Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, segera melakukan penanganan darurat abrasi di Pantai Ujung Pandaran, khususnya di sekitar makam atau kubah seorang ulama yang ada di pantai tersebut.
"Saya sudah meminta Dinas PUPR dan instansi terkait untuk memeriksa. Kita akan buat penahan gelombang supaya aman dari abrasi. Paling tidak di lokasi sekitar kubah itu dulu kita amankan," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Rabu.
Pantai Ujung Pandaran yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit merupakan objek wisata alam andalan Kotawaringin Timur karena pemandangannya yang indah. Di pantai itu juga terdapat objek wisata religi berupa kubah atau makam seorang ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Syekh Abu Hamid merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Bahkan mushalla yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, kini sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi yang dipicu kuatnya gelombang dari Laut Jawa menghantam pantai tersebut.
Baca juga: Masyarakat Kotim diimbau tidak abai meski penularan COVID-19 menurun
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kotawaringin Timur, Machmoer bersama timnya telah turun melihat kondisi abrasi di sekitar kubah tersebut pada Selasa (25/5). Tim didampingi Camat Teluk Sampit Juliansyah dan Kepala Desa Ujung Pandaran Aswin Nur.
Halikinnor mengatakan, penanganan abrasi memang harus secepatnya dilakukan agar kubah tersebut tidak sampai hancur akibat tergerus abrasi. Apalagi pemerintah akan menata kawasan kubah agar peziarah yang datang semakin nyaman.
"Kita ada rencana untuk memugar kubah itu dan nisannya akan diganti dengan marmer supaya bagus karena itu menjadi salah satu destinasi wisata yaitu wisata religi. Selama ini banyak peziarah dari luar daerah datang ke kubah yang merupakan zuriat Datu Kelampayan," ujar Halikinnor.
Halikinnor menambahkan, saat ini Pantai Ujung Pandaran telah dibuka kembali untuk wisatawan, namun tetap harus menjalankan protokol kesehatan. Saat libur Lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah lalu pantai itu sempat ditutup untuk mencegah kerumunan dan penularan COVID-19.
Baca juga: Bapemperda DPRD Kotim prioritaskan pembahasan Raperda Protokol Kesehatan
"Saya sudah meminta Dinas PUPR dan instansi terkait untuk memeriksa. Kita akan buat penahan gelombang supaya aman dari abrasi. Paling tidak di lokasi sekitar kubah itu dulu kita amankan," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Rabu.
Pantai Ujung Pandaran yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit merupakan objek wisata alam andalan Kotawaringin Timur karena pemandangannya yang indah. Di pantai itu juga terdapat objek wisata religi berupa kubah atau makam seorang ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.
Syekh Abu Hamid merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jalan menuju kubah sudah terputus oleh abrasi sehingga peziarah harus menggunakan perahu motor. Bahkan mushalla yang berjarak beberapa meter dari kubah tersebut, kini sudah ambruk akibat pondasinya ambles digerus abrasi yang dipicu kuatnya gelombang dari Laut Jawa menghantam pantai tersebut.
Baca juga: Masyarakat Kotim diimbau tidak abai meski penularan COVID-19 menurun
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kotawaringin Timur, Machmoer bersama timnya telah turun melihat kondisi abrasi di sekitar kubah tersebut pada Selasa (25/5). Tim didampingi Camat Teluk Sampit Juliansyah dan Kepala Desa Ujung Pandaran Aswin Nur.
Halikinnor mengatakan, penanganan abrasi memang harus secepatnya dilakukan agar kubah tersebut tidak sampai hancur akibat tergerus abrasi. Apalagi pemerintah akan menata kawasan kubah agar peziarah yang datang semakin nyaman.
"Kita ada rencana untuk memugar kubah itu dan nisannya akan diganti dengan marmer supaya bagus karena itu menjadi salah satu destinasi wisata yaitu wisata religi. Selama ini banyak peziarah dari luar daerah datang ke kubah yang merupakan zuriat Datu Kelampayan," ujar Halikinnor.
Halikinnor menambahkan, saat ini Pantai Ujung Pandaran telah dibuka kembali untuk wisatawan, namun tetap harus menjalankan protokol kesehatan. Saat libur Lebaran Idul Fitri 1442 Hijriah lalu pantai itu sempat ditutup untuk mencegah kerumunan dan penularan COVID-19.
Baca juga: Bapemperda DPRD Kotim prioritaskan pembahasan Raperda Protokol Kesehatan