Sampit (ANTARA) - Warga Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah dianjurkan menggunakan masker untuk mencegah penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat asap kebakaran hutan lahan yang membuat kualitas udara di kota ini menurun.
"Data ISPU (indeks standar pencemar udara) dari Dinas Lingkungan Hidup bahwa kualitas udara saat ini masuk kategori Tidak Sehat. Tentu ini perlu disikapi dengan pencegahan, yaitu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah," kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi di Sampit, Senin.
Supriadi mengakui, beberapa hari terakhir mulai terasa penurunan kualitas udara. Secara kasat mata, hal itu terlihat dari munculnya asap yang mengganggu jarak pandang serta bau asap yang cukup menyengat, khususnya saat pagi dan malam hari.
Kondisi ini diduga akibat kebakaran lahan yang mulai marak di seputaran Kota Sampit. Di beberapa lokasi bahkan kebakaran lahan terjadi beberapa hari sehingga menimbulkan asap.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata Supriadi, kasus ISPA terjadi peningkatan saat musim kemarau seperti sekarang. Pemicunya tidak terlepas dari kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan asap dan membuat kualitas udara menurun.
Selain itu, saat kemarau ini rawan terjadi peningkatan kasus diare. Hal itu dipicu mulai terbatasnya air bersih karena beberapa lokasi sering dilanda kekeringan.
Untuk menyikapi kondisi ini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi serta istirahat yang cukup. Bagi yang beraktivitas di luar rumah, dianjurkan menggunakan masker, apalagi jika kualitas udara dinyatakan sedang tidak sehat atau malah masuk kategori berbahaya.
Baca juga: Anggota DPRD Kotim diingatkan cegah korupsi
"Kalau demam dan pilek, segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Jangan ditunda-tunda. Biasanya dari tahun ke tahun saat kemarau sering terjadi lonjakan kasus, terutama ISPA. Makanya harus kita antisipasi bersama," harap Supriadi.
Sementara itu Dian Taresa, salah seorang warga Sampit mengaku mulai khawatir dengan kondisi saat ini. Asap mulai mengganggu, khususnya di pagi hari sehingga dikhawatirkan mengganggu kesehatan, khususnya anak-anak.
"Saya biasanya mengajak anak untuk jalan berkeliling komplek saat pagi hari. Tapi tiga hari terakhir ini tidak saya lakukan karena asap mulai terasa mengganggu. Saya khawatir berdampak terhadap kesehatan anak saya yang baru berusia satu tahun," kata Dian.
Warga Perumahan Graha Pramuka ini pun lebih memilih mengurangi mengajak anaknya bermain di luar rumah. Saat asap muncul, dia mengandalkan pendingin ruangan untuk mengurangi terhirup polusi asap kebakaran hutan dan lahan.
Sementara itu data Dinas Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur pada Senin pagi, ISPU sudah mencapai 108 dan masuk kategori Tidak Sehat. Pada pukul 00.00 dini hari bahkan ISPU sempat mencapai angka 121.
Dinas Lingkungan Hidup juga menganjurkan masyarakat menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Hal itu sesuai dengan rekomendasi yang termuat pada sistem pengukuran ISPU yang terhubung langsung dengan pemerintah pusat tersebut.
Baca juga: Kemampuan Satlinmas Kotim terus ditingkatkan bantu sukseskan Pemilu 2024
Baca juga: Kualitas udara di Sampit mulai tidak sehat akibat asap karhutla
Baca juga: Sikapi kekerasan terhadap anak, Pemkab Kotim ajak masyarakat optimalkan pencegahan
"Data ISPU (indeks standar pencemar udara) dari Dinas Lingkungan Hidup bahwa kualitas udara saat ini masuk kategori Tidak Sehat. Tentu ini perlu disikapi dengan pencegahan, yaitu menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah," kata Kepala Puskesmas Baamang I, Supriadi di Sampit, Senin.
Supriadi mengakui, beberapa hari terakhir mulai terasa penurunan kualitas udara. Secara kasat mata, hal itu terlihat dari munculnya asap yang mengganggu jarak pandang serta bau asap yang cukup menyengat, khususnya saat pagi dan malam hari.
Kondisi ini diduga akibat kebakaran lahan yang mulai marak di seputaran Kota Sampit. Di beberapa lokasi bahkan kebakaran lahan terjadi beberapa hari sehingga menimbulkan asap.
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kata Supriadi, kasus ISPA terjadi peningkatan saat musim kemarau seperti sekarang. Pemicunya tidak terlepas dari kebakaran hutan dan lahan yang menimbulkan asap dan membuat kualitas udara menurun.
Selain itu, saat kemarau ini rawan terjadi peningkatan kasus diare. Hal itu dipicu mulai terbatasnya air bersih karena beberapa lokasi sering dilanda kekeringan.
Untuk menyikapi kondisi ini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi serta istirahat yang cukup. Bagi yang beraktivitas di luar rumah, dianjurkan menggunakan masker, apalagi jika kualitas udara dinyatakan sedang tidak sehat atau malah masuk kategori berbahaya.
Baca juga: Anggota DPRD Kotim diingatkan cegah korupsi
"Kalau demam dan pilek, segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Jangan ditunda-tunda. Biasanya dari tahun ke tahun saat kemarau sering terjadi lonjakan kasus, terutama ISPA. Makanya harus kita antisipasi bersama," harap Supriadi.
Sementara itu Dian Taresa, salah seorang warga Sampit mengaku mulai khawatir dengan kondisi saat ini. Asap mulai mengganggu, khususnya di pagi hari sehingga dikhawatirkan mengganggu kesehatan, khususnya anak-anak.
"Saya biasanya mengajak anak untuk jalan berkeliling komplek saat pagi hari. Tapi tiga hari terakhir ini tidak saya lakukan karena asap mulai terasa mengganggu. Saya khawatir berdampak terhadap kesehatan anak saya yang baru berusia satu tahun," kata Dian.
Warga Perumahan Graha Pramuka ini pun lebih memilih mengurangi mengajak anaknya bermain di luar rumah. Saat asap muncul, dia mengandalkan pendingin ruangan untuk mengurangi terhirup polusi asap kebakaran hutan dan lahan.
Sementara itu data Dinas Lingkungan Hidup Kotawaringin Timur pada Senin pagi, ISPU sudah mencapai 108 dan masuk kategori Tidak Sehat. Pada pukul 00.00 dini hari bahkan ISPU sempat mencapai angka 121.
Dinas Lingkungan Hidup juga menganjurkan masyarakat menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Hal itu sesuai dengan rekomendasi yang termuat pada sistem pengukuran ISPU yang terhubung langsung dengan pemerintah pusat tersebut.
Baca juga: Kemampuan Satlinmas Kotim terus ditingkatkan bantu sukseskan Pemilu 2024
Baca juga: Kualitas udara di Sampit mulai tidak sehat akibat asap karhutla
Baca juga: Sikapi kekerasan terhadap anak, Pemkab Kotim ajak masyarakat optimalkan pencegahan