Bandung (ANTARA) - Bunda Forum Anak Daerah (FAD) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Atalia Praratya Ridwan Kamil menegaskan pihaknya tak pernah menutup-nutupi kasus pemerkosaan belasan santriwati oleh pengajarnya di salah satu sekolah berasrama di Cibiru Kota Bandung.

"Saya tidak menutupi kasus ini dari media maupun publik. Tidak mengekspos bukan berarti menutupi," kata Atalia Praratya Ridwan Kamil dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Bandung, Senin.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil mengunggah sejumlah komenter warganet di akun instagramnya yang menuding, Atalia Kamil menutup-nutupi kasus pemerkosaan santriwati di sekolah berasrama.

Sebagai Bunda Forum Anak Daerah Jabar, tugas dirinya ialah memastikan para korban usia anak ini mendapat haknya dan mendapatkan perlindungan terbaik sesuai dengan UU Perlindungan Anak.

"Fokus pada solusi bukan sensasi," kata Atalia.

Baca juga: Guru pesantren cabuli santri harusnya diancam hukuman kebiri, kata PSI

Menurut dia Polda Jabar, UPTD PPA Jabar, P2TP2A Kota/Kabupaten Bandung, Kejaksaan, LPSK dan lain-lain telah bekerja dengan profesional sejak ditemukannya kasus ini.

Ia mengatakan penjangkauan, pemeriksaan, pendampingan, penyembuhan trauma bagi korban dan proses hukum bagi pelaku sudah dilakukan, bahkan saat ini persidangan telah digelar untuk yang ke enam kalinya.

"Untuk itu saya menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya," kata dia.

Ia mengatakan dinamika yang berkembang saat ini, dengan gencarnya pemberitaan di media massa dan media sosial seperti yang dikhawatirkan oleh pihaknya, patut disayangkan.

Terlebih, kata Atalia, tiba-tiba saja ada banyak pihak yang berusaha mencari identitas dan mendekati para korban/orang tuanya untuk menggali cerita korban, mengusik kembali hidup korban.

"Kita perlu perhatikan kondisi psikologis para korban dan orang tua mereka. Ada lima korban yang belum sekolah dan tiga korban dikeluarkan dari sekolah karena diketahui telah memiliki anak," kata dia.

Baca juga: Polisi rampungkan berkas pencabulan terhadap adik kakak

Ia menjelaskan,  kondisi korban yang awalnya sudah mulai menerima keadaan, kini kembali cemas dan trauma. "Bahkan ada yang ingin keluar dari sekolah dan pindah dari kampung halamannya," lanjut Atalia.

Dia menambahkan sampai saat ini saya telah berkoordinasi dengan banyak pihak memastikan langkah cepat dan paling aman agar para korban di bawah umur ini mendapatkan hak perlindungan sesuai dengan UU Perlindungan Anak, memastikan masa depannya, pendidikannya serta pengakuan hukum atas bayi yang dilahirkannya.

"Saya mengajak semua pihak, baik masyarakat maupun media massa untuk bersama-sama saling membantu memberikan rasa aman pada korban dengan fokus pada hukuman berat bagi pelaku, sehingga hal biadab seperti ini tidak terjadi lagi," kata dia.

Baca juga: Dosen FISIP Unej terdakwa pencabulan anak di bawah umur ajukan nota pembelaan

Baca juga: Tersangka kasus pencabulan anak di bawah umur di Bengkulu terancam 5 tahun penjara

Baca juga: Sidang pencabulan anak dengan terdakwa dosen FISIP Universitas Jember

Pewarta : Ajat Sudrajat
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024