Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah membeli ekskavator amfibi seharga Rp5,3 miliar sebagai upaya menangani banjir yang masih kerap terjadi di sejumlah lokasi di Sampit.
"Selama ini penanganan tidak optimal karena banyak rumah warga kita di pinggir atau bahkan sebagian masuk ke sungai-sungai kecil dalam kota Sampit. Kalau dengan ekskavator amfibi ini lebih mudah karena ekskavatornya langsung turun ke sungai," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Jumat.
Halikinnor didampingi Sekretaris Daerah Fajrurrahman dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kaspulzen Heriyanto menyaksikan penggunaan pertama ekskavator amfibi tersebut di Sungai Pemuatan yang bermuara di Sungai Mentaya.
Ekskavator amfibi berbobot 8 ton itu kombinasi rakitan dalam negeri dan Jepang. Pengadaannya dibeli melalui e-katalog dengan harga sekitar Rp5,3 miliar atau lebih dari dua kali lipat harga ekskavator biasa.
Penggunaan ekskavator amfibi ini diharapkan efektif untuk mengeruk sedimentasi lumpur yang selama ini menimbulkan pendangkalan sungai-sungai kecil yang ada di Sampit, meliputi Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang.
Ponton ekskavator ini bisa digerakkan melebar dan mengecil sehingga bisa digunakan di sungai yang lebar maupun sedikit kecil. Dengan begitu setelah dikeruk, diharapkan sungai-sungai kecil yang membelah Kota Sampit akan mengalirkan air dengan lancar ke Sungai Mentaya sehingga air tidak sampai terhambat menggenangi Sampit.
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi pengurus gereja gencar bantu pencegahan narkoba
"Selama ini karena sungai-sungai kecil ini dangkal, air lambat turun ke Sungai Mentaya sehingga sempat meluber menggenangi permukiman. Dengan ekskavator amfibi ini kita bisa mengeruk pendangkalan mulai dari wilayah atas, alur, sampai ke muara sehingga air benar-benar lancar," ujar Halikinnor.
Halikinnor mengaku sudah merencanakan pengadaan ekskavator amfibi ini sejak awal dia menjabat 2021 lalu. Dia meminta maaf karena pembelian ekskavator amfibi ini baru terlaksana karena terbatasnya keuangan daerah imbas pandemi COVID-19 sehingga banyak anggaran difokuskan untuk penanganan pandemi dan dampaknya.
Selain itu, pembelian ekskavator ini juga harus dipesan terlebih dahulu untuk menyesuaikan kondisi geografis daerah. Namun dia bersyukur kini ekskavator amfibi tersebut telah tersedia dan bisa mulai digunakan.
Halikinnor berharap ekskavator amfibi ini bisa optimal dalam upaya penanggulangan banjir di Sampit. Dia juga berharap alat berat ini bisa dimanfaatkan dalam waktu lama.
"Saya juga memohon dukungan dan bantuan masyarakat dalam penanganan banjir ini. Tolong jangan membuang sampah ke sungai supaya sungai kita tidak semakin dangkal. Selain itu, mohon bangunan jangan sampai memakan badan sungai karena memicu penyempitan sungai kita," demikian Halikinnor.
Baca juga: Disdik Kotim berharap 494 PPPK guru bekerja lebih optimal
Baca juga: PT Unggul Lestari gelar apel siaga dan simulasi penanggulangan karhutla
Baca juga: Serahkan SK pengangkatan, Bupati Kotim minta 522 PPPK tingkatkan kinerja
"Selama ini penanganan tidak optimal karena banyak rumah warga kita di pinggir atau bahkan sebagian masuk ke sungai-sungai kecil dalam kota Sampit. Kalau dengan ekskavator amfibi ini lebih mudah karena ekskavatornya langsung turun ke sungai," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Jumat.
Halikinnor didampingi Sekretaris Daerah Fajrurrahman dan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kaspulzen Heriyanto menyaksikan penggunaan pertama ekskavator amfibi tersebut di Sungai Pemuatan yang bermuara di Sungai Mentaya.
Ekskavator amfibi berbobot 8 ton itu kombinasi rakitan dalam negeri dan Jepang. Pengadaannya dibeli melalui e-katalog dengan harga sekitar Rp5,3 miliar atau lebih dari dua kali lipat harga ekskavator biasa.
Penggunaan ekskavator amfibi ini diharapkan efektif untuk mengeruk sedimentasi lumpur yang selama ini menimbulkan pendangkalan sungai-sungai kecil yang ada di Sampit, meliputi Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang.
Ponton ekskavator ini bisa digerakkan melebar dan mengecil sehingga bisa digunakan di sungai yang lebar maupun sedikit kecil. Dengan begitu setelah dikeruk, diharapkan sungai-sungai kecil yang membelah Kota Sampit akan mengalirkan air dengan lancar ke Sungai Mentaya sehingga air tidak sampai terhambat menggenangi Sampit.
Baca juga: Bupati Kotim apresiasi pengurus gereja gencar bantu pencegahan narkoba
"Selama ini karena sungai-sungai kecil ini dangkal, air lambat turun ke Sungai Mentaya sehingga sempat meluber menggenangi permukiman. Dengan ekskavator amfibi ini kita bisa mengeruk pendangkalan mulai dari wilayah atas, alur, sampai ke muara sehingga air benar-benar lancar," ujar Halikinnor.
Halikinnor mengaku sudah merencanakan pengadaan ekskavator amfibi ini sejak awal dia menjabat 2021 lalu. Dia meminta maaf karena pembelian ekskavator amfibi ini baru terlaksana karena terbatasnya keuangan daerah imbas pandemi COVID-19 sehingga banyak anggaran difokuskan untuk penanganan pandemi dan dampaknya.
Selain itu, pembelian ekskavator ini juga harus dipesan terlebih dahulu untuk menyesuaikan kondisi geografis daerah. Namun dia bersyukur kini ekskavator amfibi tersebut telah tersedia dan bisa mulai digunakan.
Halikinnor berharap ekskavator amfibi ini bisa optimal dalam upaya penanggulangan banjir di Sampit. Dia juga berharap alat berat ini bisa dimanfaatkan dalam waktu lama.
"Saya juga memohon dukungan dan bantuan masyarakat dalam penanganan banjir ini. Tolong jangan membuang sampah ke sungai supaya sungai kita tidak semakin dangkal. Selain itu, mohon bangunan jangan sampai memakan badan sungai karena memicu penyempitan sungai kita," demikian Halikinnor.
Baca juga: Disdik Kotim berharap 494 PPPK guru bekerja lebih optimal
Baca juga: PT Unggul Lestari gelar apel siaga dan simulasi penanggulangan karhutla
Baca juga: Serahkan SK pengangkatan, Bupati Kotim minta 522 PPPK tingkatkan kinerja