Kuala Kurun (ANTARA) - Komunitas perajin alat musik tradisional Kecapi Tingang di Kelurahan Tampang Tumbang Anjir, Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, berkreasi membuat jam dengan desain kacapi atau kecapi.
Ketua Komunitas Kacapi Tingang Harmuda di Kelurahan Tampang Tumbang Anjir, Sabtu, mengatakan bahwa jam dengan desain kecapi ini merupakan kreasi yang baru bagi komunitas tersebut.
“Awalnya ada saran dari sejumlah pejabat agar membuat jam dengan desain kecapi. Bulan Agustus 2020 lalu, seorang pejabat memesan jam dengan desain kecapi, dia membawakan langsung bahan-bahannya,” ucap Harmuda.
Dia pun langsung mengerjakan pesanan jam dengan desain kecapi tersebut. Dalam waktu dua hari, jam dengan desain kecapi dari bahan triplek selesai dibuat, dan diserahkan kepada pejabat yang bersangkutan.
Hal itu yang membuatnya bertekad untuk menciptakan jam dengan desain kecapi. Hanya saja, untuk desain masih dirancang agar lebih baik dan dapat diterima oleh masyarakat umum.
“Ada dua buah jam dengan desain kecapi yang sudah saya buat. Satu pesanan dari pejabat tadi, sedangkan satu lagi saya simpan di rumah. Namun rencananya masih akan saya sempurnakan,” paparnya.
Secara pribadi, dia ingin membuat jam dengan desain kecapi dari kayu, seperti biasanya dia membuat kecapi. Hanya saja, jika dibuat dari bahan kayu maka harganya akan lebih mahal dibandingkan dari bahan triplek.
Untuk ukuran yang ideal juga masih dipikirkan, karena dia ingin jam desain kecapi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum maupun pejabat.
"Jika saya buat dari bahan kayu, seperti membuat kacapi yang biasa, harganya juga akan lebih mahal. Besar kecilnya juga mempengaruhi, ini yang masih saya pikirkan agar tidak memberatkan pembeli," bebernya.
Menurut dia, penyempurnaan jam dengan desain kecapi akan diteruskan lagi dalam waktu dekat, mengingat saat ini dia masih mengerjakan beberapa pesanan kecapi dari berbagai daerah.
Lebih lanjut, pada awal terjadinya pandemi virus corona atau COVID-19 penjualan alat musik tradisional di Komunitas Kecapi Tingang sempat terdampak, yakni terjadi penurunan sekitar 50 persen.
Sejak Agustus 2020 lalu, sambung dia, pemesanan alat musik tradisional khususnya kecapi mulai membaik. Pesanan tidak hanya datang dari Gumas, namun juga dari kabupaten lain di Kalteng, bahkan dari Kalimantan Selatan.
“Saat ini pesanan terhadap kecapi kembali muncul. Jika pesanan ini sudah selesai saya kerjakan baru saya konsentrasi untuk menyempurnakan jam dengan desain kecapi,” demikian Harmuda.
Baca juga: Kecintaan terhadap batik harus ditanamkan sejak dini, kata Legislator Gumas
Baca juga: Musim tanam Okmar di Gumas ditargetkan 1.300 hektare
Baca juga: DPU Gumas diminta aktif awasi pengerjaan proyek multiyears
Ketua Komunitas Kacapi Tingang Harmuda di Kelurahan Tampang Tumbang Anjir, Sabtu, mengatakan bahwa jam dengan desain kecapi ini merupakan kreasi yang baru bagi komunitas tersebut.
“Awalnya ada saran dari sejumlah pejabat agar membuat jam dengan desain kecapi. Bulan Agustus 2020 lalu, seorang pejabat memesan jam dengan desain kecapi, dia membawakan langsung bahan-bahannya,” ucap Harmuda.
Dia pun langsung mengerjakan pesanan jam dengan desain kecapi tersebut. Dalam waktu dua hari, jam dengan desain kecapi dari bahan triplek selesai dibuat, dan diserahkan kepada pejabat yang bersangkutan.
Hal itu yang membuatnya bertekad untuk menciptakan jam dengan desain kecapi. Hanya saja, untuk desain masih dirancang agar lebih baik dan dapat diterima oleh masyarakat umum.
“Ada dua buah jam dengan desain kecapi yang sudah saya buat. Satu pesanan dari pejabat tadi, sedangkan satu lagi saya simpan di rumah. Namun rencananya masih akan saya sempurnakan,” paparnya.
Secara pribadi, dia ingin membuat jam dengan desain kecapi dari kayu, seperti biasanya dia membuat kecapi. Hanya saja, jika dibuat dari bahan kayu maka harganya akan lebih mahal dibandingkan dari bahan triplek.
Untuk ukuran yang ideal juga masih dipikirkan, karena dia ingin jam desain kecapi tersebut dapat diterima oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik masyarakat umum maupun pejabat.
"Jika saya buat dari bahan kayu, seperti membuat kacapi yang biasa, harganya juga akan lebih mahal. Besar kecilnya juga mempengaruhi, ini yang masih saya pikirkan agar tidak memberatkan pembeli," bebernya.
Menurut dia, penyempurnaan jam dengan desain kecapi akan diteruskan lagi dalam waktu dekat, mengingat saat ini dia masih mengerjakan beberapa pesanan kecapi dari berbagai daerah.
Lebih lanjut, pada awal terjadinya pandemi virus corona atau COVID-19 penjualan alat musik tradisional di Komunitas Kecapi Tingang sempat terdampak, yakni terjadi penurunan sekitar 50 persen.
Sejak Agustus 2020 lalu, sambung dia, pemesanan alat musik tradisional khususnya kecapi mulai membaik. Pesanan tidak hanya datang dari Gumas, namun juga dari kabupaten lain di Kalteng, bahkan dari Kalimantan Selatan.
“Saat ini pesanan terhadap kecapi kembali muncul. Jika pesanan ini sudah selesai saya kerjakan baru saya konsentrasi untuk menyempurnakan jam dengan desain kecapi,” demikian Harmuda.
Baca juga: Kecintaan terhadap batik harus ditanamkan sejak dini, kata Legislator Gumas
Baca juga: Musim tanam Okmar di Gumas ditargetkan 1.300 hektare
Baca juga: DPU Gumas diminta aktif awasi pengerjaan proyek multiyears