Pangkalan Bun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, menerapkan konsep cetak biru klaster pertanian sebagai upaya hilirisasi produk-produk pertanian yang bisa diserap oleh pasar dalam menghadapi resesi global 2023.
"Konsep cetak biru pertanian ini merupakan upaya Pemkab Kobar dalam menekan dan menghadapi resesi global 2023," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Sekertaris Daerah Pemkab Kobar, Juni Gultom di Pangkalan Bun, Rabu.
Dijelaskan Juni Gultom, hal tersebut sesuai dengan arahan dari Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur Kalteng Sugianto Sabran pada Rakornas Selasa (17/01) di Sentul. Adapun Langkah-langkah dalam menghadapi resisi global 2023, di antaranya pembangunan setra-sentra ekonomi baru, seperti pemberdayaan UMKM.
"Di Kobar sendiri memiliki kawasan industri nasional yakni produksi CPO dan minyak goreng yang berada di Tempenek Kecamatan Kumai," ujar Plt Sekda.
Menurut Plt Sekda, konsep cetak biru klaster pertanian sendiri merupakan sistem pendekatan secara geografis untuk produk pertanian pangan antara kelompok tani komersial dengan industri terkait yang saling berhubungan.
"Sistem klaster ini untuk meningkatkan daya saing dan strategi inovasi dalam pembangunan ekonomi sektor pertanian," ucap Juni Gultom.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat sendiri memiliki potensi komoditas yang bisa terus dikembangkan dan menjadi keunggulan dari daerah yang memiliki semboyan Marunting Bumi Aji tersebut.
Komoditas unggulan dari Kabupaten Kobar tersebut antara lain, untuk komoditas biofarmaka yakni lengkuas, kunyit, jahe nilam dan lainnya, sementara untuk perikanan dan peternakan yakni budidaya keramba seperti nila, gurame, dan lainnya, untuk budi daya kolam yakni bandeng, belut, lele dan lainnya.
"Untuk peternakan kita sudah tahu potensi peternakan sapi di sini salah satu daerah peternakan sapi terbesar di Indonesia, untuk tanaman pangan dan buah kita ada pisang, nangka, kelapa, cabai rawit dan masih banyak lagi," ujarnya.
Ditambahkan Juni Gultom, saat ini pihaknya terus menyiapkan konsep dengan berpedoman pada enam unsur manajemen yaitu man (manusia), material (bahan), money (uang), machine (mesin), methode (metode) dan market (pasar).
"Semoga dengan adanya program ini bisa meningkatkan daya saing produksi pertanian, memperluas jangkauan produk, dan mampu meningkatkan kualitas pangan masyarakat," ucapnya.
"Konsep cetak biru pertanian ini merupakan upaya Pemkab Kobar dalam menekan dan menghadapi resesi global 2023," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Sekertaris Daerah Pemkab Kobar, Juni Gultom di Pangkalan Bun, Rabu.
Dijelaskan Juni Gultom, hal tersebut sesuai dengan arahan dari Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur Kalteng Sugianto Sabran pada Rakornas Selasa (17/01) di Sentul. Adapun Langkah-langkah dalam menghadapi resisi global 2023, di antaranya pembangunan setra-sentra ekonomi baru, seperti pemberdayaan UMKM.
"Di Kobar sendiri memiliki kawasan industri nasional yakni produksi CPO dan minyak goreng yang berada di Tempenek Kecamatan Kumai," ujar Plt Sekda.
Menurut Plt Sekda, konsep cetak biru klaster pertanian sendiri merupakan sistem pendekatan secara geografis untuk produk pertanian pangan antara kelompok tani komersial dengan industri terkait yang saling berhubungan.
"Sistem klaster ini untuk meningkatkan daya saing dan strategi inovasi dalam pembangunan ekonomi sektor pertanian," ucap Juni Gultom.
Di Kabupaten Kotawaringin Barat sendiri memiliki potensi komoditas yang bisa terus dikembangkan dan menjadi keunggulan dari daerah yang memiliki semboyan Marunting Bumi Aji tersebut.
Komoditas unggulan dari Kabupaten Kobar tersebut antara lain, untuk komoditas biofarmaka yakni lengkuas, kunyit, jahe nilam dan lainnya, sementara untuk perikanan dan peternakan yakni budidaya keramba seperti nila, gurame, dan lainnya, untuk budi daya kolam yakni bandeng, belut, lele dan lainnya.
"Untuk peternakan kita sudah tahu potensi peternakan sapi di sini salah satu daerah peternakan sapi terbesar di Indonesia, untuk tanaman pangan dan buah kita ada pisang, nangka, kelapa, cabai rawit dan masih banyak lagi," ujarnya.
Ditambahkan Juni Gultom, saat ini pihaknya terus menyiapkan konsep dengan berpedoman pada enam unsur manajemen yaitu man (manusia), material (bahan), money (uang), machine (mesin), methode (metode) dan market (pasar).
"Semoga dengan adanya program ini bisa meningkatkan daya saing produksi pertanian, memperluas jangkauan produk, dan mampu meningkatkan kualitas pangan masyarakat," ucapnya.