Sampit (ANTARA) - Sejumlah harga komoditas pangan di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mengalami kenaikan harga pada H-1 Lebaran 2024, salah satunya daging sapi yang kini tembus Rp180 ribu per kilogram.
“Harga daging sapi sudah naik, kalau sebelumnya kami masih bisa jual Rp130 ribu per kilogram, sekarang sudah Rp170 ribu - Rp180 ribu,” kata salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Subuh, Lia di Sampit, Selasa.
Ia menyampaikan, kenaikan harga daging sapi sudah terjadi sejak pertengahan Ramadhan, namun untuk kenaikan secara signifikan mulai terlihat empat hari sebelum Lebaran 1445 Hijriah.
Kondisi seperti ini biasa terjadi ketika menjelang Lebaran. Dia menegaskan, kenaikan harga bukan keputusan dari pedagang eceran seperti mereka, melainkan sudah naik dari pemasok.
“Harga sapi hidupnya sudah naik duluan, makanya kami pun menyesuaikan dengan kenaikan tersebut,” ucapnya.
Pedagang sapi lainnya, Muhammad Rafik menambahkan kenaikan harga sapi ini dipengaruhi tingginya permintaan masyarakat di daerah pemasok, seperti Jawa, Madura dan Sulawesi, sehingga Kotim yang mendatangkan pasokan sapi dari wilayah tersebut juga terkena imbasnya.
Para pedagang di pasar sebenarnya sudah berupaya menekan kenaikan harga, namun mendekati Lebaran selisih harga semakin drastis sehingga mereka ikut menyesuaikan.
Baca juga: BPBD Kotim siapkan tim patroli pengamanan Pantai Ujung Pandaran
“Jadi naiknya sudah dari pertengahan Ramadhan kemarin, cuma kami tahan. Paling kami naikkan Rp5.000 saja, cuma memang kalau permintaan masyarakat naik otomatis harga naik dengan sendirinya,” ucapnya.
Terlebih, menjelang Lebaran jumlah pembeli meningkat sehingga ia harus bekerja ekstra
bahkan menambah karyawan, sehingga menjadi pertimbangan dalam menaikkan harga.
Jika pada hari biasa ia menjual 120-130 kilogram daging sapi per hari, dalam 3 hari terakhir ia bisa menjual hingga 1 ton per hari. Pembeli yang datang bukan hanya dari Kotim, tapi juga dari kabupaten tetangga.
“Contohnya, warga Desa Sukamandang (Kabupaten Seruyan) juga membeli sapi ke sini, padahal di sana juga ada pasar. Tapi sebagai pedagang tentu kami bersyukur,” imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli bernama Aulia mengaku membeli sapi untuk sajian saat Lebaran. Menyambut hari kemenangan bagi umat Islam, ia ingin menyajikan hidangan yang istimewa untuk keluarganya.
Meski ada alternatif daging sapi beku, ia tetap memilih membeli daging segar di pasar karena menurutnya kualitasnya berbeda. Kenaikan harga pun tak menjadi penghalang, sebab momentum Hari Raya Idul Fitri hanya terjadi satu kali setahun.
“Harga naik jelang Lebaran itu sudah biasa tinggal menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi, toh tidak setiap hari juga beli daging sapi, jadi tidak apa-apa,” demikian Aulia.
Baca juga: Pelindo jadwalkan perbaikan terminal penumpang Pelabuhan Sampit setelah Lebaran
Baca juga: Ratusan pemudik program mudik gratis bertolak dari Pelabuhan Sampit
Baca juga: Harga ayam potong di Sampit melejit H-2 Lebaran 2024
“Harga daging sapi sudah naik, kalau sebelumnya kami masih bisa jual Rp130 ribu per kilogram, sekarang sudah Rp170 ribu - Rp180 ribu,” kata salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Subuh, Lia di Sampit, Selasa.
Ia menyampaikan, kenaikan harga daging sapi sudah terjadi sejak pertengahan Ramadhan, namun untuk kenaikan secara signifikan mulai terlihat empat hari sebelum Lebaran 1445 Hijriah.
Kondisi seperti ini biasa terjadi ketika menjelang Lebaran. Dia menegaskan, kenaikan harga bukan keputusan dari pedagang eceran seperti mereka, melainkan sudah naik dari pemasok.
“Harga sapi hidupnya sudah naik duluan, makanya kami pun menyesuaikan dengan kenaikan tersebut,” ucapnya.
Pedagang sapi lainnya, Muhammad Rafik menambahkan kenaikan harga sapi ini dipengaruhi tingginya permintaan masyarakat di daerah pemasok, seperti Jawa, Madura dan Sulawesi, sehingga Kotim yang mendatangkan pasokan sapi dari wilayah tersebut juga terkena imbasnya.
Para pedagang di pasar sebenarnya sudah berupaya menekan kenaikan harga, namun mendekati Lebaran selisih harga semakin drastis sehingga mereka ikut menyesuaikan.
Baca juga: BPBD Kotim siapkan tim patroli pengamanan Pantai Ujung Pandaran
“Jadi naiknya sudah dari pertengahan Ramadhan kemarin, cuma kami tahan. Paling kami naikkan Rp5.000 saja, cuma memang kalau permintaan masyarakat naik otomatis harga naik dengan sendirinya,” ucapnya.
Terlebih, menjelang Lebaran jumlah pembeli meningkat sehingga ia harus bekerja ekstra
bahkan menambah karyawan, sehingga menjadi pertimbangan dalam menaikkan harga.
Jika pada hari biasa ia menjual 120-130 kilogram daging sapi per hari, dalam 3 hari terakhir ia bisa menjual hingga 1 ton per hari. Pembeli yang datang bukan hanya dari Kotim, tapi juga dari kabupaten tetangga.
“Contohnya, warga Desa Sukamandang (Kabupaten Seruyan) juga membeli sapi ke sini, padahal di sana juga ada pasar. Tapi sebagai pedagang tentu kami bersyukur,” imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli bernama Aulia mengaku membeli sapi untuk sajian saat Lebaran. Menyambut hari kemenangan bagi umat Islam, ia ingin menyajikan hidangan yang istimewa untuk keluarganya.
Meski ada alternatif daging sapi beku, ia tetap memilih membeli daging segar di pasar karena menurutnya kualitasnya berbeda. Kenaikan harga pun tak menjadi penghalang, sebab momentum Hari Raya Idul Fitri hanya terjadi satu kali setahun.
“Harga naik jelang Lebaran itu sudah biasa tinggal menyesuaikan dengan kemampuan ekonomi, toh tidak setiap hari juga beli daging sapi, jadi tidak apa-apa,” demikian Aulia.
Baca juga: Pelindo jadwalkan perbaikan terminal penumpang Pelabuhan Sampit setelah Lebaran
Baca juga: Ratusan pemudik program mudik gratis bertolak dari Pelabuhan Sampit
Baca juga: Harga ayam potong di Sampit melejit H-2 Lebaran 2024