Sampit (ANTARA) - Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke-52 tingkat Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, tetap dilaksanakan sesuai jadwal yakni pada 6 hingga 8 Februari nanti.
"Pembukaan rencananya tetap sesuai jadwal yaitu tanggal 6 Februari. Saat ini persiapan terus dilakukan di lapangan," kata Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur, Raihansyah di Sampit, Senin.
MTQ ke-52 Kotawaringin Timur dilaksanakan di Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai. Berdasarkan aplikasi pencarian, Desa Tumbang Penyahuan berjarak sekitar 181 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 21 menit.
Raihansyah mendapat tugas menyiapkan semua keperluan di lokasi utama, seperti panggung dan lainnya. Untuk itulah, setelah menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan di kecamatan tersebut, Raihansyah langsung ke lokasi MTQ untuk melihat perkembangan persiapan di lokasi kegiatan.
Pelaksanaan MTQ tahun ini dipastikan berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pandemi COVID-19 yang masih terjadi membuat pelaksanaan MTQ wajib menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan virus mematikan itu.
Dampaknya, kegiatan dilaksanakan secara terbatas, mulai dari jumlah peserta tiap kafilah dan rombongan dari masing-masing kecamatan, teknis pelaksanaan masing-masing lomba, hingga rangkaian acara keseluruhan.
Meski begitu, gelaran tahunan ini akan diupayakan tetap meriah meski di tengah pembatasan. Pelaksanaannya diharapkan berjalan lancar, sukses dan memberi kesan yang berharga bagi semua yang hadir.
Terlebih bagi Bupati Supian Hadi dan Wakil Bupati Muhammad Taufiq Mukri atau akrab disapa pasangan Sahati, MTQ ini akan menjadi MTQ terakhir di era kepemimpinan mereka selama dua periode yang akan berakhir pada 17 Februari nanti.
"Untuk persiapan di lapangan, khususnya lokasi utama sudah kurang lebih 30 persen. Konsepnya mengangkat bentuk masjid dengan motif kearifan lokal," ujar Raihansyah.
Baca juga: Ini alasan MTQ Kotim digelar di pelosok
Sebelumnya, Bupati Supian Hadi mengaku mempunyai alasan khusus tidak menggelar MTQ tingkat kabupaten pada tahun ini di kecamatan dekat kota, tetapi lebih memilih melaksanakannya di kawasan pelosok.
"Saya meminta MTQ terakhir di masa pemerintahan saya ini dilaksanakan di Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai karena secara politis dampaknya juga untuk memperbaiki jalan-jalan antardesa di kecamatan tersebut," kata Supian.
Infrastruktur di wilayah utara memang masih terbatas dan masih banyak jalan belum beraspal. Tidak menutup kemungkinan waktu tempuh bisa lebih lama jika terjadi hujan sehingga membuat jalan menjadi licin dan berlumpur.
Pelaksanaan MTQ di kawasan pelosok itu juga menjadi alasan bagi Supian untuk meminta bantuan perusahaan besar swasta di kawasan itu untuk memperbaiki kerusakan jalan. Setidaknya, jalan menjadi lebih lancar dan nyaman digunakan saat kafilah dari 16 kecamatan lainnya menuju Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai.
Harapan ini direspons dengan baik oleh kalangan dunia usaha. Ada sekitar 32 perusahaan besar yang menyatakan kesiapannya membantu perbaikan, pelebaran dan pembukaan jalan di Kotawaringin Timur, khususnya di kawasan pelosok, termasuk di Bukit Santuai dan sekitarnya.
Jumat (22/1) lalu sebagian pimpinan perusahaan sudah menandatangani kesepakatan untuk membantu perbaikan jalan tersebut. Bahkan, sebagian perusahaan sudah langsung melaksanakan perbaikan di lapangan.
"Jadi, selain untuk kelancaran MTQ, ini juga manfaatnya untuk masyarakat luas. Saya minta akhir Januari ini sudah selesai. Nanti tanggal 2 Februari saya akan mengecek ke sana," demikian Supian.
Baca juga: Ketua DPRD Kotim sarankan penyelesaian masalah kedepankan koordinasi
"Pembukaan rencananya tetap sesuai jadwal yaitu tanggal 6 Februari. Saat ini persiapan terus dilakukan di lapangan," kata Kepala Bagian Umum Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur, Raihansyah di Sampit, Senin.
MTQ ke-52 Kotawaringin Timur dilaksanakan di Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai. Berdasarkan aplikasi pencarian, Desa Tumbang Penyahuan berjarak sekitar 181 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 21 menit.
Raihansyah mendapat tugas menyiapkan semua keperluan di lokasi utama, seperti panggung dan lainnya. Untuk itulah, setelah menghadiri Musyawarah Perencanaan Pembangunan di kecamatan tersebut, Raihansyah langsung ke lokasi MTQ untuk melihat perkembangan persiapan di lokasi kegiatan.
Pelaksanaan MTQ tahun ini dipastikan berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pandemi COVID-19 yang masih terjadi membuat pelaksanaan MTQ wajib menerapkan protokol kesehatan secara ketat untuk mencegah penularan virus mematikan itu.
Dampaknya, kegiatan dilaksanakan secara terbatas, mulai dari jumlah peserta tiap kafilah dan rombongan dari masing-masing kecamatan, teknis pelaksanaan masing-masing lomba, hingga rangkaian acara keseluruhan.
Meski begitu, gelaran tahunan ini akan diupayakan tetap meriah meski di tengah pembatasan. Pelaksanaannya diharapkan berjalan lancar, sukses dan memberi kesan yang berharga bagi semua yang hadir.
Terlebih bagi Bupati Supian Hadi dan Wakil Bupati Muhammad Taufiq Mukri atau akrab disapa pasangan Sahati, MTQ ini akan menjadi MTQ terakhir di era kepemimpinan mereka selama dua periode yang akan berakhir pada 17 Februari nanti.
"Untuk persiapan di lapangan, khususnya lokasi utama sudah kurang lebih 30 persen. Konsepnya mengangkat bentuk masjid dengan motif kearifan lokal," ujar Raihansyah.
Baca juga: Ini alasan MTQ Kotim digelar di pelosok
Sebelumnya, Bupati Supian Hadi mengaku mempunyai alasan khusus tidak menggelar MTQ tingkat kabupaten pada tahun ini di kecamatan dekat kota, tetapi lebih memilih melaksanakannya di kawasan pelosok.
"Saya meminta MTQ terakhir di masa pemerintahan saya ini dilaksanakan di Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai karena secara politis dampaknya juga untuk memperbaiki jalan-jalan antardesa di kecamatan tersebut," kata Supian.
Infrastruktur di wilayah utara memang masih terbatas dan masih banyak jalan belum beraspal. Tidak menutup kemungkinan waktu tempuh bisa lebih lama jika terjadi hujan sehingga membuat jalan menjadi licin dan berlumpur.
Pelaksanaan MTQ di kawasan pelosok itu juga menjadi alasan bagi Supian untuk meminta bantuan perusahaan besar swasta di kawasan itu untuk memperbaiki kerusakan jalan. Setidaknya, jalan menjadi lebih lancar dan nyaman digunakan saat kafilah dari 16 kecamatan lainnya menuju Desa Tumbang Penyahuan Kecamatan Bukit Santuai.
Harapan ini direspons dengan baik oleh kalangan dunia usaha. Ada sekitar 32 perusahaan besar yang menyatakan kesiapannya membantu perbaikan, pelebaran dan pembukaan jalan di Kotawaringin Timur, khususnya di kawasan pelosok, termasuk di Bukit Santuai dan sekitarnya.
Jumat (22/1) lalu sebagian pimpinan perusahaan sudah menandatangani kesepakatan untuk membantu perbaikan jalan tersebut. Bahkan, sebagian perusahaan sudah langsung melaksanakan perbaikan di lapangan.
"Jadi, selain untuk kelancaran MTQ, ini juga manfaatnya untuk masyarakat luas. Saya minta akhir Januari ini sudah selesai. Nanti tanggal 2 Februari saya akan mengecek ke sana," demikian Supian.
Baca juga: Ketua DPRD Kotim sarankan penyelesaian masalah kedepankan koordinasi