Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menargetkan bisa menurunkan kasus stunting atau balita gagal tumbuh hingga menjadi 15 persen pada 2024 mendatang. 

"Dari 32 persen, kita menargetkan bisa menurunkan 50 persen dalam dua tahun hingga 2024 nanti. Kami berharap dukungan dari semua pihak untuk mendapat target itu," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Kamis. 

Harapan itu disampaikan Halikinnor usai membuka kegiatan audit stunting dan identifikasi kasus yang dirangkai dengan peresmian Dapur Sehat di 33 kampung KB se-Kotawaringin Timur. Ini merupakan upaya menurunkan kasus stunting di daerah ini. 

Halikinnor mengatakan, pemerintah daerah tidak menutup-nutupi kasus stunting di Kotawaringin Timur yang termasuk tertinggi di Kalimantan Tengah. Justru, fakta itu membuat pihaknya sangat serius dan gencar menangani penyakit gagal tumbuh pada anak tersebut. 

Menurutnya, penanganan stunting memerlukan dukungan semua pihak. Dia meminta seluruh instansi terkait meningkatkan sinergitas agar upaya penanganan stunting bisa lebih baik lagi. 

"Penangan stunting ini perlu kegigihan, keuletan kebersamaan kita semua. Apalagi stunting ini bisa diderita siapa saja sekalipun orang mampu. Stunting ini harus dicegah sejak masa kehamilan. Tetapi saya yakin dengan kolaborasi dan sinergitas ini bisa kita wujudkan nanti," ujar Halikinnor. 

Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kotawaringin Timur Suparmadi menjelaskan, identifikasi dilaksanakan untuk dapat merumuskan penyusunan program aksi yang terencana, terprogram dan dilaksanakan secara integratif dalam lintas sektor. 

Baca juga: PKBI jembatani kelompok marginal di Kotim mendapatkan hak

Melalui acara ini diharapkan dapat menghimpun informasi yang komprehensif tentang data dan langkah-langkah dalam penanganan kasus stunting terhadap mereka yang telah terpapar maupun yang kemungkinan timbulnya kasus baru. 

Suparmadi menyebutkan, saat ini penanganan stunting melalui delapan aksi dilakukan oleh Bappelitbangda, penanganan secara spesifik oleh Dinas Kesehatan serta pihaknya di DP3AP2KB mengambil peran edukasi, penyuluhan dan pelayanan bagi bina keluarga balita, remaja dan lanjut usia. 

Saat ini juga sudah dibentuk 330 tim pendamping di 185 desa/kelurahan dengan jumlah anggota 990 orang. Semua anggota tim pendamping telah mengikuti orientasi dengan kemampuan aplikasi elsimil dalam rangka pendampingan remaja pranikah, pendampingan ibu hamil dan melahirkan, serta pendampingan pasca melahirkan. Seluruh anggota tim diberi bantuan diberi bantuan Rp100.000 setiap bulan. 

Selain itu, telah dibentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) tingkat kabupaten. TPPS diketuai Wakil Bupati Irawati, sedangkan Bupati Halikinnor sebagai penasihat. Dari 185 desa/kelurahan yang ada, tersisa di Desa Sebungsu Kecamatan Telaga Antang yang belum terbentuk. Jumlah personel di tingkat desa mencapai 2.000 orang lebih. 

Melalui program kerja dan upaya-upaya nyata serta adanya koordinasi dan integrasi lintas sektoral, maka prevalensi stunting di Kotawaringin Timur menurut SSGI  pada  2021 sebesar 32,5 persen dan menurut EPPGBM sebesar 24 persen dengan target yang disyaratkan untuk 2022 pada skala SSGI sebesar 26,25 persen dan skala EPPGBM sebesar 22 persen dan untuk Kalimantan Tengah target yang ditetapkan pada 2024 sebesar 15,17 persen akan dapat tercapai. 

"Alhamdulillah Bupati Kotawaringin Timur menerima penghargaan Terbaik I se-Kalimantan Tengah atas penilaian kinerja pelaksanaan delapan  aksi konvergensi percepatan penurunan stunting. Penghargaan sudah diterima yang dihadiri Wakil Bupati Irawati," demikian Suparmadi. 

Baca juga: Bupati Kotim dukung pendirian SMA Taruna Bhayangkara

Baca juga: Mabes Polri pertimbangkan Polres Kotim jadi Polresta

Baca juga: Kapolda Kalteng apresiasi kekompakan mendukung pendidikan usia dini di Kotim

Pewarta : Norjani
Uploader : Admin 1
Copyright © ANTARA 2024