Pangkalan Bun (ANTARA) - Berwisata kuliner menjadi salah satu aktivitas wajib apabila kita berkunjung ke suatu daerah atau biasa di sebut wisatawan atau pelancong.
Apabila berkunjung ke Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah tentu kurang rasanya apabila tidak merasakan kuliner khas kabupaten yang memiliki semoboyan 'Marunting Bumi Aji' tersebut yakni Coto Menggala.
Mungkin kalian berfikir, coto menggala sama saja dengan soto-soto lainnya yang ada di Indonesia, lontong atau nasi di beri kuah sop yang terbuat dari kaldu ayam atau daging. Uniknya coto menggala ini menggunakan bahan dasar singkong atau menggala.
Baca juga: Bulog Pangkalan Bun pastikan stok beras cukup hingga tahun baru
Selain itu, coto menggala memiliki kuah yang kental atau pekat, sehingga terasa padat di mulut saat kita menyantapnya. Kentalnya coto menggala tersebut dikarenakan berasal dari sari pati menggala atau singkong tersebut, yang biasa jadi bahan baku pembuatan tepung tapioka.
Juhranati salah satu penjual coto menggala yang berlokasi di Kelurahan Mendawai mengatakan, kuah coto menggala tidak berasal dari kaldu ayam atau daging, tetapi berasal dari sari pati singkong sehingga memilik kuah yang kental.
"Dahulu biasanya coto menggala itu di padukan dengan daging atau kulit rusa, tapi karena saat ini susah di dapat, maka di ganti dengan ceker atau sayap ayam, dan juga udang," ujarnya.
Baca juga: PWI Kotawaringin Barat peduli korban banjir
Dijelaskan Juhranati, coto menggala biasanya menjadi menu yang selalu disajikan pada bulan puasa atau bulan Ramadhan untuk berbuka puasa. Hal tersebut dikarenakan cara pembuatan coto menggala lebih mudah dan bahan bakunya gampang di dapat.
"Biasanya menu saat berbuka, sehingga cepat kenyang namun tidak bikin terlalu kenyang, sehingga setelah sholat tarawih baru menyantap makanan berat dari nasi," ucapnya lagi.
Beberapa bahan untuk mengolah coto menggala yakni singkong (menggala) yang tidak terlalu tua, garam, jahe, cengkeh, dan sedikit penyedap rasa.
Baca juga: Pemprov Kalteng kaji penataan kawasan permukiman rawan banjir
"Singkong yang digunakan harus yang muda, agar tidak keras saat direbus dan dimakan, dan juga untuk menghasilkan hasil yang pas," ujar Juhranati yang sudah berjualan sejak tahun 2011 di depan Kelurahan Mendawai tersebut.
Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kobar Bambang Sigit Purnomo mengatakan pemerintah terus berupaya mempromosikan kuliner khas Kobar khususnya coto menggala ini.
"Ditahun 2020, coto menggala pernah dinobatkan sebagai makanan tradisional terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2020," ujar Sigit.
Baca juga: Aksi Sapta Pesona Kalteng bersihkan desa wisata Pasir Panjang Kobar
Sebagai upaya mengenalkan makanan khas kabupaten yang beribukota Pangkalan Bun tersebut ke wisatawan asing, Dinas Pariwisata menjadikan kuliner tersebut disajikan di kelotok wisata yang biasa digunakan wisatawan saat berkunjung ke TN Tanjung Puting.
Jadi tidak ada salahnya saat anda berkunjung ke kabupaten yang berjarak 455 km dari ibukota Kalimantan Tengah yakni Palangka Raya tersebut, selain berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting, dan susur Sungai Arut, tetapi juga menikmati keunikan kuliner khas Kobar tersebut yakni Coto Menggala.
Baca juga: Pastikan tak ada korban banjir kelaparan, Gubernur Kalteng blusukan ke sejumlah lokasi
Apabila berkunjung ke Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah tentu kurang rasanya apabila tidak merasakan kuliner khas kabupaten yang memiliki semoboyan 'Marunting Bumi Aji' tersebut yakni Coto Menggala.
Mungkin kalian berfikir, coto menggala sama saja dengan soto-soto lainnya yang ada di Indonesia, lontong atau nasi di beri kuah sop yang terbuat dari kaldu ayam atau daging. Uniknya coto menggala ini menggunakan bahan dasar singkong atau menggala.
Baca juga: Bulog Pangkalan Bun pastikan stok beras cukup hingga tahun baru
Selain itu, coto menggala memiliki kuah yang kental atau pekat, sehingga terasa padat di mulut saat kita menyantapnya. Kentalnya coto menggala tersebut dikarenakan berasal dari sari pati menggala atau singkong tersebut, yang biasa jadi bahan baku pembuatan tepung tapioka.
Juhranati salah satu penjual coto menggala yang berlokasi di Kelurahan Mendawai mengatakan, kuah coto menggala tidak berasal dari kaldu ayam atau daging, tetapi berasal dari sari pati singkong sehingga memilik kuah yang kental.
"Dahulu biasanya coto menggala itu di padukan dengan daging atau kulit rusa, tapi karena saat ini susah di dapat, maka di ganti dengan ceker atau sayap ayam, dan juga udang," ujarnya.
Baca juga: PWI Kotawaringin Barat peduli korban banjir
Dijelaskan Juhranati, coto menggala biasanya menjadi menu yang selalu disajikan pada bulan puasa atau bulan Ramadhan untuk berbuka puasa. Hal tersebut dikarenakan cara pembuatan coto menggala lebih mudah dan bahan bakunya gampang di dapat.
"Biasanya menu saat berbuka, sehingga cepat kenyang namun tidak bikin terlalu kenyang, sehingga setelah sholat tarawih baru menyantap makanan berat dari nasi," ucapnya lagi.
Beberapa bahan untuk mengolah coto menggala yakni singkong (menggala) yang tidak terlalu tua, garam, jahe, cengkeh, dan sedikit penyedap rasa.
Baca juga: Pemprov Kalteng kaji penataan kawasan permukiman rawan banjir
"Singkong yang digunakan harus yang muda, agar tidak keras saat direbus dan dimakan, dan juga untuk menghasilkan hasil yang pas," ujar Juhranati yang sudah berjualan sejak tahun 2011 di depan Kelurahan Mendawai tersebut.
Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata Kobar Bambang Sigit Purnomo mengatakan pemerintah terus berupaya mempromosikan kuliner khas Kobar khususnya coto menggala ini.
"Ditahun 2020, coto menggala pernah dinobatkan sebagai makanan tradisional terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2020," ujar Sigit.
Baca juga: Aksi Sapta Pesona Kalteng bersihkan desa wisata Pasir Panjang Kobar
Sebagai upaya mengenalkan makanan khas kabupaten yang beribukota Pangkalan Bun tersebut ke wisatawan asing, Dinas Pariwisata menjadikan kuliner tersebut disajikan di kelotok wisata yang biasa digunakan wisatawan saat berkunjung ke TN Tanjung Puting.
Jadi tidak ada salahnya saat anda berkunjung ke kabupaten yang berjarak 455 km dari ibukota Kalimantan Tengah yakni Palangka Raya tersebut, selain berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting, dan susur Sungai Arut, tetapi juga menikmati keunikan kuliner khas Kobar tersebut yakni Coto Menggala.
Baca juga: Pastikan tak ada korban banjir kelaparan, Gubernur Kalteng blusukan ke sejumlah lokasi