“Penderita darah tinggi pasti penyakit jantung koronernya akan bertambah naik 3 kali lipat, begitu punya kencing manis ditambah 3 kali lipat jadi 9 kali lipat, sudah itu merokok di kali 3 lagi, jadi berkali-kali lipat dibanding orang yang tidak merokok,” kata Ika dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan merokok dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan kualitas pekerjaan, karena perokok aktif juga menyebarkan penyakit pada perokok pasif yang dapat menimbulkan kondisi lebih berat.
Baca juga: Berikut tujuh perubahan positif pada tubuh setelah berhenti merokok
Jika perokok sudah terkena penyakit, Ika mengatakan pemulihannya bisa lebih lambat dibandingkan yang masih menjalankan pola hidup sehat. Selain itu, jika sudah terkena penyakit jantung maka harus meminum obat yang beberapa diantaranya harus diminum seumur hidup tergantung kondisi jantungnya.
Selain merokok, faktor risiko yang patut diwaspadai pada penyakit jantung adalah riwayat keluarga dengan penyakit jantung, stroke, hingga keguguran di usia muda.
“Itu akan ada genetiknya berperan di situ dan ada satu lagi penyakit tambahan yang mempercepat penyakit jantung koroner, yaitu anti fosfolipid syndrome pada wanita yang bisa mengalami keguguran di usia muda atau yang stroke di usia muda, itu mesti waspada juga,” kata Ika.
Baca juga: Kesulitan berhenti merokok dipengaruhi dari dalam diri
Ia menyarankan untuk rutin melakukan medical check up mulai usia 20-an setahun sekali jika ada riwayat penyakit jantung pada keluarga serta rajin melakukan aktivitas fisik untuk deteksi dini gangguan pada fungsi jantung. Hindari juga stres karena perasaan tidak tenang akan menaikkan nadi dan mempercepat kerusakan dinding pembuluh darah hingga berisiko mengalami penyempitan.
Baca juga: Jamaah calon haji diingatkan tak merokok di kawasan Masjid Nabawi
Baca juga: Benarkah mengunyah permen karet bisa bantu berhenti merokok?
Baca juga: Merokok elektrik bisa turunkan gairah seksual?