Sampit (ANTARA) - Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Hj Darmawati meminta aksi nyata perusahaan besar swasta membantu petani lokal dengan menyerap beras hasil panen mereka.
"Ini langkah nyata. Karyawan perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur ini ada puluhan ribu orang. Mereka pasti perlu beras untuk konsumsi. Kalau peduli ingin membantu petani lokal kita, tinggal diarahkan supaya mereka membela beras lokal. Kalau ini berjalan, saya yakin ini dampaknya akan sangat besar terhadap petani kita," kata Darmawati di Sampit, Jumat.
Saat ini petani Kotawaringin Timur sangat bersemangat mengembangkan usaha pertanian. Terlebih di tengah pandemi COVID-19 ini, sektor pertanian menjadi harapan bisa bertahan dan menyerap tenaga kerja.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, angka sementara tahun 2020 produksi beras daerah ini mencapai 48.548 ton, sedangkan kebutuhan beras masyarakat sebesar 41.424 ton sehingga surplus 7.124 ton. Sementara target produksi pada 2021 sebesar 82.136 ton gabah kering giling.
Produksi beras Kotawaringin Timur terus meningkat sehingga sudah seharusnya pemerintah memikirkan membantu pemasarannya. Sangat disayangkan jika pemerintah hanya mendorong peningkatan produksi namun tidak membantu pemasarannya.
Hingga saat ini masih banyak petani yang mengeluhkan pemasaran yang belum optimal. Sebagian dari mereka akhirnya menjual kepada tengkulak dari luar daerah meski risikonya adalah harga yang terbilang rendah.
Menurut Darmawati, pihak swasta juga bisa berperan membantu ini dengan menyerap beras dari petani lokal. Apalagi, beras hasil panen petani Kotawaringin Timur tersedia sesuai kebutuhan masyarakat, baik beras yang menghasilkan nasi pulen maupun kering.
"Soal teknisnya, pemerintah kabupaten bisa bekerjasama dengan perusahaan perkebunan. Selanjutnya pihak perkebunan membeli beras dari petani lokal kemudian disalurkan kepada karyawan, bisa pula melalui koperasi di perusahaan," tambah Darmawati.
Baca juga: Kasus kematian penderita COVID-19 di Kotim melonjak
Saat ini ada lebih dari 50 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur. Selain itu juga ada perusahaan kehutanan, pertambangan, sektor jasa dan lainnya.
Jika setiap perusahaan peduli dengan membantu membeli beras dari petani lokal, maka serapan yang maksimal akan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan petani, serta profesi ikutannya seperti pedagang, angkutan dan lainnya.
Tidak hanya sektor swasta, pemerintah daerah sendiri juga harus melakukan aksi nyata menyerap beras hasil panen petani lokal. Langkah ini sudah seharusnya dilakukan untuk membantu petani dan menggerakkan sektor ekonomi ikutan di bidang pertanian.
"Jangan hanya mendorong petani meningkatkan produksi tapi pemasarannya tidak dibantu. Dulu sempat pemerintah daerah mengarahkan pegawai dan karyawan membeli beras lokal. Itu sudah bagus. Seharusnya dilanjutkan sehingga petani kita semakin bersemangat dan sejahtera," demikian Darmawati.
Sementara itu, saat panen raya di Sei Sugih Kelurahan Kota Besi Hulu Kecamatan Kota Besi, Camat Kota Besi Ninuk Muji Rahayu menyampaikan aspirasi petani setempat yang salah satunya masih adanya kendala sehingga petani setempat menjual hasil panen dalam bentuk gabah.
Harga jual gabah berkisar antara Rp5.000 sampai Rp6.000/kg, sedangkan dalam bentuk beras antara Rp10.000 hingga Rp12.000/kg. Perlu dukungan agar petani bisa memaksimalkan pemasaran beras sehingga pendapatan petani meningkat.
Baca juga: DPRD Kotim dorong ketegasan pemerintah daerah terhadap perusahaan abaikan plasma
"Ini langkah nyata. Karyawan perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur ini ada puluhan ribu orang. Mereka pasti perlu beras untuk konsumsi. Kalau peduli ingin membantu petani lokal kita, tinggal diarahkan supaya mereka membela beras lokal. Kalau ini berjalan, saya yakin ini dampaknya akan sangat besar terhadap petani kita," kata Darmawati di Sampit, Jumat.
Saat ini petani Kotawaringin Timur sangat bersemangat mengembangkan usaha pertanian. Terlebih di tengah pandemi COVID-19 ini, sektor pertanian menjadi harapan bisa bertahan dan menyerap tenaga kerja.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, angka sementara tahun 2020 produksi beras daerah ini mencapai 48.548 ton, sedangkan kebutuhan beras masyarakat sebesar 41.424 ton sehingga surplus 7.124 ton. Sementara target produksi pada 2021 sebesar 82.136 ton gabah kering giling.
Produksi beras Kotawaringin Timur terus meningkat sehingga sudah seharusnya pemerintah memikirkan membantu pemasarannya. Sangat disayangkan jika pemerintah hanya mendorong peningkatan produksi namun tidak membantu pemasarannya.
Hingga saat ini masih banyak petani yang mengeluhkan pemasaran yang belum optimal. Sebagian dari mereka akhirnya menjual kepada tengkulak dari luar daerah meski risikonya adalah harga yang terbilang rendah.
Menurut Darmawati, pihak swasta juga bisa berperan membantu ini dengan menyerap beras dari petani lokal. Apalagi, beras hasil panen petani Kotawaringin Timur tersedia sesuai kebutuhan masyarakat, baik beras yang menghasilkan nasi pulen maupun kering.
"Soal teknisnya, pemerintah kabupaten bisa bekerjasama dengan perusahaan perkebunan. Selanjutnya pihak perkebunan membeli beras dari petani lokal kemudian disalurkan kepada karyawan, bisa pula melalui koperasi di perusahaan," tambah Darmawati.
Baca juga: Kasus kematian penderita COVID-19 di Kotim melonjak
Saat ini ada lebih dari 50 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kotawaringin Timur. Selain itu juga ada perusahaan kehutanan, pertambangan, sektor jasa dan lainnya.
Jika setiap perusahaan peduli dengan membantu membeli beras dari petani lokal, maka serapan yang maksimal akan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan petani, serta profesi ikutannya seperti pedagang, angkutan dan lainnya.
Tidak hanya sektor swasta, pemerintah daerah sendiri juga harus melakukan aksi nyata menyerap beras hasil panen petani lokal. Langkah ini sudah seharusnya dilakukan untuk membantu petani dan menggerakkan sektor ekonomi ikutan di bidang pertanian.
"Jangan hanya mendorong petani meningkatkan produksi tapi pemasarannya tidak dibantu. Dulu sempat pemerintah daerah mengarahkan pegawai dan karyawan membeli beras lokal. Itu sudah bagus. Seharusnya dilanjutkan sehingga petani kita semakin bersemangat dan sejahtera," demikian Darmawati.
Sementara itu, saat panen raya di Sei Sugih Kelurahan Kota Besi Hulu Kecamatan Kota Besi, Camat Kota Besi Ninuk Muji Rahayu menyampaikan aspirasi petani setempat yang salah satunya masih adanya kendala sehingga petani setempat menjual hasil panen dalam bentuk gabah.
Harga jual gabah berkisar antara Rp5.000 sampai Rp6.000/kg, sedangkan dalam bentuk beras antara Rp10.000 hingga Rp12.000/kg. Perlu dukungan agar petani bisa memaksimalkan pemasaran beras sehingga pendapatan petani meningkat.
Baca juga: DPRD Kotim dorong ketegasan pemerintah daerah terhadap perusahaan abaikan plasma