Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Tengah per Maret 2021 sebanyak 140,04 ribu orang, turun sekitar 1,74 ribu jika dibandingkan September 2020 yang mencapai 141,78 orang.
"Periode Maret 2015 - Maret 2021 pun, tingkat kemiskinan di provinsi ni menunjukkan tren penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase," kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Kamis.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Kalteng yang mencapai 140,04 ribu pada Maret 2021, tersebar di perkotaan sebanyak 54,46 ribu dan di pedesaan 85,58 ribu. Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak terlepas dari perubahan nilai GK.
Eko mengatakan GK merupakan rata-rata pengeluaran per kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan
penduduk ke dalam golongan miskin atau tidak miskin. GK yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin Maret 2021 adalah Rp.506.982 kapita per bulan.
"Ada kenaikan 2,92 persen GK itu, yakni dari Rp492.619 per kapita per bulan pada September 2020, menjadi Rp506.982 per kapita per bulan pada Maret," beber dia.
Dia menyebut, dengan memperhatikan komponen GK, yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan. Pada Maret 2021, sumbangan GKM terhadap GK 78,21 persen, sedangkan GKNM hanya 21,79 persen.
"Pada Maret 2021, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada GK adalah beras, yaitu sebesar 19,12 persen di perkotaan, dan 23,57 persen di perdesaan," ucapnya.
Baca juga: BPS: Harga diterima petani di Kalteng lebih besar dibanding pembayaran
Ditinjau secara berurutan sepuluh komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan, maka urutannya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, kue basah, gula pasir, cabai rawit, kopi bubuk & kopi instan (sachet), dan bawang merah.
"Sedangkan di perdesaan urutannya terdiri dari beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, mie instan, kue basah, bawang merah, cabai rawit, dan kopi bubuk & kopi instan (sachet)," kata Eko.
Di sisi lain, komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk GK adalah perumahan (8,46 persen di perkotaan dan 7,89 persen di perdesaan). Kemudian jika kita lihat secara berurutan lima komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan berturut-turut adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
"Sedangkan di perdesaan urutannya terdiri dari perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi," demikian Eko.
Baca juga: Kalteng kembali alami inflasi 0,25 persen selama Juni 2021
Baca juga: Ekspor Kalteng alami kenaikan 12,42 persen
"Periode Maret 2015 - Maret 2021 pun, tingkat kemiskinan di provinsi ni menunjukkan tren penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase," kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Kamis.
Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Kalteng yang mencapai 140,04 ribu pada Maret 2021, tersebar di perkotaan sebanyak 54,46 ribu dan di pedesaan 85,58 ribu. Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak terlepas dari perubahan nilai GK.
Eko mengatakan GK merupakan rata-rata pengeluaran per kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan
penduduk ke dalam golongan miskin atau tidak miskin. GK yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin Maret 2021 adalah Rp.506.982 kapita per bulan.
"Ada kenaikan 2,92 persen GK itu, yakni dari Rp492.619 per kapita per bulan pada September 2020, menjadi Rp506.982 per kapita per bulan pada Maret," beber dia.
Dia menyebut, dengan memperhatikan komponen GK, yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan. Pada Maret 2021, sumbangan GKM terhadap GK 78,21 persen, sedangkan GKNM hanya 21,79 persen.
"Pada Maret 2021, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada GK adalah beras, yaitu sebesar 19,12 persen di perkotaan, dan 23,57 persen di perdesaan," ucapnya.
Baca juga: BPS: Harga diterima petani di Kalteng lebih besar dibanding pembayaran
Ditinjau secara berurutan sepuluh komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan, maka urutannya adalah beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, mie instan, kue basah, gula pasir, cabai rawit, kopi bubuk & kopi instan (sachet), dan bawang merah.
"Sedangkan di perdesaan urutannya terdiri dari beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, gula pasir, mie instan, kue basah, bawang merah, cabai rawit, dan kopi bubuk & kopi instan (sachet)," kata Eko.
Di sisi lain, komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar untuk GK adalah perumahan (8,46 persen di perkotaan dan 7,89 persen di perdesaan). Kemudian jika kita lihat secara berurutan lima komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar di perkotaan berturut-turut adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
"Sedangkan di perdesaan urutannya terdiri dari perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi," demikian Eko.
Baca juga: Kalteng kembali alami inflasi 0,25 persen selama Juni 2021
Baca juga: Ekspor Kalteng alami kenaikan 12,42 persen