Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengundang akademisi sejumlah perguruan tinggi untuk meminta saran dan masukan rencana pengembangan pengelolaan museum, khususnya Museum Kayu Sampit.
"Diskusi ini untuk mendapatkan bahan kajian sebagai bahan penyusunan dan masukan strategi pengembangan Museum Kayu sebagai edukasi wisata di Sampit dalam rangka mendukung program pemerintah daerah menjadikan Kotim sebagai tujuan wisata, sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum Kayu," kata Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur Muhammad Saleh di Sampit, Selasa.
Hadir dalam acara tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ellena Rosie serta dua narasumber dari Universitas Palangka Raya yaitu Misrita dan Renhart Jemi.
Kegiatan ini diikuti pimpinan maupun perwakilan dari organisasi perangkat daerah, kepala sekolah tingkat SMP, SMA,SMK, Rektor Universitas Darwan Ali, Ketua STKIP Muhammadiyah Sampit, Ketua STIH Sampit, Ketua STIE, Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak, Himpunan Anak Usia Dini, Ikatan Raudhatul Athfal, PT RMU Sampit, seniman, Ketua PGRI dan Ketua KNPI Kotawaringin Timur.
Saleh mengapresiasi dilakukannya kajian FGD Membangun Citra Museum untuk Pengelola Museum Kayu Sampit. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemajuan museum ke depannya.
Museum Kayu Sampit merupakan kebanggaan Kotawaringin Timur, bahkan Provinsi Kalimantan Tengah. Museum ini didirikan pada 6 Oktober 2004 untuk mengenang masa kejayaan sebuah perusahaan besar berdiri tahun 1948 di Kotawaringin Timur dengan nama Naamloze Vennootchap (NV) Bruynzeel Dayak Houtbedrijven (BDH), yang populer dengan lidah orang lokal yang juga multietnis disebut Brengsel, atau sebutan familiar lainnya Brensel.
Perusahaan tersebut merupakan sebuah penggergajian dan pengolahan kayu besar, ditopang peralatan canggih di eranya. Kehidupan Brengsel memberikan dampak luar biasa terhadap perkembangan Kota Sampit menjadi daya tarik bagi pencari kerja dan membuka lapangan kerja.
Lima tahun belakangan ini pembangunan Kotawaringin Timur telah menjadi sebuah rujukan wisata dari sejumlah daerah di Kalimantan Tengah. Hal ini adalah efek dari pilihan berwisata dan telah diakui dengan keindahan alamnya.
Museum di era sekarang menjadi objek yang sangat penting. Hal ini ditunjang dengan munculnya kesadaran bahwa belajar tentang sejarah tidak lagi hanya dihafal di depan kelas, namun dipahami dan harus bersentuhan langsung dengan peninggalan masa lalu.
Baca juga: DPRD apresiasi kemudahan pinjam pakai ekskavator untuk petani Kotim
Dengan cara seperti itu, sejarah bukan lagi menjadi pelajaran yang membosankan, tetapi berubah menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Bersentuhan langsung dengan tinggalan sejarah.
Museum Kayu Sampit dan kawasan PT Inhutani yang di dalamnya terdapat Brensel adalah bukti kejayaan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan kesejahteraan masyarakat dengan kelestariannya. Mempertahankannya merupakan salah satu kunci agar generasi sekarang memiliki emosional dengan pendahulunya.
Untuk menarik minat pengunjung, khususnya generasi muda, Museum Kayu Sampit harus berani dan mampu beradaptasi dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang tengah terjadi seperti belakangan ini.
Orang-orang kota semakin penat dan bosan berdiam diri di rumah maupun kantor. Semua orang semakin sibuk, tetapi butuh higienitas dan kedai sederhana yang untuk rileksasi.
Dia mengingatkan bahwa di dalam museum juga terdapat unsur jasa yaitu pemandu, konservator, dan orang yang ahli di bidang teknologi dan informasi contohnya.
"Setiap orang yang bekerja di museum ke depan juga perlu memiliki visi marketing dan entrepreneurship. Mereka harus menjual produk dan jasa yang ada di museum. Mampu menjawab setiap pertanyaan dari para pengunjung, baik lokal maupun internasional," kata Saleh.
Menurutnya, pemerintah Daerah terus berupaya mencoba memetakan permasalahan dari potensi museum yang ada dengan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan museum.
Saran dan masukan dari masyarakat, termasuk akademisi sangat penting dalam upaya pengembangan Museum Kayu Sampit. Museum ini sangat strategis sebagai bagian sejarah serta mendukung pengembangan pariwisata Kotawaringin Timur.
Baca juga: DPRD Kotim dorong lembaga pendidikan edukasi remaja tentang bahaya LGBT
Baca juga: Pengelola kafe di Sampit diminta bantu cegah aktivitas LGBT
Baca juga: Petani Kotim bisa pinjam ekskavator gratis lewat online
"Diskusi ini untuk mendapatkan bahan kajian sebagai bahan penyusunan dan masukan strategi pengembangan Museum Kayu sebagai edukasi wisata di Sampit dalam rangka mendukung program pemerintah daerah menjadikan Kotim sebagai tujuan wisata, sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum Kayu," kata Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur Muhammad Saleh di Sampit, Selasa.
Hadir dalam acara tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ellena Rosie serta dua narasumber dari Universitas Palangka Raya yaitu Misrita dan Renhart Jemi.
Kegiatan ini diikuti pimpinan maupun perwakilan dari organisasi perangkat daerah, kepala sekolah tingkat SMP, SMA,SMK, Rektor Universitas Darwan Ali, Ketua STKIP Muhammadiyah Sampit, Ketua STIH Sampit, Ketua STIE, Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak, Himpunan Anak Usia Dini, Ikatan Raudhatul Athfal, PT RMU Sampit, seniman, Ketua PGRI dan Ketua KNPI Kotawaringin Timur.
Saleh mengapresiasi dilakukannya kajian FGD Membangun Citra Museum untuk Pengelola Museum Kayu Sampit. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemajuan museum ke depannya.
Museum Kayu Sampit merupakan kebanggaan Kotawaringin Timur, bahkan Provinsi Kalimantan Tengah. Museum ini didirikan pada 6 Oktober 2004 untuk mengenang masa kejayaan sebuah perusahaan besar berdiri tahun 1948 di Kotawaringin Timur dengan nama Naamloze Vennootchap (NV) Bruynzeel Dayak Houtbedrijven (BDH), yang populer dengan lidah orang lokal yang juga multietnis disebut Brengsel, atau sebutan familiar lainnya Brensel.
Perusahaan tersebut merupakan sebuah penggergajian dan pengolahan kayu besar, ditopang peralatan canggih di eranya. Kehidupan Brengsel memberikan dampak luar biasa terhadap perkembangan Kota Sampit menjadi daya tarik bagi pencari kerja dan membuka lapangan kerja.
Lima tahun belakangan ini pembangunan Kotawaringin Timur telah menjadi sebuah rujukan wisata dari sejumlah daerah di Kalimantan Tengah. Hal ini adalah efek dari pilihan berwisata dan telah diakui dengan keindahan alamnya.
Museum di era sekarang menjadi objek yang sangat penting. Hal ini ditunjang dengan munculnya kesadaran bahwa belajar tentang sejarah tidak lagi hanya dihafal di depan kelas, namun dipahami dan harus bersentuhan langsung dengan peninggalan masa lalu.
Baca juga: DPRD apresiasi kemudahan pinjam pakai ekskavator untuk petani Kotim
Dengan cara seperti itu, sejarah bukan lagi menjadi pelajaran yang membosankan, tetapi berubah menjadi sesuatu yang mengasyikkan. Bersentuhan langsung dengan tinggalan sejarah.
Museum Kayu Sampit dan kawasan PT Inhutani yang di dalamnya terdapat Brensel adalah bukti kejayaan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan kesejahteraan masyarakat dengan kelestariannya. Mempertahankannya merupakan salah satu kunci agar generasi sekarang memiliki emosional dengan pendahulunya.
Untuk menarik minat pengunjung, khususnya generasi muda, Museum Kayu Sampit harus berani dan mampu beradaptasi dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang tengah terjadi seperti belakangan ini.
Orang-orang kota semakin penat dan bosan berdiam diri di rumah maupun kantor. Semua orang semakin sibuk, tetapi butuh higienitas dan kedai sederhana yang untuk rileksasi.
Dia mengingatkan bahwa di dalam museum juga terdapat unsur jasa yaitu pemandu, konservator, dan orang yang ahli di bidang teknologi dan informasi contohnya.
"Setiap orang yang bekerja di museum ke depan juga perlu memiliki visi marketing dan entrepreneurship. Mereka harus menjual produk dan jasa yang ada di museum. Mampu menjawab setiap pertanyaan dari para pengunjung, baik lokal maupun internasional," kata Saleh.
Menurutnya, pemerintah Daerah terus berupaya mencoba memetakan permasalahan dari potensi museum yang ada dengan melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam mendukung pengembangan museum.
Saran dan masukan dari masyarakat, termasuk akademisi sangat penting dalam upaya pengembangan Museum Kayu Sampit. Museum ini sangat strategis sebagai bagian sejarah serta mendukung pengembangan pariwisata Kotawaringin Timur.
Baca juga: DPRD Kotim dorong lembaga pendidikan edukasi remaja tentang bahaya LGBT
Baca juga: Pengelola kafe di Sampit diminta bantu cegah aktivitas LGBT
Baca juga: Petani Kotim bisa pinjam ekskavator gratis lewat online