Jakarta (ANTARA) - Praktisi di bidang properti menilai kepindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur justru akan menumbuhkan kota-kota penyangga di sekitar Jakarta.
"Rencana DKI menjadi pusat ekonomi dan bisnis setelah IKN pindah, malah mendorong tumbuhnya wilayah-wilayah penyangga," kata Ketua Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Apindo Sanny Iskandar dalam Bisnis Indonesia Forum Group Discussion (FGD) di Jakarta, Selasa.
Sanny dalam diskusi bertajuk "Membedah Peluang Pengembangan Properti Residensial di Kawasan Sunrise” itu memperkirakan pengembangan kota-kota penyangga DKI Jakarta akan selaras dengan karakteristik masing-masing wilayah.
“Di Barat Jakarta wilayah Serpong Tangerang sudah lebih dulu menjadi pusat residensial dan mulai berkembang menjadi wilayah perdagangan. Sementara di Timur Jakarta wilayah Kota Bekasi juga bahkan saat ini sudah padat, lebih jauh lagi ke Cikarang sudah menjadi kawasan industri. Nah di Selatan, cocok untuk pengembangan residensial, pariwisata,” jelas Sanny.
Jika dibandingkan dua wilayah penyangga tersebut, Sanny menambahkan Bogor memang memiliki keunggulan misalnya dari topografi wilayahnya yang berada di pegunungan dan memberikan kesejukan yang menjadi nilai tambah buat kawasan-kawasan hunian yang dibangun di sana.
Keunggulan-keunggulan ini yang menurut Sanny bakal mendorong pergeseran pertumbuhan properti residensial mengarah ke Bogor. Apalagi sejumlah pengembang-pengembang besar saat ini juga mulai membidik Bogor sebagai target ekspansi, terutama di segmen hunian menengah atas.
Merujuk data rumah.com Indonesia Property Market Index kuartal IV-2021, pencarian rumah di Bogor tumbuh paling pesat dibandingkan wilayah-wilayah lain di Jabodetabek mencapai 21,84 persen.
Menariknya pencarian rumah tertinggi berada pada segmen rumah menengah atas dengan kisaran harga Rp1,5 – 4 miliar.
Matahari terbit
Pengamat Properti Ali Tranghanda dalam kesempatan serupa menjelaskan, sejatinya wilayah Bogor memang saat ini tengah mengalami fase matahari terbit (sunrise) pada sektor properti residensial. Karena wilayah Bogor memiliki potensi besar untuk tumbuh, namun relatif terlambat jika dibandingkan wilayah penyangga lainnya.
“Kalau dilihat, pengembangan Jakarta terlebih dahulu berkembang ke arah barat, di Tangerang, Banten, kemudian ke timur, Bekasi. Nah yang ke mengarah ke selatan ini sebenarnya cukup menantang karena wilayah ini punya potensi tapi mengapa belum berkembang jika dibandingkan wilayah lain?” jelas Ali.
Salah satu alasan utamanya adalah minimnya penetrasi pasokan hunian di wilayah Bogor jika dibandingkan Tangerang dan Bekasi.
Ali menambahkan, jelaskan baru dalam beberapa tahun belakangan misalnya saat Summarecon Group atau Sentul Group dan beberapa pengembang besar lainnya mulai membangun kawasan flagship di Bogor, pertumbuhan mulai bergerak.
"Rencana DKI menjadi pusat ekonomi dan bisnis setelah IKN pindah, malah mendorong tumbuhnya wilayah-wilayah penyangga," kata Ketua Bidang Properti dan Kawasan Ekonomi Apindo Sanny Iskandar dalam Bisnis Indonesia Forum Group Discussion (FGD) di Jakarta, Selasa.
Sanny dalam diskusi bertajuk "Membedah Peluang Pengembangan Properti Residensial di Kawasan Sunrise” itu memperkirakan pengembangan kota-kota penyangga DKI Jakarta akan selaras dengan karakteristik masing-masing wilayah.
“Di Barat Jakarta wilayah Serpong Tangerang sudah lebih dulu menjadi pusat residensial dan mulai berkembang menjadi wilayah perdagangan. Sementara di Timur Jakarta wilayah Kota Bekasi juga bahkan saat ini sudah padat, lebih jauh lagi ke Cikarang sudah menjadi kawasan industri. Nah di Selatan, cocok untuk pengembangan residensial, pariwisata,” jelas Sanny.
Jika dibandingkan dua wilayah penyangga tersebut, Sanny menambahkan Bogor memang memiliki keunggulan misalnya dari topografi wilayahnya yang berada di pegunungan dan memberikan kesejukan yang menjadi nilai tambah buat kawasan-kawasan hunian yang dibangun di sana.
Keunggulan-keunggulan ini yang menurut Sanny bakal mendorong pergeseran pertumbuhan properti residensial mengarah ke Bogor. Apalagi sejumlah pengembang-pengembang besar saat ini juga mulai membidik Bogor sebagai target ekspansi, terutama di segmen hunian menengah atas.
Merujuk data rumah.com Indonesia Property Market Index kuartal IV-2021, pencarian rumah di Bogor tumbuh paling pesat dibandingkan wilayah-wilayah lain di Jabodetabek mencapai 21,84 persen.
Menariknya pencarian rumah tertinggi berada pada segmen rumah menengah atas dengan kisaran harga Rp1,5 – 4 miliar.
Matahari terbit
Pengamat Properti Ali Tranghanda dalam kesempatan serupa menjelaskan, sejatinya wilayah Bogor memang saat ini tengah mengalami fase matahari terbit (sunrise) pada sektor properti residensial. Karena wilayah Bogor memiliki potensi besar untuk tumbuh, namun relatif terlambat jika dibandingkan wilayah penyangga lainnya.
“Kalau dilihat, pengembangan Jakarta terlebih dahulu berkembang ke arah barat, di Tangerang, Banten, kemudian ke timur, Bekasi. Nah yang ke mengarah ke selatan ini sebenarnya cukup menantang karena wilayah ini punya potensi tapi mengapa belum berkembang jika dibandingkan wilayah lain?” jelas Ali.
Salah satu alasan utamanya adalah minimnya penetrasi pasokan hunian di wilayah Bogor jika dibandingkan Tangerang dan Bekasi.
Ali menambahkan, jelaskan baru dalam beberapa tahun belakangan misalnya saat Summarecon Group atau Sentul Group dan beberapa pengembang besar lainnya mulai membangun kawasan flagship di Bogor, pertumbuhan mulai bergerak.