Jakarta (ANTARA) - Dosen Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali Gde Sastrawangsa menyarankan masyarakat untuk memanfaatkan media sosial secara positif di antaranya pengembangan komunitas.
Dalam webinar literasi digital dihelat Kementerian Komunikasi dan Informatika itu, anggota Dewan Pembina Relawan TIK Provinsi Bali itu mengatakan di banyaknya media sosial, pengelola komunitas bisa memilih yang paling tepat agar komunitasnya berkembang.
”Misalnya WhatsApp, efektif untuk komunikasi kelompok; Facebook untuk edukasi dan informasi publik; Instagram untuk informasi dan edukasi publik; Telegram untuk komunikasi kelompok dan informasi publik," kata Sastra dalam webinar yang bertajuk "Indonesia Makin Cakap Digital" di Bali, Jumat.
Baca juga: Remaja diminta ikut aktif sosialisasikan literasi digital
Sastra menyebutkan terlepas dari semua manfaat tersebut, komunitas yang tergabung di ruang siber juga harus menjaga keamanan digital yang menjadi kemampuan dasar penting sebagai insan talenta digital.
”Dibandingkan dengan dua pilar lain (digital culture dan digital ethics), indeks literasi digital kita pada pilar digital skill dan digital safety masih tergolong rendah,” katanya.
Dari perspektif etika digital (digital ethics), Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan SDM Relawan TIK Provinsi Bali Ni Kadek Sintya menyampaikan pentingnya media sosial untuk pengembangan komunitas.
Beberapa di antaranya untuk menyampaikan visi, misi organisasi dengan mudah dan murah, membangun dukungan publik, dan mendorong traffic.
Bagi Sintya, promosi komunitas di media sosial dapat dilakukan dengan cara interaksi, partisipasi, dan kolaborasi.
Baca juga: Pentingnya pemahaman plagiarisme dunia digital guna hindari ancaman hukum
”Manfaatkan fitur yang ada di media sosial seperti caption, hashtag, feeds, follow, comment, dan engagement,” ujar Sintya.
Dalam kesempatan itu, Sintya juga membagikan kiat membangun relasi sosial dengan menerapkan netiket.
Netiket terdiri dari menggunakan media sosial dan surel untuk hal yang bermanfaat, internet untuk berbagi informasi mendidik dan menghibur, menghindari isu SARA dan berbau pornografi, serta menggunakan media sosial untuk berbagi foto dan video inspiratif.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi dan mitra jejaring lainnya.
Kegiatan yang ditargetkan hingga awal Desember itu diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Sejak diselenggarakan di 2017, GNLD telah menjangkau 12,6 juta warga masyarakat.
Baca juga: Psikolog sebut orangtua perlu meningkatkan literasi digital
Baca juga: Pro dan kontra terhadap aturan ruang digital
Baca juga: Orang tua dinilai perlu pahami 'digital parenting'
Dalam webinar literasi digital dihelat Kementerian Komunikasi dan Informatika itu, anggota Dewan Pembina Relawan TIK Provinsi Bali itu mengatakan di banyaknya media sosial, pengelola komunitas bisa memilih yang paling tepat agar komunitasnya berkembang.
”Misalnya WhatsApp, efektif untuk komunikasi kelompok; Facebook untuk edukasi dan informasi publik; Instagram untuk informasi dan edukasi publik; Telegram untuk komunikasi kelompok dan informasi publik," kata Sastra dalam webinar yang bertajuk "Indonesia Makin Cakap Digital" di Bali, Jumat.
Baca juga: Remaja diminta ikut aktif sosialisasikan literasi digital
Sastra menyebutkan terlepas dari semua manfaat tersebut, komunitas yang tergabung di ruang siber juga harus menjaga keamanan digital yang menjadi kemampuan dasar penting sebagai insan talenta digital.
”Dibandingkan dengan dua pilar lain (digital culture dan digital ethics), indeks literasi digital kita pada pilar digital skill dan digital safety masih tergolong rendah,” katanya.
Dari perspektif etika digital (digital ethics), Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan SDM Relawan TIK Provinsi Bali Ni Kadek Sintya menyampaikan pentingnya media sosial untuk pengembangan komunitas.
Beberapa di antaranya untuk menyampaikan visi, misi organisasi dengan mudah dan murah, membangun dukungan publik, dan mendorong traffic.
Bagi Sintya, promosi komunitas di media sosial dapat dilakukan dengan cara interaksi, partisipasi, dan kolaborasi.
Baca juga: Pentingnya pemahaman plagiarisme dunia digital guna hindari ancaman hukum
”Manfaatkan fitur yang ada di media sosial seperti caption, hashtag, feeds, follow, comment, dan engagement,” ujar Sintya.
Dalam kesempatan itu, Sintya juga membagikan kiat membangun relasi sosial dengan menerapkan netiket.
Netiket terdiri dari menggunakan media sosial dan surel untuk hal yang bermanfaat, internet untuk berbagi informasi mendidik dan menghibur, menghindari isu SARA dan berbau pornografi, serta menggunakan media sosial untuk berbagi foto dan video inspiratif.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) ini diselenggarakan oleh Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi dan mitra jejaring lainnya.
Kegiatan yang ditargetkan hingga awal Desember itu diharapkan mampu memberikan panduan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Sejak diselenggarakan di 2017, GNLD telah menjangkau 12,6 juta warga masyarakat.
Baca juga: Psikolog sebut orangtua perlu meningkatkan literasi digital
Baca juga: Pro dan kontra terhadap aturan ruang digital
Baca juga: Orang tua dinilai perlu pahami 'digital parenting'