Sampit (ANTARA) - Puskesmas Baamang I Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menggelar sosialisasi higiene sanitasi pangan bagi penjamah makanan di wilayah kerja mereka untuk mencegah terulangnya musibah keracunan massal.
"Kegiatan ini menindaklanjuti kejadian keracunan makanan yang terjadi belum lama ini. Melalui sosialisasi ini diharapkan pembuat dan penjual makanan memahami tentang keamanan pangan yang mereka jual," kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi di Sampit, Kamis.
Seperti diketahui, keracunan massal terjadi Sampit pada Rabu (29/3) lalu. Beberapa hari berselang, tercatat 84 korban yang ditangani medis, satu orang meninggal dunia saat dirujuk menuju RSUD dr Murjani Sampit.
Hasil penelusuran Dinas Kesehatan, seluruh korban ternyata mengonsumsi kue "ipau" yang mereka beli dari sebuah tempat penjualan kue khas Ramadhan di Jalan Usman Harun Kelurahan Baamang Hilir. Lokasinya masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Baamang I.
Hasil pemeriksaan laboratorium oleh tim Dinas Kesehatan, ditemukan bakteri E. Coli dan Salmonella pada sisa kue tersebut. Bakteri itulah yang diduga memicu terjadinya keracunan makanan yang membuat banyak korban harus ditangani tim medis.
Menurut Supriadi, kejadian itu menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Salah satu upaya yang dilakukan agar keracunan massal tidak terulang adalah dengan mengedukasi masyarakat, khususnya pelaku usaha tentang keamanan pangan.
Baca juga: THR ASN Pemkab Kotim dibayar Senin
Untuk itu digelar sosialisasi yang diikuti 30 peserta tersebut dengan melibatkan camat, Polsek dan Dinas Kesehatan. Di antara peserta turut hadir penjual kue ipau, termasuk pelaku usaha yang kue ipau jualannya diduga penyebab keracunan massal tersebut.
Menurut Supriadi, sangat penting bagi pembuat dan penjual makanan memahami keamanan pangan. Mereka harus paham tentang higienis saat pembuatan, memasak dan menjual makanan buatan mereka.
"Terutama di saat bulan Ramadhan ini agar mereka nantinya tahu bahwa makanan yang bisa mengakibatkan keracunan makanan dan mana makanan yang sehat, halal dan bergizi," jelas Supriadi.
Puskesmas Baamang I rutin menggelar sosialisasi keamanan pangan kepada pelaku usaha kuliner. Kegiatan ini hanya sempat terhenti saat kasus COVID-19 tinggi sehingga saat itu tidak boleh ada kerumunan. Kini kegiatan tersebut akan kembali digencarkan untuk mencegah terulangnya keracunan massal.
Menurut Supriadi, ciri keracunan makanan itu umumnya penderita mengalami mencret, nyeri perut, demam dan pusing. Korban pun menjadi lemas karena kekurangan cairan.
"Ini harus kita waspadai karena reaksinya cepat. Dulu pernah anak SD makan kue ulang tahun yang ternyata terkontaminasi, sehingga hanya dalam waktu sekitar 15 menit kemudian ada sekitar 30 orang terkapar. Kejadian seperti ini harus kita cegah agar tidak sampai terulang," demikian Supriadi.
Baca juga: Aset Pemkab Kotim, lokasi kebakaran akan ditata agar tidak kumuh
Baca juga: Kapal perintis jadi opsi angkutan tambahan pemudik di Pelabuhan Sampit
Baca juga: Pemilih di Kotim bertambah signifikan menjadi 305.835 orang
"Kegiatan ini menindaklanjuti kejadian keracunan makanan yang terjadi belum lama ini. Melalui sosialisasi ini diharapkan pembuat dan penjual makanan memahami tentang keamanan pangan yang mereka jual," kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi di Sampit, Kamis.
Seperti diketahui, keracunan massal terjadi Sampit pada Rabu (29/3) lalu. Beberapa hari berselang, tercatat 84 korban yang ditangani medis, satu orang meninggal dunia saat dirujuk menuju RSUD dr Murjani Sampit.
Hasil penelusuran Dinas Kesehatan, seluruh korban ternyata mengonsumsi kue "ipau" yang mereka beli dari sebuah tempat penjualan kue khas Ramadhan di Jalan Usman Harun Kelurahan Baamang Hilir. Lokasinya masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Baamang I.
Hasil pemeriksaan laboratorium oleh tim Dinas Kesehatan, ditemukan bakteri E. Coli dan Salmonella pada sisa kue tersebut. Bakteri itulah yang diduga memicu terjadinya keracunan makanan yang membuat banyak korban harus ditangani tim medis.
Menurut Supriadi, kejadian itu menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Salah satu upaya yang dilakukan agar keracunan massal tidak terulang adalah dengan mengedukasi masyarakat, khususnya pelaku usaha tentang keamanan pangan.
Baca juga: THR ASN Pemkab Kotim dibayar Senin
Untuk itu digelar sosialisasi yang diikuti 30 peserta tersebut dengan melibatkan camat, Polsek dan Dinas Kesehatan. Di antara peserta turut hadir penjual kue ipau, termasuk pelaku usaha yang kue ipau jualannya diduga penyebab keracunan massal tersebut.
Menurut Supriadi, sangat penting bagi pembuat dan penjual makanan memahami keamanan pangan. Mereka harus paham tentang higienis saat pembuatan, memasak dan menjual makanan buatan mereka.
"Terutama di saat bulan Ramadhan ini agar mereka nantinya tahu bahwa makanan yang bisa mengakibatkan keracunan makanan dan mana makanan yang sehat, halal dan bergizi," jelas Supriadi.
Puskesmas Baamang I rutin menggelar sosialisasi keamanan pangan kepada pelaku usaha kuliner. Kegiatan ini hanya sempat terhenti saat kasus COVID-19 tinggi sehingga saat itu tidak boleh ada kerumunan. Kini kegiatan tersebut akan kembali digencarkan untuk mencegah terulangnya keracunan massal.
Menurut Supriadi, ciri keracunan makanan itu umumnya penderita mengalami mencret, nyeri perut, demam dan pusing. Korban pun menjadi lemas karena kekurangan cairan.
"Ini harus kita waspadai karena reaksinya cepat. Dulu pernah anak SD makan kue ulang tahun yang ternyata terkontaminasi, sehingga hanya dalam waktu sekitar 15 menit kemudian ada sekitar 30 orang terkapar. Kejadian seperti ini harus kita cegah agar tidak sampai terulang," demikian Supriadi.
Baca juga: Aset Pemkab Kotim, lokasi kebakaran akan ditata agar tidak kumuh
Baca juga: Kapal perintis jadi opsi angkutan tambahan pemudik di Pelabuhan Sampit
Baca juga: Pemilih di Kotim bertambah signifikan menjadi 305.835 orang