Rokok disebut jadi faktor Indonesia duduki posisi 108 kekerdilan dunia

Kamis, 20 Januari 2022 15:18 WIB

Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa rokok menjadi salah satu faktor risiko penting yang menyebabkan Indonesia menduduki peringkat ke-108 negara dengan kekerdilan tertinggi di dunia.

“Indonesia menempati peringkat ke-108 dari 132 negara yang diurutkan berdasarkan prevalensi kekerdilan balita terendah hingga tertinggi. Ini satu kondisi yang perlu mendapatkan perhatian dari kita semua,” kata Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Muhammad Rizal M. Damanik dalam "Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Rizal menuturkan Indonesia menempati urutan ke-108 dari 132 negara yang diurutkan berdasarkan prevalensi kekerdilan balita dari terendah hingga tertinggi di dunia. Melalui peringkat itu pula, Indonesia menjadi negara dengan angka kekerdilan tertinggi ketiga di kawasan ASEAN setelah Timor Leste dan Laos Demokrat.

Baca juga: BKKBN: Tidak semua orang pendek stunting

Meskipun angka kekerdilan pada tahun 2021 sudah menyentuh angka 24,4 persen, angka itu masih jauh dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni sebesar 20 persen dan target pemerintah pada tahun 2024 yang sebesar 14 persen.

Menurutnya, tinggi badan ibu memang menjadi faktor penting yang menjadi penanda status gizi ibu. Namun, adanya ibu yang terpapar atau mengkonsumsi rokok bisa mempengaruhi distribusi nutrisi dan oksigen pada bayi yang dikandung.

Akibat terpapar asap rokok selama masa kehamilan, ibu menjadi perokok pasif yang berpotensi melahirkan bayi dalam kondisi meninggal, prematur, keguguran, bahkan berat badan lahir rendah (BBLR) dan kematian.

“Rata-rata berat badan bayi akan 71,6 gram lebih rendah dan 16 persen lebih tinggi kemungkinan menjadi BBLR. Bahkan, memiliki peluang 51 persen lebih tinggi kemungkinan ukuran lahir yang lebih kecil daripada rata-rata,” ujar dia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Universitas Indonesia (UI) bersama Imperial College London di Inggris, prevalensi perokok pasif dalam rumah tangga Indonesia mencapai 78,4 persen, lebih tinggi ketimbang China di angka 48,4 persen, Bangladesh 46,7 persen dan Thailand 46,7 persen.

Melalui penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kondisi perempuan dan anak Indonesia yang menjadi kelompok rentan terhadap paparan asap rokok sangat memprihatinkan.

Baca juga: Pakar sebut stunting bukan pendek karena genetik atau kerdil

Bahkan, akibat konsumsi rokok, pengeluaran keluarga untuk berbelanja mengalami penurunan, dimana ibu mengurangi pembelian makanan protein hewani dan cepat menyebabkan keluarga lebih cepat mencapai kemiskinan. Sehingga, rokok berkaitan erat dengan terjadinya kekerdilan dan kemiskinan.

Oleh sebab itu, Rizal berharap dengan menyebarkan edukasi mengenai pentingnya menjauhi rokok, semua keluarga dapat terbebas dari potensi kekerdilan sekaligus melindungi kesehatan ibu dan bayi.

“Kami berharap, hasil kajian ini dapat memberikan pengetahuan bagi para pengelola tenaga program di tingkat lini lapangan. Terutama tim pendamping keluarga yang saya banggakan dan para pemangku kepentingan,” kata Rizal.

Baca juga: Begini cara mencegah anak menderita stunting

Baca juga: Materi stunting dimasukkan dalam modul bimbingan pranikah

Baca juga: USG rutin jadi langkah cegah stunting sejak masa kehamilan

Pewarta : Hreeloita Dharma Shanti
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Polisi buru pemasok rokok elektrik berisi ganja kepada selebgram

24 April 2024 8:42 Wib

Tips memulai berhenti merokok di momen Ramadhan

24 March 2024 10:47 Wib

Polisi tangkap perampok truk muatan rokok senilai Rp3,1 miliar

02 March 2024 22:19 Wib

Berikut tiga bahan berbahaya rokok elektrik dan efek buruk pada kesehatan

31 December 2023 14:56 Wib

Pemberlakuan pajak Rokok Elektrik mulai 1 Januari 2024

30 December 2023 13:11 Wib
Terpopuler

Dua orang tewas dan 6 orang lainnya terluka dalam penembakan di AS

Nasional - 21 April 2024 17:44 Wib

HUT Otonomi ke-28 harus semakin memperkokoh komitmen membangun daerah

Kabar Daerah - 25 April 2024 18:16 Wib

Teras Narang: Kerja sama RI-RRT kembangkan pertanian di Kalteng patut diapresiasi

Kabar Daerah - 24 April 2024 14:22 Wib

Gibran sebut ada serangkaian pertemuan setelah penetapan di KPU

Kabar Daerah - 23 April 2024 12:38 Wib

Jubair Arifin siap maju Pilkada di Kotawaringin Barat

Kabar Daerah - 18 jam lalu