Sampit (ANTARA) - Berbekal pelajaran dan pengalaman selama menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kantor Wilayah Kemenkumham Kalimantan Tengah, AD seorang warga binaan bercita-cita membuka usaha budidaya ikan.
“Suatu hari nanti saya ingin membuka usaha budidaya ikan dengan berbekal keterampilan dan pengalaman yang saya dapat selama di Lapas ini,” kata AD di Sampit, Jumat.
Setiap orang memiliki lika-liku kehidupan masing-masing. Setiap orang juga akan menghadapi cobaan dan rintangan dalam kehidupan, namun yang terpenting dari semua itu adalah kemampuan untuk mengambil hikmah atau sisi positif dari segala yang dilalui.
Menjadi narapidana atau warga binaan tentunya bukan hal yang diharapkan AD di masa lampau. Kendati begitu, ia tetap berupaya untuk tetap optimis dan menggali hal positif sembari mempertanggungjawabkan tindakannya yang melanggar hukum di Lapas.
Sebagai satu dari 100 warga binaan yang menjalani program pembinaan kemandirian di Lapas Kelas IIB Sampit, AD mengaku senang karena bisa mendapat keterampilan dan pengalaman baru, yakni dalam usaha budidaya ikan menggunakan kolam bioflok.
Setiap pagi, AD bersama warga binaan lainnya dengan telaten merawat kolam ikan di Lapas tersebut. Mulai dari membersihkan kolam, memeriksa kualitas air, dan memberi pakan yang cukup. Bagi mereka kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi peluang untuk membangun masa depan.
Bahkan, dengan harapan dan ketekunan yang tampak jelas di matanya, AD mengutarakan cita-cita untuk bisa membuka usaha budidaya ikan miliknya sendiri kelak setelah bebas dari penjara dan kembali ke masyarakat.
“Setiap hari saya merasa seperti sedang menata hidup kembali, seperti saya menata kolam ini. Harapan saya ini bisa menjadi bekal saya untuk memulai kehidupan baru nantinya,” ucapnya.
Baca juga: Merajut asa di balik jeruji, warga binaan Lapas Sampit belajar hidroponik
Di sisi lain, Kepala Lapas Kelas IIB Sampit Meldy Putera mengaku senang dengan respons positif dari warga binaan terhadap program pembinaan kemandirian yang pihaknya laksanakan.
“Sejatinya, program pembinaan kemandirian memang bertujuan untuk memberikan keterampilan dan keahlian kepada warga binaan agar menjadi bekal mereka ketika kembali ke masyarakat setelah menjalani masa hukuman nantinya,” ucapnya.
Ia melanjutkan, program pembinaan kemandirian ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis tetapi juga membekali warga binaan secara mental agar siap berbaur kembali dengan masyarakat.
Lapas Kelas IIB Sampit memiliki sejumlah program pembinaan, salah satunya kolam bioflok yang kini menjadi contoh sukses.
Kolam bioflok adalah kolam yang digunakan untuk budidaya ikan air tawar dengan sistem bioflok, yaitu teknik budidaya yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengubah limbah menjadi pakan ikan.
Selama menjalani program kolam bioflok ini warga binaan dilatih untuk disiplin, telaten dan bertanggung jawab. Melalui program ini juga pihaknya ingin memberikan pesan kepada warga binaan, bahwa meski di balik jeruji kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri selalu ada.
“Setiap tetes air di kolam ini, setiap gerakan ikan, menjadi simbol harapan bagi mereka yang berusaha membangun masa depan lebih baik. Program ini menjadi bukti bahwa kemandirian dan keterampilan bisa tercipta di tempat yang tak terbayangkan sebelumnya, membawa dampak positif bagi kehidupan mereka setelah kembali ke masyarakat,” demikian Meldy.
Baca juga: Warga binaan Lapas Sampit jalani tes urine penuhi program reintegrasi
Baca juga: Warga binaan Lapas Sampit tetap produktif di balik jeruji besi
Baca juga: Warga binaan Sampit senang tetap bisa salurkan hak pilih