Sampit (ANTARA) -
Pegiat habayang di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mendorong pemerintah daerah setempat menjadikan permainan habayang sebagai salah satu kegiatan atau rutinitas di sekolah.
 
“Harapan saya permainan habayang ini dapat dilestarikan, paling tidak dijadikan kegiatan olahraga di sekolah-sekolah bukan hanya olahraga modern yang ada,” kata salah seorang pegiat habayang, Seno di Sampit, Senin.
 
Seno yang menjadi salah seorang peserta lomba habayang pada Festival Budaya Habaring Hurung menyampaikan keprihatinan terhadap permainan tradisional yang kian kehilangan eksistensi. Contohnya permainan habayang yang disebut juga bagasing atau gasing.
 
Ia mengaku sekarang sudah sangat jarang melihat anak-anak memainkan habayang. Bahkan kemungkinan sebagian besar anak-anak sekarang tidak mengenal permainan habayang.

Baca juga: Bupati Kotim targetkan pabrik es operasional tahun ini
 
Kondisi ini membuatnya merasa miris, karena habayang merupakan permainan tradisional yang menjadi bagian kearifan lokal di Kalimantan Tengah, khususnya Kotim. Sudah seharusnya permainan tersebut dilestarikan sebagai salah satu kebanggaan daerah.
 
“Mungkin karena pengaruh gadget dan game-game online. Makanya itu, harapan saya anak-anak sekarang ikut melestarikan dan untuk itu perlu dilakukan upaya dari pemerintah,” ucapnya.
 
Ia yakin dengan menjadikan permainan tradisional sebagai olahraga di sekolah merupakan langkah yang baik untuk melestarikan kearifan lokal. 
 
Mungkin awalnya hanya karena dorongan untuk mendapat nilai bagus, tapi diharapkan lambat laun anak-anak akan mencintai dan ikut melestarikan permainan tradisional.

Baca juga: Pemkab Kotim siap sukseskan Gerakan Sinergi Reforma Agraria
 
Ia menambahkan permainan habayang memiliki trik tersendiri bukan sekedar melempar gasing agar dapat berputar. Pertama, perhatikan kekuatan ketika memutar tali gasing agar ketika pertandingan satu lawan satu, gasing yang diputar bisa bertahan terkena pukulan lawan. Kedua, ketepatan waktu memukul agar bisa menumbangkan gasing lawan.
 
Hal tak jauh berbeda diungkapkan juri lomba habayang pada Festival Budaya Habaring Hurung 2024, Berto menyebut permainan habayang sudah jarang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
 
Oleh sebab itu, ia menyambut baik Festival Budaya Habaring Hurung yang diisi dengan perlombaan berbagai permainan tradisional, salah satunya habayang. Menurutnya, event ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam menggali dan melestarikan permainan tradisional.
 
“Melihat fenomena saat ini kami menyambut baik Festival Budaya Habaring Hurung, supaya menggali lagi permainan tradisional. Mudah-mudahan kedepannya kegiatan ini terus berlanjut,” ucap Berto.
 
Terkait habayang maupun permainan tradisional sebagai olahraga sekolah, menurut pria yang juga berprofesi sebagai guru ini sudah ada beberapa sekolah yang menerapkan hal tersebut. 
 
Namun secara pribadi ia mendukung jika permainan tradisional dijadikan olahraga rutin di sekolah sebagai upaya pelestarian kekayaan daerah. 

Baca juga: Bupati Kotim instruksikan segera perbaiki jalan masuk depo sampah

Baca juga: Bantu percepat pengeringan gabah, Bupati Kotim sediakan vertical dryer

Baca juga: Jaring bibit potensial, 189 pelajar SD Kotim ikuti O2SN dan FLS2N

Pewarta : Devita Maulina
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024