Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah akan mengalokasikan anggaran untuk membeli beras lokal saat harga sedang rendah sehingga petani tidak sampai merugi.
"Kita akan siapkan anggaran. Jadi kalau harga gabah atau beras sedang turun, pemerintah daerah yang membeli dan disimpan di Bulog. Ini supaya harga tetap stabil. Nanti kalau sudah naik, baru disalurkan," kata Halikinnor saat menghadiri panen raya di Kecamatan Kota Besi, Kamis.
Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Karya Mufakat, Sungai Sugih Kelurahan Kota Besi Hulu Kecamatan Kota Besi saat ini sedang panen raya. Ada 125 hektare sawah yang ada di kawasan itu.
Petani di kawasan ini cukup produktif karena mampu panen padi tiga kali dalam setahun. Setiap hektare sawah menghasilkan 6,5 ton gabah. Jenis padi yang mereka tanam yaitu varietas inpari 30, inpari 42, ciherang dan situ bagendit.
Halikinnor menyatakan komitmennya meningkatkan sektor pertanian. Selain mendorong peningkatan produksi, dia juga meminta petani terus meningkatkan kualitas produk, termasuk kemasan beras sehingga mudah dipasarkan.
Menurutnya, selama ini banyak beras yang dihasilkan petani Kotawaringin Timur dibeli oleh pengepul dari Kalimantan Selatan. Ironisnya, setelah beras tersebut dikemas dengan baik, pemasarannya sebagian ke Kalimantan Tengah, termasuk ke Kotawaringin Timur sendiri yang sebenarnya penghasil beras tersebut.
Diakuinya, masalah harga dan pemasaran menjadi pertimbangan petani sehingga sebagian menjual kepada pengepul atau tengkulak. Untuk itu pemerintah daerah berupaya mencarikan solusi permasalahan ini.
Baca juga: DPRD Kotim ingatkan koperasi jangan malah membebani masyarakat
Halikinnor berharap beras lokal Kotawaringin Timur bisa dikemas dengan baik dan menarik sehingga mudah dipasarkan secara luas. Peningkatan nilai keekonomian ini diharapkan berdampak baik terhadap penghasilan dan kesejahteraan petani.
Untuk membantu petani, saat ini ada 20 warga Kotawaringin Timur yang sedang menimba ilmu di Yogyakarta dengan dukungan pemerintah daerah. Setelah lulus, mereka nantinya menjadi penyuluh pertanian dan diharapkan bisa membantu petani dalam meningkatkan produksi pertanian.
Menurut Halikinnor, sektor pertanian terbukti mampu bertahan di berbagai situasi ekonomi, termasuk saat pandemi COVID-19 sekarang ini. Dia yakin sektor ini masih sangat prospektif dan tetap bisa menjadi salah satu sektor andalan untuk menopang perekonomian masyarakat.
"Untuk pemasaran beras lokal petani kita, nanti saya juga akan menyurati perusahaan perkebunan dan pertambangan agar membantu membeli beras petani lokal. Seperti di perkebunan sawit itu, satu divisi bisa sampai 6000 orang karyawan. Kalau mereka membeli, berapa besar hasil panen petani kita bisa terserap. Tetapi nanti petani juga harus konsisten karena kalau sudah kontrak itu, pasokannya harus terjamin. Tidak boleh kosong," demikian Halikinnor.
Baca juga: DPRD dorong PLN wujudkan Kotim terang hingga ke pelosok
"Kita akan siapkan anggaran. Jadi kalau harga gabah atau beras sedang turun, pemerintah daerah yang membeli dan disimpan di Bulog. Ini supaya harga tetap stabil. Nanti kalau sudah naik, baru disalurkan," kata Halikinnor saat menghadiri panen raya di Kecamatan Kota Besi, Kamis.
Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Karya Mufakat, Sungai Sugih Kelurahan Kota Besi Hulu Kecamatan Kota Besi saat ini sedang panen raya. Ada 125 hektare sawah yang ada di kawasan itu.
Petani di kawasan ini cukup produktif karena mampu panen padi tiga kali dalam setahun. Setiap hektare sawah menghasilkan 6,5 ton gabah. Jenis padi yang mereka tanam yaitu varietas inpari 30, inpari 42, ciherang dan situ bagendit.
Halikinnor menyatakan komitmennya meningkatkan sektor pertanian. Selain mendorong peningkatan produksi, dia juga meminta petani terus meningkatkan kualitas produk, termasuk kemasan beras sehingga mudah dipasarkan.
Menurutnya, selama ini banyak beras yang dihasilkan petani Kotawaringin Timur dibeli oleh pengepul dari Kalimantan Selatan. Ironisnya, setelah beras tersebut dikemas dengan baik, pemasarannya sebagian ke Kalimantan Tengah, termasuk ke Kotawaringin Timur sendiri yang sebenarnya penghasil beras tersebut.
Diakuinya, masalah harga dan pemasaran menjadi pertimbangan petani sehingga sebagian menjual kepada pengepul atau tengkulak. Untuk itu pemerintah daerah berupaya mencarikan solusi permasalahan ini.
Baca juga: DPRD Kotim ingatkan koperasi jangan malah membebani masyarakat
Halikinnor berharap beras lokal Kotawaringin Timur bisa dikemas dengan baik dan menarik sehingga mudah dipasarkan secara luas. Peningkatan nilai keekonomian ini diharapkan berdampak baik terhadap penghasilan dan kesejahteraan petani.
Untuk membantu petani, saat ini ada 20 warga Kotawaringin Timur yang sedang menimba ilmu di Yogyakarta dengan dukungan pemerintah daerah. Setelah lulus, mereka nantinya menjadi penyuluh pertanian dan diharapkan bisa membantu petani dalam meningkatkan produksi pertanian.
Menurut Halikinnor, sektor pertanian terbukti mampu bertahan di berbagai situasi ekonomi, termasuk saat pandemi COVID-19 sekarang ini. Dia yakin sektor ini masih sangat prospektif dan tetap bisa menjadi salah satu sektor andalan untuk menopang perekonomian masyarakat.
"Untuk pemasaran beras lokal petani kita, nanti saya juga akan menyurati perusahaan perkebunan dan pertambangan agar membantu membeli beras petani lokal. Seperti di perkebunan sawit itu, satu divisi bisa sampai 6000 orang karyawan. Kalau mereka membeli, berapa besar hasil panen petani kita bisa terserap. Tetapi nanti petani juga harus konsisten karena kalau sudah kontrak itu, pasokannya harus terjamin. Tidak boleh kosong," demikian Halikinnor.
Baca juga: DPRD dorong PLN wujudkan Kotim terang hingga ke pelosok