Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menggelar simulasi tanggap bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk menguji kesiapan personel dalam menghadapi kejadian di lapangan.
“Kegiatan ini menjadi bagian penting untuk menguji kesiapan personel, kesiapan peralatan dan seluruh sumber daya yang dimiliki pemangku kepentingan dalam penanganan karhutla,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Rabu.
Multazam menjelaskan, simulasi ini adalah rangkaian dari apel kesiapsiagaan menghadapi bencana karhutla yang digelar sebelumnya bersama lintas sektoral menyusul ditetapkannya status siaga darurat karhutla di Kotim selama 90 hari, yakni 1 Agustus - 29 Oktober 2025.
Kegiatan ini diikuti personel dari antara lain Kodim 1015/Sampit, Disdamkarmat, Polres Kotim, Manggala Agni Sampit, PMI Kotim, Tagana Kotim, MPA dan sejumlah relawan pemadam kebakaran.
“Alhamdulillah pelaksanaan simulasi ini berjalan lancar, banyak pemangku kepentingan yang bisa hadir termasuk perwakilan masyarakat yang diwakili sukarelawan,” imbuhnya.
Kegiatan diawali dengan pemberian materi dan dilanjutkan dengan simulasi lapangan penanggulangan karhutla yang dilaksanakan di area Kantor BPBD Kotim.
Simulasi dibuat semirip mungkin dengan kejadian lapangan, dimulai dengan diterimanya laporan dari warga, respons dari personel gabungan, pengarahan anggota hingga aksi pemadaman karhutla.
Kemudian, simulasi ketika terjadi kejadian karhutla di lokasi berbeda dengan waktu hampir bersamaan. Selain itu, juga dilaksanakan simulasi apabila ada korban dan respons cepat dari tim kesehatan dalam mengevakuasi korban.
Berdasarkan evaluasi pihaknya kemampuan atau kompetensi personel yang dikirim untuk mengikuti simulasi itu sudah cukup handal, tetapi tetap ada yang perlu ditingkatkan, yakni dari segi kecepatan.
“Hal pertama yang menjadi evaluasi kami adalah gerak cepat yang berdasarkan monitor kami masih agak lambat. Kami juga monitor memang pergerakan personil itu belum terkoordinir dengan baik tetapi mereka mencoba mengaktualisasikan diri mereka masing-masing,” ujarnya.
Baca juga: Ketua DPRD: Pemkab Kotim harus bekerja lebih keras tingkatkan PAD
Menurut Multazam, memang ada perbedaan tekanan antara simulasi dan kejadian sebenarnya. Ia berharap ketika benar-benar terjadi karhutla maka para personel bisa bergerak lebih optimal.
Ia juga mendorong agar latihan dalam menghadapi karhutla ini tidak hanya dilakukan saat siaga, tetapi seharusnya setiap pemangku kepentingan melaksanakan pelatihan secara rutin untuk mengasah kemampuan personel, terutama menguji peralatan yang ada.
Peralatan kebencanaan itu diharapkan selalu dalam posisi serviceable, yakni siap pakai siap guna, sehingga ketika ada suatu kejadian tidak ada lagi kendala peralatan yang tidak bisa berfungsi dengan baik.
“Selanjutnya kalau bicara soal obstacle (rintangan), paling penting itu adalah kemampuan personel dan kemampuan berkolaborasi. Jadi ketika itu tidak ada, maka akan sulit untuk operasi dapat bergerak cepat dan efisien,” sebutnya.
Multazam melanjutkan, walaupun simulasi digelar agar semirip mungkin dengan kejadian di lapangan, namun ada hal-hal yang bisa dilewati dengan menyesuaikan situasi lapangan, khususnya ketika dalam keadaan darurat.
Salah satunya terkait dengan pengarahan, sebab untuk tindakan lapangan harus dilakukan secara kontinyu, maka ketika ada laporan yang masuk tim kaji cepat harus segera berangkat ke lokasi dan secara paralel persiapan pasukan di posko.
Terkadang bahkan pasukan posko sudah lebih dulu tiba di lokasi sebelum tim kaji cepat sampai. Karena ketika menerima informasi pihaknya tidak sekadar menampung atau menerima, tapi langsung menindak lanjuti.
“Hal-hal itu juga kami sampaikan, supaya personel gabungan ini paham bahwa sebelum dilakukan pemadaman di lokasi ada proses lainnya yang dilalui,” sambungnya.
Ia menambahkan, kondisi Kotim saat ini terbilang aman dari potensi karhutla, karena adanya hujan dalam beberapa hari terakhir, termasuk wilayah selatan yang rawan terjadi karhutla walaupun intensitas hujan tidak terlalu tinggi.
“Secara visual umum kondisi kita masih terkendali dan MPA di tiga kecamatan di wilayah selatan menyatakan kondisi aman. Hot spot juga sudah nihil. Tetapi informasi BMKG, cuaca masih panas walau ada kemungkinan hujan, tetapi intensitasnya rendah sehingga kita tetap harus waspada,” demikian Multazam.
Baca juga: Kemenkum Kalteng minta setiap desa di Kotim bentuk Posbankum
Baca juga: Silat Kuntau Bangkui resmi karya milik masyarakat Kotim
Baca juga: Dispora Kotim bantu tingkatkan kompetensi guru dan pegiat olahraga