Sampit (ANTARA) - Sumarno, warga Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menyelamatkan seekor anak bekantan yang diduga buta dan nyaris tertabrak kendaraan.
"Saya bingung kenapa anak bekantan ini di tengah jalan. Biasanya kan mereka berkelompok. Setelah saya ambil, baru terlihat matanya sepertinya ada gangguan penglihatan," kata Sumarno di Sampit, Rabu.
Bekantan yang memiliki nama latin Nasalis larvatus merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan. Satwa ini dilindungi oleh negara karena termasuk satwa langka akibat populasinya yang semakin berkurang.
Sumarno menceritakan, anak bekantan itu ditemukannya ketika dia melintas di Jalan Trans Kalimantan sekitar hutan kawasan Desa Telangkah, Kereng Pangi Kabupaten Katingan, Selasa (26/7).
Dia memutuskan menyelamatkannya karena tahu satwa dengan ciri khas hidung besar dan panjang itu merupakan satwa dilindungi. Apalagi setelah melihat satwa itu mengalami gangguan penglihatan seperti katarak, Sumarno kasihan sehingga memutuskan membawanya pulang ke Sampit.
Baca juga: Bupati Kotim: Pembagian ekskavator ke kecamatan percepat pembangunan pelosok
Sumarno kemudian menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit untuk menyerahkannya. Dia berharap satwa dilindungi itu diselamatkan dan dilepasliarkan di habitat aslinya.
"Bekantan ini kan satwa ikonik Kalimantan, bahkan di Banjarmasin dibuat patungnya sangat besar. Kita harus turut menyelamatkannya. Mudah-mudahan matanya bisa disembuhkan sehingga anak bekantan ini bisa hidup normal," harap Sumarno.
Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit Muriansyah didampingi tim dari Manggala Agni datang mengevakuasi anak bekantan yang diserahkan Sumarno. Dia menyampaikan terima kasih atas kepedulian Sumarno menyelamatkan dan menyerahkan satwa dilindungi tersebut.
Anak bekantan malang yang diperkirakan berusia kurang dari dua tahun itu dibawa ke pusat konservasi SKW Wilayah II BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat untuk diobservasi oleh tim dokter yang ada di tempat itu.
"Nanti tim dokter memeriksa dan mengobatinya. Kalau sudah dinyatakan sembuh dan siap hidup di alam bebas maka anak bekantan ini akan dilepasliarkan di hutan yang merupakan habitat aslinya," demikian Muriansyah.
Baca juga: KNPI Kotim beri motivasi santri untuk berprestasi
Baca juga: Efektifkan pengelolaan keuangan desa, Pemkab Kotim luncurkan Siskeudes Online
Baca juga: Fraksi Nasdem DPRD Kotim pertanyakan sanksi bagi legislator pelanggar aturan
"Saya bingung kenapa anak bekantan ini di tengah jalan. Biasanya kan mereka berkelompok. Setelah saya ambil, baru terlihat matanya sepertinya ada gangguan penglihatan," kata Sumarno di Sampit, Rabu.
Bekantan yang memiliki nama latin Nasalis larvatus merupakan satwa endemik Pulau Kalimantan. Satwa ini dilindungi oleh negara karena termasuk satwa langka akibat populasinya yang semakin berkurang.
Sumarno menceritakan, anak bekantan itu ditemukannya ketika dia melintas di Jalan Trans Kalimantan sekitar hutan kawasan Desa Telangkah, Kereng Pangi Kabupaten Katingan, Selasa (26/7).
Dia memutuskan menyelamatkannya karena tahu satwa dengan ciri khas hidung besar dan panjang itu merupakan satwa dilindungi. Apalagi setelah melihat satwa itu mengalami gangguan penglihatan seperti katarak, Sumarno kasihan sehingga memutuskan membawanya pulang ke Sampit.
Baca juga: Bupati Kotim: Pembagian ekskavator ke kecamatan percepat pembangunan pelosok
Sumarno kemudian menghubungi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit untuk menyerahkannya. Dia berharap satwa dilindungi itu diselamatkan dan dilepasliarkan di habitat aslinya.
"Bekantan ini kan satwa ikonik Kalimantan, bahkan di Banjarmasin dibuat patungnya sangat besar. Kita harus turut menyelamatkannya. Mudah-mudahan matanya bisa disembuhkan sehingga anak bekantan ini bisa hidup normal," harap Sumarno.
Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit Muriansyah didampingi tim dari Manggala Agni datang mengevakuasi anak bekantan yang diserahkan Sumarno. Dia menyampaikan terima kasih atas kepedulian Sumarno menyelamatkan dan menyerahkan satwa dilindungi tersebut.
Anak bekantan malang yang diperkirakan berusia kurang dari dua tahun itu dibawa ke pusat konservasi SKW Wilayah II BKSDA di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat untuk diobservasi oleh tim dokter yang ada di tempat itu.
"Nanti tim dokter memeriksa dan mengobatinya. Kalau sudah dinyatakan sembuh dan siap hidup di alam bebas maka anak bekantan ini akan dilepasliarkan di hutan yang merupakan habitat aslinya," demikian Muriansyah.
Baca juga: KNPI Kotim beri motivasi santri untuk berprestasi
Baca juga: Efektifkan pengelolaan keuangan desa, Pemkab Kotim luncurkan Siskeudes Online
Baca juga: Fraksi Nasdem DPRD Kotim pertanyakan sanksi bagi legislator pelanggar aturan