Kuala Kurun (ANTARA) - Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kurun, Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah terus berupaya mengedukasi masyarakat di wilayah kerjanya, tentang pentingnya memberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayi baru lahir hingga usia enam bulan.
Kepala Puskesmas Kurun Vera Crista di Kuala Kurun, Jumat, mengatakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengedukasi masyarakat adalah dengan menghadirkan inovasi Gerakan Layanan Asuhan Dalam Aksi Nyata ASI Eksklusif atau disingkat ‘Ela Laya’.
“ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral,” ungkapnya.
ASI eksklusif merupakan fondasi dasar pembentuk daya tahan tubuh bayi, yang merupakan sumber asupan nutrisi yang sangat baik untuk bayi baru lahir. ASI eksklusif juga bermanfaat untuk mencegah stunting.
Hanya saja, saat ini masih banyak masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kurun yang belum menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Wilayah kerja yang dimaksud yakni di Kelurahan Kuala Kurun, Desa Penda Pilang, Desa Tumbang Manyangan, dan Desa Tumbang Tambirah.
Hal itu tercermin dari Target Indikator Program Gizi Kesehatan Ibu Anak (GKIA) Tahun 2020-2024, di mana target pada tahun 2023, untuk indikator persentase bayi kurang dari enam bulan mendapat ASI eksklusif, terbilang masih rendah.
Dari target yang ditetapkan Target Indikator Program GKIA Tahun 2020-2024 Puskesmas Kurun, target pada tahun 2023 adalah sebesar 45 persen atau 110 bayi dari jumlah sasaran 243 bayi mendapat ASI eksklusif. Dalam pelaksanaannya, capaian pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 27,6 persen atau 67 bayi.
Sebenarnya Puskesmas Kurun telah memberi pemahaman kepada ibu, agar memberi ASI eksklusif kepada bayi usia 0-6 bulan. Tetapi masih ada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif karena satu dan lain hal.
“Misalnya karena ibu sibuk sehingga tidak bisa memberi ASI eksklusif dan menggantinya dengan susu formula, ada juga yang memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sebelum usia bayi mencapai enam bulan karena khawatir si bayi lapar,” ungkap Vera.
Hal itu yang membuat Puskesmas Kurun menyiapkan inovasi ‘Ela Laya’, yang merupakan inovasi dari tenaga kesehatan yakni Ayu Septianingsih Ariyani, dengan dukungan Bidan Koordinator KIA Meyliawati dan Penanggung Jawab Gizi Noven Gelista Raya, serta beberapa tenaga kesehatan lainnya.
Penda Pilang dipilih sebagai ‘pilot project’ inovasi ‘Ela Laya’, mengingat capaian pemberian ASI eksklusif di desa tersebut pada tahun 2023 terbilang masih rendah, di mana dari jumlah kelahiran hidup sebanyak enam bayi hanya dua yang lulus ASI eksklusif.
Baca juga: DPRD Gumas ajak masyarakat dukung pemerintahan desa
Selain itu, di Penda Pilang juga ada bidan pendamping yang menetap di desa tersebut yakni Leli Susanti, yang dapat berperan sebagai pengawas para kader yang melakukan pemantauan ASI eksklusif terhadap sasaran program.
‘Ela Laya’ adalah bentuk pelayanan aktif tenaga kesehatan, untuk memberikan edukasi dan pendampingan mengenai pemberian ASI eksklusif kepada ibu dengan bayi usia 0-6 bulan. Ela laya sendiri merupakan Bahasa Dayak Ngaju, yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah jangan lengah.
Inovasi tersebut bertujuan untuk menunjang tumbuh kembang bayi dengan nilai manfaat dari pemberian ASI eksklusif, serta memberikan dukungan bagi ibu yang masih kurang memahami dalam masa awal pemberian ASI kepada anak.
‘Ela Laya’ berfokus pada kesehatan ibu dan anak melalui pengenalan manfaat dari ASI eksklusif dengan metode terpusat, yakni langsung pada subjek yang berkaitan, sehingga tepat sasaran, efektif, dan berdampak langsung dalam hal edukasi dan kegunaan dari inovasi.
“Program dimulai pada Maret 2024 dengan membentuk Kader Pemantauan ASI Eksklusif dan pemberian edukasi tentang pentingnya ASI eksklusif. Kader merupakan warga Penda Pilang yakni Pristina dan Gia,” paparnya.
Puskesmas Kurun bersama kader melakukan pendataan terhadap ibu hamil trimester III dan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang masih aktif ASI. Hasilnya didapati ada dua ibu hamil trimester III dan tiga ibu memiliki bayi usia 0-6 bulan yang masih aktif ASI.
Sebenarnya pada masa itu ada lima bayi lain di Penda Pilang yang berusia 0-6 bulan. Hanya saja, lima bayi tersebut sudah tidak masuk kategori ASI eksklusif, karena terlanjur diberi makanan dan minuman lain.
Dengan demikian, inovasi ‘Ela Laya’ hanya bisa menyasar lima ibu. Mereka selanjutnya mendapat edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada bayi, mulai bayi baru lahir hingga usia enam bulan.
Memasuki April 2024, pemantauan dilakukan secara rutin oleh kader setiap harinya, dengan diawasi bidan pendamping. Tenaga kesehatan Puskesmas Kurun juga rutin berkunjung ke Penda Pilang untuk mengecek hasil pemantauan kader.
Setiap harinya para kader selalu mengingatkan dan memastikan ibu yang menjadi sasaran program memberi ASI eksklusif kepada anak mereka. Semua dicatat di dalam Kartu Pemantauan ASI eksklusif.
Baca juga: KPU tetapkan Jaya-Efrensia pemenang Pilkada Gumas 2024
Ia menjelaskan, pemantauan dilakukan secara ketat setiap hari, karena jika sekali saja ibu lengah maka dikhawatirkan bayi mendapat makanan atau minuman lain.
Tak hanya itu, Puskesmas Kurun juga memberi susu pelancar ASI bagi ibu yang sedang menyusui, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI dari yang bersangkutan. Susu tersebut diberikan satu kali, di awal setelah persalinan atau saat tenaga kesehatan Puskesmas Kurun berkunjung.
Seiring berjalannya waktu, ibu yang menjadi sasaran inovasi ‘Ela Laya’ mulai disiplin dalam memberi ASI eksklusif kepada bayi mereka. Hasilnya, tiga dari lima bayi dinyatakan sudah berhasil menjalankan ASI eksklusif.
Sedangkan dua bayi lainnya saat ini masih menjalankan program ASI eksklusif. Jika semua berjalan lancar, dalam beberapa bulan ke depan mereka juga dinyatakan berhasil menjalankan program tersebut.
Sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan kepada tiga ibu dan bayi yang berhasil menjalankan ASI eksklusif, Puskesmas Kurun mengadakan wisuda ASI eksklusif kepada mereka.
Wisuda dilakukan di aula kantor Kecamatan Kurun di Kuala Kurun, Kamis (5/12). Ibu dan bayi mendapat piala, piagam penghargaan, serta bingkisan.
Piala, piagam penghargaan serta bingkisan diserahkan langsung oleh Camat Kurun Iltem, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan Gumas Heriyanto, dan Kepala Puskesmas Kurun. Penghargaan juga diberikan kepada bidan pendamping Penda Pilang serta dua kader pendamping.
“Puskesmas Kurun berharap mendapat dukungan dari berbagai pemangku kepentingan serta masyarakat, agar inovasi ‘Ela Laya’ dapat terus berjalan bahkan dengan cakupan wilayah yang lebih luas,” kata Vera.
Sementara itu, Kepala Desa Penda Pilang Jhonedie menyampaikan terima kasih kepada Puskesmas Kurun, yang telah menjadikan desanya sebagai pilot project inovasi ‘Ela Laya’.
“Inovasi ‘Ela Laya’ sangat bermanfaat bagi warga Penda Pilang. Semoga ke depan inovasi tersebut dapat terus berlanjut di desa kami,” demikian Jhonedie.
Baca juga: Pemkab Gumas berharap kafilahnya ukir prestasi di MTQH Kalteng
Baca juga: Sekda Gumas berharap pilkada 2024 berjalan kondusif hingga akhir
Baca juga: Serap aspirasi, DPRD Gumas reses kelompok ke masing-masing dapil