Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Kelas IIA Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Sri Astiana mengatakan, pemerintah provinsi maupun kota memiliki peran penting dalam turut meningkatkan kreativitas warga binaan pemasyarakatan (WBP) di lapas tersebut.
"Pemerintah kan akhir-akhir ini kerap mengadakan pameran, ini sangat penting bagi kami untuk memamerkan hasil produk dari karya warga binaan kami," katanya di Palangka Raya, Rabu.
Dirinya menjelaskan, bahwa banyaknya event tersebut berhasil membuat karya para warga binaan untuk dapat lebih dikenal oleh masyarakat secara luas.
Hal tersebut terbukti dengan produk kue kering maupun basah serta kerajinan tangan berupa tas berbahan rotan, mulai ramai dibeli oleh masyarakat pada saat dijual di pameran-pameran.
"Dalam waktu dekat ini kami juga akan terlibat di pameran Palangka Fair. Kami berharap produk dari warga binaan kami bisa menarik mata masyarakat untuk membeli," ucapnya.
Namun, lanjut Sri, dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi para warga binaan di LPP Kelas IIA Palangka Raya, pihaknya memerlukan dukungan-dukungan lain dari pemerintah.
Dengan telah banyaknya produk warga binaan yang dikenal oleh masyarakat, pihaknya memerlukan peralatan produksi yang lebih memadai agar dapat memproduksi dengan skala besar.
"Sekarang ini kami masih menggunakan mixer untuk mengadon tepung yang menggunakan tangan. Itu kan memerlukan waktu yang lama, makanya kami memerlukan bantuan dari pemerintah untuk pengadaan mixer besar," ujarnya.
Baca juga: Warga binaan Lapas Sampit sukses membudidayakan sayuran hidroponik
Sri juga mengatakan, bahwa pembinaan kemandirian ini dilakukan bukan untuk mengharumkan nama LPP Kelas IIA Palangka Raya, tetapi justru memberikan bekal bagi warga binaan ketika masa hukumannya telah usai.
Untuk itu pihaknya tidak hanya memberikan pembinaan kemandirian saja, melainkan juga pembinaan kepribadian agar warga binaan pada saat kembali ke masyarakat dapat berperilaku lebih baik daripada yang sebelumnya.
"Dalam setiap penjualan karya para warga binaan ini kami tidak mengambil keuntungan sama sekali, karena hasilnya akan masuk dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di 2024 ini PNBP kami ada di angka Rp10 juta," demikian Sri Astiana.
Baca juga: Kunjungi Lapas Sukamara, Kakanwil Kemenkumham ingatkan pentingnya jaga profesionalitas dan integritas
Baca juga: Lapas Sukamara tingkatkan sarana prasarana keamanan
Baca juga: Lapas Sampit pindahkan enam warga binaan ke Lapas Kasongan
"Pemerintah kan akhir-akhir ini kerap mengadakan pameran, ini sangat penting bagi kami untuk memamerkan hasil produk dari karya warga binaan kami," katanya di Palangka Raya, Rabu.
Dirinya menjelaskan, bahwa banyaknya event tersebut berhasil membuat karya para warga binaan untuk dapat lebih dikenal oleh masyarakat secara luas.
Hal tersebut terbukti dengan produk kue kering maupun basah serta kerajinan tangan berupa tas berbahan rotan, mulai ramai dibeli oleh masyarakat pada saat dijual di pameran-pameran.
"Dalam waktu dekat ini kami juga akan terlibat di pameran Palangka Fair. Kami berharap produk dari warga binaan kami bisa menarik mata masyarakat untuk membeli," ucapnya.
Namun, lanjut Sri, dalam mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi para warga binaan di LPP Kelas IIA Palangka Raya, pihaknya memerlukan dukungan-dukungan lain dari pemerintah.
Dengan telah banyaknya produk warga binaan yang dikenal oleh masyarakat, pihaknya memerlukan peralatan produksi yang lebih memadai agar dapat memproduksi dengan skala besar.
"Sekarang ini kami masih menggunakan mixer untuk mengadon tepung yang menggunakan tangan. Itu kan memerlukan waktu yang lama, makanya kami memerlukan bantuan dari pemerintah untuk pengadaan mixer besar," ujarnya.
Baca juga: Warga binaan Lapas Sampit sukses membudidayakan sayuran hidroponik
Sri juga mengatakan, bahwa pembinaan kemandirian ini dilakukan bukan untuk mengharumkan nama LPP Kelas IIA Palangka Raya, tetapi justru memberikan bekal bagi warga binaan ketika masa hukumannya telah usai.
Untuk itu pihaknya tidak hanya memberikan pembinaan kemandirian saja, melainkan juga pembinaan kepribadian agar warga binaan pada saat kembali ke masyarakat dapat berperilaku lebih baik daripada yang sebelumnya.
"Dalam setiap penjualan karya para warga binaan ini kami tidak mengambil keuntungan sama sekali, karena hasilnya akan masuk dalam penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di 2024 ini PNBP kami ada di angka Rp10 juta," demikian Sri Astiana.
Baca juga: Kunjungi Lapas Sukamara, Kakanwil Kemenkumham ingatkan pentingnya jaga profesionalitas dan integritas
Baca juga: Lapas Sukamara tingkatkan sarana prasarana keamanan
Baca juga: Lapas Sampit pindahkan enam warga binaan ke Lapas Kasongan