ribu per kemasan, baik tapai singkong maupun tapai beras ketan,” katanya.
Agar tapai tetap manis, maka dari segi kebersihan paling dijaga mulai dari membersihkan bahan seperti singkong maupun beras ketan itu sendiri. Untuk pengolahan tapai inipun, katanya, memakan waktu sampai dua hari, sehingga menghasilkan tapai yang benar-benar nyaman untuk dikonsumsi.
Sarinah mengatakan, untuk bahan seperti singkong maupun beras ketan sendiri, tidaklah sulit didapat. Begitu juga dengan bahan-bahan lainnya seperti ragi. Dalam sehari mengolah tapai amsterdam bisa mencapai enam hingga sepuluh kilogram, tergantung pesanan pembeli.
Baca juga: Penderita COVID-19 di Kapuas tersisa 14 orang
Baca juga: Bupati dorong masyarakat terlibat dalam 'food estate' di Kapuas
Baca juga: Satgas COVID-19 periksa pengguna kendaraan di perbatasan Kapuas
“Tapai Amsterdam ini kepanjangan dari Anjir Serapat Dalam, merupakan tapai buatan masyarakat sekitar atau tapai buatan industri rumah tangga,” kata Camat Kapuas Timur, Ansari di Kuala Kapuas, Minggu.
Salah satu pembuat tapai Amsterdam yang masih tetap eksis hingga saat ini Sarinah, warga setempat. Dia bersama kakaknya bernama Syahrifah dan orangtuanya sudah puluhan tahun menggeluti pembuatan tapai, hingga saat ini.
Selain di Kota Kuala Kapuas, pemasaran tapai tersebut juga sudah menjangkau daerah lain, khususnya daerah tetangga seperti Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan Palangka Raya, Kalteng.
Tapai yang dibuat dua jenis, yakni tapai dari singkong dan beras ketan. Hasil olahannya dijual selain ke pasar Kota Kuala Kapuas dan daerah luar, juga melalui online. Namun terkadang tapai tidak sempat menjual ke pasar, karena banyaknya pesanan dari luar daerah seperti Palangka Rayaaya dan Banjarmasin.
“Pemerintah kecamatan sangat mendukung usaha-usaha maupun kerajinan olahan industri rumah tangga yang dilakukan masyarakat. Kita sudah memberikan surat izin usaha untuk mereka, agar mempermudah mereka mengembangkan usahanya,” ujarnya.
Ansari juga berharap pemerintah kabupaten, provinsi maupun pusat, dapat memberikan perhatian terhadap usaha-usaha maupun kerajinan industri rumah tangga yang digeluti oleh warganya.
Sarinah, salah satu perajin olahan Tapai Amsterdam mengaku, usaha industri rumah tangga yang digelutinya tersebut sudah puluhan tahun dan merupakan usaha turun-temurun.
“Harga tapai Amsterdam sendiri yang sudah dikemas ini dijual seharga Rp15 ribu per kemasan, baik tapai singkong maupun tapai beras ketan,” katanya.
Agar tapai tetap manis, maka dari segi kebersihan paling dijaga mulai dari membersihkan bahan seperti singkong maupun beras ketan itu sendiri. Untuk pengolahan tapai inipun, katanya, memakan waktu sampai dua hari, sehingga menghasilkan tapai yang benar-benar nyaman untuk dikonsumsi.
Sarinah mengatakan, untuk bahan seperti singkong maupun beras ketan sendiri, tidaklah sulit didapat. Begitu juga dengan bahan-bahan lainnya seperti ragi. Dalam sehari mengolah tapai amsterdam bisa mencapai enam hingga sepuluh kilogram, tergantung pesanan pembeli.
Baca juga: Penderita COVID-19 di Kapuas tersisa 14 orang
Baca juga: Bupati dorong masyarakat terlibat dalam 'food estate' di Kapuas
Baca juga: Satgas COVID-19 periksa pengguna kendaraan di perbatasan Kapuas