Sampit (ANTARA) - Seorang pria bernama Lani warga Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah dilarikan ke rumah sakit usai diduga diserang buaya saat sedang mencari ikan dengan cara merempa menggunakan jala.
“Betul terjadi dugaan serangan buaya pada warga Desa Satiruk. Kejadiannya pada Selasa malam saat warga tersebut sedang merempa,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Muriansyah di Sampit, Kamis.
Muriansyah menjelaskan, pada Rabu 24 April 2024 pihaknya mendapat informasi terkait dugaan serangan buaya kepada seorang warga melalui unggahan di media sosial.
Pihaknya pun segera menelusuri informasi tersebut dan menghubungi si pengunggah yang merupakan petugas di Puskesmas Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit. Dari keterangan si pengunggah diketahui kejadian serangan buaya tersebut berlokasi di Desa Satiruk, Kecamatan Pulau Hanaut.
Kemudian, pihaknya mengkonfirmasi ulang informasi itu dengan menghubungi teman yang bertugas di wilayah Kecamatan Pulau Hanaut dan hasilnya benar ada kejadian dugaan serangan buaya di lokasi tersebut.
“Terkait kondisi korban, luka dan lainnya masih kami telusuri. Informasinya korban yang biasa dipanggil Amang Olan sempat dirawat di Puskesmas Ujung Pandaran, lalu dirujuk ke RSUD dr. Murjani Sampit,” ucapnya.
Muriansyah melanjutkan, pihaknya tengah berusaha menghubungi aparat desa setempat guna memastikan lokasi kejadian untuk dilakukan upaya observasi. Ia belum bisa memastikan adanya habitat buaya di wilayah Desa Satiruk, karena lokasi desa yang berada di muara Sungai Mentaya cukup sulit diakses.
Kemunculan buaya di Kecamatan Pulau Hanaut sebenarnya bukan hal baru bagi warga setempat, tapi khusus untuk Desa Satiruk baru pertama kali ada kejadian dugaan serangan buaya.
Menurut Muriansyah, daerah atau desa yang berada di tepi Sungai Mentaya dan sungai lainnya, seperti Sungai Cempaga dan Sungai Tualan merupakan daerah yang rawan kemunculan buaya.
“Kalau ditanya Desa Satiruk termasuk rawan buaya, jawabannya iya. Sebab, daerah atau desa yang berada di tepi sungai adalah termasuk daerah rawan,” ujarnya.
Baca juga: Pemenang O2SN dan FLS2N jenjang SD Kotim, siap wakili ke provinsi
Oleh sebab itu, warga yang bermukim atau beraktivitas di sungai dan sekitarnya diimbau untuk selalu berhati-hati, terutama pada kondisi gelap mulai dari senja hingga subuh.
Kejadian yang menimpa warga Desa Satiruk ini pun menambah daftar insiden konflik buaya dan manusia di Kecamatan Pulau Hanaut. Berdasarkan data BKSDA Resort Kotim sebelum ini setidaknya ada tiga kejadian serupa di wilayah tersebut dalam 10 tahun terakhir.
Kejadian pertama pada Januari 2014 silam berlokasi di Desa Penyaguan menimpa seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Kejadian kedua pada Desember 2016 di Desa Hanaut, menimpa seorang pria berusia 51 tahun dan menyebabkan korban terluka.
Kemudian, kejadian ketiga pada Juli 2018 di Desa Penyaguan, menimpa seorang pria berusia 45 dan menyebabkan korban luka parah.
Sementara itu, Kepala Desa Satiruk Asra membenarkan tentang warganya yang diduga diserang buaya. Ia pun telah menjenguk warga tersebut yang kini tengah dirawat di RSUD dr. Murjani Sampit.
“Kejadiannya Selasa malam, dia (Lani) merempa di dekat sekolahan. Kalau merempa ini otomatis setengah badan berada di air untuk memasang jala, saat itulah kejadiannya,” kata Asra.
Ia meneruskan, akibat kejadian itu korban mengalami luka yang cukup parah di bagian antara perut dan tulang rusuk sebelah kiri, serta luka di kaki kiri. Saat ditemui di rumah sakit, kondisi korban sudah sedikit membaik dan bisa diajak bicara.
Rencananya korban akan menjalani operasi. Asra pun memastikan warganya telah melengkapi administrasi agar mendapat penanganan medis.
“Untuk BPJS dan lainnya sudah lengkap, rencananya korban akan segera dioperasi. Mudah-mudahan semua berjalan lancar,” imbuhnya.
Asra menambahkan, kemunculan buaya di wilayahnya sebenarnya cukup sering, tapi untuk kejadian dugaan serangan buaya memang baru kali ini. Meski mengetahui adanya buaya di wilayah tersebut, namun karena dorongan mencari nafkah masih banyak warga setempat yang bekerja sebagai nelayan.
Bahkan, sebagian besar warga merupakan nelayan sedangkan sisanya berjualan menggunakan perahu. Akses desa yang terbilang sulit dijangkau membuat lapangan pekerjaan pun terbatas.
Baca juga: Warga Kotim dilarikan ke rumah sakit usai diduga diserang buaya
Baca juga: KPPN Sampit ßsßßßsßßsssßsßsßsßzzßszzßßßßßßzßzßßzß penghargaan mitra kerja terbaik
Baca juga: BNNP Kalteng berupaya wujudkan Perusahaan Bersinar di Kotim
“Betul terjadi dugaan serangan buaya pada warga Desa Satiruk. Kejadiannya pada Selasa malam saat warga tersebut sedang merempa,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Sampit, Muriansyah di Sampit, Kamis.
Muriansyah menjelaskan, pada Rabu 24 April 2024 pihaknya mendapat informasi terkait dugaan serangan buaya kepada seorang warga melalui unggahan di media sosial.
Pihaknya pun segera menelusuri informasi tersebut dan menghubungi si pengunggah yang merupakan petugas di Puskesmas Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit. Dari keterangan si pengunggah diketahui kejadian serangan buaya tersebut berlokasi di Desa Satiruk, Kecamatan Pulau Hanaut.
Kemudian, pihaknya mengkonfirmasi ulang informasi itu dengan menghubungi teman yang bertugas di wilayah Kecamatan Pulau Hanaut dan hasilnya benar ada kejadian dugaan serangan buaya di lokasi tersebut.
“Terkait kondisi korban, luka dan lainnya masih kami telusuri. Informasinya korban yang biasa dipanggil Amang Olan sempat dirawat di Puskesmas Ujung Pandaran, lalu dirujuk ke RSUD dr. Murjani Sampit,” ucapnya.
Muriansyah melanjutkan, pihaknya tengah berusaha menghubungi aparat desa setempat guna memastikan lokasi kejadian untuk dilakukan upaya observasi. Ia belum bisa memastikan adanya habitat buaya di wilayah Desa Satiruk, karena lokasi desa yang berada di muara Sungai Mentaya cukup sulit diakses.
Kemunculan buaya di Kecamatan Pulau Hanaut sebenarnya bukan hal baru bagi warga setempat, tapi khusus untuk Desa Satiruk baru pertama kali ada kejadian dugaan serangan buaya.
Menurut Muriansyah, daerah atau desa yang berada di tepi Sungai Mentaya dan sungai lainnya, seperti Sungai Cempaga dan Sungai Tualan merupakan daerah yang rawan kemunculan buaya.
“Kalau ditanya Desa Satiruk termasuk rawan buaya, jawabannya iya. Sebab, daerah atau desa yang berada di tepi sungai adalah termasuk daerah rawan,” ujarnya.
Baca juga: Pemenang O2SN dan FLS2N jenjang SD Kotim, siap wakili ke provinsi
Oleh sebab itu, warga yang bermukim atau beraktivitas di sungai dan sekitarnya diimbau untuk selalu berhati-hati, terutama pada kondisi gelap mulai dari senja hingga subuh.
Kejadian yang menimpa warga Desa Satiruk ini pun menambah daftar insiden konflik buaya dan manusia di Kecamatan Pulau Hanaut. Berdasarkan data BKSDA Resort Kotim sebelum ini setidaknya ada tiga kejadian serupa di wilayah tersebut dalam 10 tahun terakhir.
Kejadian pertama pada Januari 2014 silam berlokasi di Desa Penyaguan menimpa seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun hingga menyebabkan korban meninggal dunia. Kejadian kedua pada Desember 2016 di Desa Hanaut, menimpa seorang pria berusia 51 tahun dan menyebabkan korban terluka.
Kemudian, kejadian ketiga pada Juli 2018 di Desa Penyaguan, menimpa seorang pria berusia 45 dan menyebabkan korban luka parah.
Sementara itu, Kepala Desa Satiruk Asra membenarkan tentang warganya yang diduga diserang buaya. Ia pun telah menjenguk warga tersebut yang kini tengah dirawat di RSUD dr. Murjani Sampit.
“Kejadiannya Selasa malam, dia (Lani) merempa di dekat sekolahan. Kalau merempa ini otomatis setengah badan berada di air untuk memasang jala, saat itulah kejadiannya,” kata Asra.
Ia meneruskan, akibat kejadian itu korban mengalami luka yang cukup parah di bagian antara perut dan tulang rusuk sebelah kiri, serta luka di kaki kiri. Saat ditemui di rumah sakit, kondisi korban sudah sedikit membaik dan bisa diajak bicara.
Rencananya korban akan menjalani operasi. Asra pun memastikan warganya telah melengkapi administrasi agar mendapat penanganan medis.
“Untuk BPJS dan lainnya sudah lengkap, rencananya korban akan segera dioperasi. Mudah-mudahan semua berjalan lancar,” imbuhnya.
Asra menambahkan, kemunculan buaya di wilayahnya sebenarnya cukup sering, tapi untuk kejadian dugaan serangan buaya memang baru kali ini. Meski mengetahui adanya buaya di wilayah tersebut, namun karena dorongan mencari nafkah masih banyak warga setempat yang bekerja sebagai nelayan.
Bahkan, sebagian besar warga merupakan nelayan sedangkan sisanya berjualan menggunakan perahu. Akses desa yang terbilang sulit dijangkau membuat lapangan pekerjaan pun terbatas.
Baca juga: Warga Kotim dilarikan ke rumah sakit usai diduga diserang buaya
Baca juga: KPPN Sampit ßsßßßsßßsssßsßsßsßzzßszzßßßßßßzßzßßzß penghargaan mitra kerja terbaik
Baca juga: BNNP Kalteng berupaya wujudkan Perusahaan Bersinar di Kotim