Sampit (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melakukan pendampingan dan monitoring atau memantau pengimbasan praktik baik di Platform Merdeka Mengajar (PMM) bagi guru penggerak setempat.
“Kegiatan ini bertujuan untuk merefleksikan dan juga mendukung para guru yang ada di sekolah penggerak untuk selalu mengunggah bukti karya mereka di PMM,” kata Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Disdik Kotim, Edie Sucipto di Sampit, Jumat.
Kegiatan dilaksanakan di dua tempat, yakni Sekolah Dasar Swasta (SDS) Cita dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Mentaya Hilir Selatan. Dengan melibatkan 18 sekolah guru penggerak, baik tingkat SD maupun SMP.
Kegiatan ini didampingi langsung oleh Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Kalimantan Tengah dan Project Management Office (PMO) sekaligus Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Disdik Kotim.
Ia menjelaskan, tujuan kegiatan ini adalah untuk melihat keaktifan para guru pada PMM, yakni sebuah platform teknologi yang disediakan pemerintah untuk menjadi teman penggerak bagi guru dan kepala sekolah dalam mengajar, belajar, dan berkarya.
PMM memuat banyak modul mengajar yang diunggah para guru dari berbagai penjuru Indonesia, serta wadah bagi para guru untuk berbagi cara mengajar dengan mengunggahnya melalui platform tersebut.
Dengan demikian, para guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menarik bagi peserta didik untuk meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. Hal ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang resmi diterapkan pada tahun pelajaran 2024/2025.
Baca juga: Belasan guru di Kotim raih penghargaan dari Disdik
“Maka dari itu, kami terus mendorong agar para guru aktif di PMM, karena sumber belajar utama Kurikulum Merdeka adalah melalui PMM,” imbuhnya.
Edie melanjutkan, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar peserta didik.
Namun, Kurikulum Merdeka ini juga mendorong para guru untuk meningkatkan kompetensi secara mandiri dengan memanfaatkan PMM. Terlebih, kini tidak ada lagi Training of Trainers (ToT) atau kegiatan pelatihan bagi para guru.
“Dari monitoring yang kami lakukan rata-rata guru cukup aktif di PMM. Kami berharap hal ini terus ditingkatkan karena keaktifan mereka di PMM diharapkan sejalan dengan peningkatan kualitas pendidikan kita, khususnya di Bumi Habaring Hurung ini,” pungkasnya.
Edie menambahkan, terkait penggunaan PMM ini ada kendala yang dihadapi berupa kondisi jaringan yang terkadang kurang stabil, baik itu jaringan listrik maupun internet, khususnya di wilayah pelosok
Kendati demikian, kendala tersebut tidak terlalu berarti karena kini telah tersedia aplikasi awan bergerak atau aplikasi PMM offline, sehingga untuk guru di wilayah blank spot bisa menggunakan aplikasi tersebut kemudian mengunggahnya ketika menemukan lokasi yang mendukung jaringan internet dan listrik.
Baca juga: Disdik Kotim tegaskan pembelian buku paket tidak wajib
Baca juga: Guru di Kotim dibekali kemampuan menghadapi era digital melalui program PembaTIK
Baca juga: Disdik Kotim dorong guru agar lebih inovatif