Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis ortopedi Rumah Sakit Medistra Jakarta, dr. Kiki Novito, Sp.OT mengatakan, penurunan massa otot sebenarnya sudah mulai terjadi saat seseorang memasuki usia 35 tahun dan akan semakin progresif seiring bertambahnya usia.
"Massa otot akan turun saat kita berusia 35 tahun, jadi masih cukup muda. Kemudian pelan-pelan berkurang lagi, dan begitu memasuki usia 65, massa pengurangan otot dan tulang akan semakin progresif berkali-kali lipat," ujar Kiki dalam sebuah webinar kesehatan pada Jumat.
Penurunan massa otot yang progresif tersebut, kata Kiki, disebut dengan sarcopenia. Kondisi tersebut akan membuat seseorang mengalami penurunan kekuatan otot dan performa fisik.
Baca juga: Kenali penyebab kaku sendi yang terjadi usai penanganan patah tulang
Kiki menjelaskan, penurunan massa otot pada umumnya disebabkan karena sel yang menua. Dalam tubuh manusia, Kiki mengatakan ada satu sel bernama mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi. Namun seiring bertambahnya usia, produksi yang dikerjakan sel tersebut menjadi semakin sedikit.
"Itu adalah sesuatu yang pasti terjadi pada semua orang. Kalau ditambah lagi karena kurang digunakan semasa mudanya, kurang dilatih, enggak suka olahraga, itu tentu akan lebih berat," jelas Kiki.
"Lalu juga pada usia yang menua, stimulus saraf pada otaknya juga semakin berkurang sehingga penggunaan otot juga berkurang," lanjut dia.
Kiki menambahkan, bahwa seiring bertambah usia, pembuluh darah juga menjadi lebih kaku sehingga suplai darah ke otot ikut berkurang. Selain itu, kurang konsumsi kalori dan protein juga dapat mempengaruhi berkurangnya massa otot.
"Kadang-kadang, sering saya temui orang tua itu malah takut makan karena banyak penyakit seperti gula, misalnya. Padahal, penyakit-penyakit itu bukan berarti Anda tidak boleh makan, tapi harus mencukupi konsumsi kalori dan protein yang sesuai dengan yang dibutuhkan," kata Kiki.
"Tentunya, seberapa banyak Anda boleh mengonsumsi itu, harus dikonsultasikan dengan dokter sesuai dengan masalah yang ada di diri Anda," lanjut dia.
Agar dapat terus menjaga massa otot, Kiki menyarankan untuk melakukan resistance exercise seperti angkat beban. Tak harus pakai barbel, angkat beban juga dapat dilakukan dengan benda-benda lainnya yang mudah ditemukan di rumah. Kemudian, mengonsumsi suplemen protein dan vitamin D.
"Lalu apakah boleh kalau disuntik testosteron biar kayak binaragawan? Memang betul bahwa suntik testosteron bisa menambah massa otot tapi efek sampingnya juga mesti diperhatikan," pungkasnya.
Baca juga: Tips atasi nyeri otot dan sendi yang kerap terjadi akibat WFH
Baca juga: Tips atasi nyeri sendi usai kena COVID-19
Baca juga: Duduk terlalu lama di depan komputer bisa lemahkan otot
"Massa otot akan turun saat kita berusia 35 tahun, jadi masih cukup muda. Kemudian pelan-pelan berkurang lagi, dan begitu memasuki usia 65, massa pengurangan otot dan tulang akan semakin progresif berkali-kali lipat," ujar Kiki dalam sebuah webinar kesehatan pada Jumat.
Penurunan massa otot yang progresif tersebut, kata Kiki, disebut dengan sarcopenia. Kondisi tersebut akan membuat seseorang mengalami penurunan kekuatan otot dan performa fisik.
Baca juga: Kenali penyebab kaku sendi yang terjadi usai penanganan patah tulang
Kiki menjelaskan, penurunan massa otot pada umumnya disebabkan karena sel yang menua. Dalam tubuh manusia, Kiki mengatakan ada satu sel bernama mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi. Namun seiring bertambahnya usia, produksi yang dikerjakan sel tersebut menjadi semakin sedikit.
"Itu adalah sesuatu yang pasti terjadi pada semua orang. Kalau ditambah lagi karena kurang digunakan semasa mudanya, kurang dilatih, enggak suka olahraga, itu tentu akan lebih berat," jelas Kiki.
"Lalu juga pada usia yang menua, stimulus saraf pada otaknya juga semakin berkurang sehingga penggunaan otot juga berkurang," lanjut dia.
Kiki menambahkan, bahwa seiring bertambah usia, pembuluh darah juga menjadi lebih kaku sehingga suplai darah ke otot ikut berkurang. Selain itu, kurang konsumsi kalori dan protein juga dapat mempengaruhi berkurangnya massa otot.
"Kadang-kadang, sering saya temui orang tua itu malah takut makan karena banyak penyakit seperti gula, misalnya. Padahal, penyakit-penyakit itu bukan berarti Anda tidak boleh makan, tapi harus mencukupi konsumsi kalori dan protein yang sesuai dengan yang dibutuhkan," kata Kiki.
"Tentunya, seberapa banyak Anda boleh mengonsumsi itu, harus dikonsultasikan dengan dokter sesuai dengan masalah yang ada di diri Anda," lanjut dia.
Agar dapat terus menjaga massa otot, Kiki menyarankan untuk melakukan resistance exercise seperti angkat beban. Tak harus pakai barbel, angkat beban juga dapat dilakukan dengan benda-benda lainnya yang mudah ditemukan di rumah. Kemudian, mengonsumsi suplemen protein dan vitamin D.
"Lalu apakah boleh kalau disuntik testosteron biar kayak binaragawan? Memang betul bahwa suntik testosteron bisa menambah massa otot tapi efek sampingnya juga mesti diperhatikan," pungkasnya.
Baca juga: Tips atasi nyeri otot dan sendi yang kerap terjadi akibat WFH
Baca juga: Tips atasi nyeri sendi usai kena COVID-19
Baca juga: Duduk terlalu lama di depan komputer bisa lemahkan otot