Sampit (ANTARA) - Banjir yang terjadi sejak dua pekan terakhir di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, masih merendam 26 desa yang tersebar di empat kecamatan.
"Untuk wilayah hulu atau utara, sebagian sudah surut, seperti di Kecamatan Antang Kalang, Telaga Antang dan Bukit Santuai. Tapi ada juga kecamatan lain yang baru mulai dilanda banjir," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Kamis.
Rihel menyebutkan, berdasarkan pendataan pada Kamis sore, banjir masih merendam 26 desa di empat kecamatan. Lokasinya yaitu Kecamatan Mentaya Hulu sebanyak 13 desa, Parenggean enam desa, Kota Besi enam desa dan Telawang satu desa.
Ketinggian air bervariasi antara 50 centimeter hingga 1,5 meter dari jalan desa. Kondisi ini membuat masih banyak warga yang belum kembali ke rumah mereka dan memilih bertahan mengungsi di tempat kerabat.
Seperti diperkirakan sebelumnya, tingginya curah hujan menyebabkan sejumlah kawasan di wilayah hulu atau utara. Biasanya, setelah banjir di wilayah hulu tersebut surut maka giliran wilayah yang lebih rendah yaitu menuju hilir yang giliran dilanda banjir.
Rihel mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap banjir susulan atau kondisi bertambah parah. Hal itu lantaran intensitas dan curah hujan masih tinggi dan cukup merata.
Baca juga: Pemkab Kotim bangun jembatan sementara yang ambruk akibat banjir
Wilayah hilir, khususnya Desa Hanjalipan Kecamatan Kota Besi dan sekitarnya juga harus meningkatkan kewaspadaan. Wilayah ini biasanya menjadi sasaran limpahan air dari dua anak sungai yang bermuara di desa itu.
"Makanya biasanya banjir di Desa Hanjalipan ini lebih parah dan cukup lama dibanding dari lokasi lainnya karena desa ini tempat pertemuan dua alur sungai. Permukiman warga juga banyak di pinggir sungai sehingga mudah terendam ketika sungai meluap," jelas Rihel.
Sementara itu terkait bantuan, BPBD terus menyalurkannya kepada masyarakat di lokasi korban banjir. Penyaluran bantuan beras dan lainnya dikoordinasikan dengan pemerintah kecamatan dan desa agar tepat sasaran sesuai kebutuhan.
Pemerintah daerah berterima kasih kepada sejumlah perusahaan besar yang sudah menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan bantuan sembako kepada korban banjir di desa-desa sekitar lokasi perusahaan tersebut.
Saat ini Kotawaringin Timur berstatus tanggal darurat banjir, terhitung sejak 5 hingga 19 September 2022. Status ini akan dievaluasi dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi terbaru di lapangan.
Baca juga: Anggota komunitas rentan dan marginal di Kotim terharu dibantu mendapatkan hak
Baca juga: Bupati Kotim instruksikan pemeriksaan kepatuhan ASN membayar PBB
Baca juga: Legislator Kotim soroti lemahnya pengawasan di eks lokalisasi
"Untuk wilayah hulu atau utara, sebagian sudah surut, seperti di Kecamatan Antang Kalang, Telaga Antang dan Bukit Santuai. Tapi ada juga kecamatan lain yang baru mulai dilanda banjir," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Kamis.
Rihel menyebutkan, berdasarkan pendataan pada Kamis sore, banjir masih merendam 26 desa di empat kecamatan. Lokasinya yaitu Kecamatan Mentaya Hulu sebanyak 13 desa, Parenggean enam desa, Kota Besi enam desa dan Telawang satu desa.
Ketinggian air bervariasi antara 50 centimeter hingga 1,5 meter dari jalan desa. Kondisi ini membuat masih banyak warga yang belum kembali ke rumah mereka dan memilih bertahan mengungsi di tempat kerabat.
Seperti diperkirakan sebelumnya, tingginya curah hujan menyebabkan sejumlah kawasan di wilayah hulu atau utara. Biasanya, setelah banjir di wilayah hulu tersebut surut maka giliran wilayah yang lebih rendah yaitu menuju hilir yang giliran dilanda banjir.
Rihel mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap banjir susulan atau kondisi bertambah parah. Hal itu lantaran intensitas dan curah hujan masih tinggi dan cukup merata.
Baca juga: Pemkab Kotim bangun jembatan sementara yang ambruk akibat banjir
Wilayah hilir, khususnya Desa Hanjalipan Kecamatan Kota Besi dan sekitarnya juga harus meningkatkan kewaspadaan. Wilayah ini biasanya menjadi sasaran limpahan air dari dua anak sungai yang bermuara di desa itu.
"Makanya biasanya banjir di Desa Hanjalipan ini lebih parah dan cukup lama dibanding dari lokasi lainnya karena desa ini tempat pertemuan dua alur sungai. Permukiman warga juga banyak di pinggir sungai sehingga mudah terendam ketika sungai meluap," jelas Rihel.
Sementara itu terkait bantuan, BPBD terus menyalurkannya kepada masyarakat di lokasi korban banjir. Penyaluran bantuan beras dan lainnya dikoordinasikan dengan pemerintah kecamatan dan desa agar tepat sasaran sesuai kebutuhan.
Pemerintah daerah berterima kasih kepada sejumlah perusahaan besar yang sudah menunjukkan kepeduliannya dengan memberikan bantuan sembako kepada korban banjir di desa-desa sekitar lokasi perusahaan tersebut.
Saat ini Kotawaringin Timur berstatus tanggal darurat banjir, terhitung sejak 5 hingga 19 September 2022. Status ini akan dievaluasi dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi terbaru di lapangan.
Baca juga: Anggota komunitas rentan dan marginal di Kotim terharu dibantu mendapatkan hak
Baca juga: Bupati Kotim instruksikan pemeriksaan kepatuhan ASN membayar PBB
Baca juga: Legislator Kotim soroti lemahnya pengawasan di eks lokalisasi