Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur (Kotim) berharap Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di wilayah Kalimantan Tengah turut berdampak ke kabupaten setempat sehingga dapat menekan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kami berharap OMC ini berdampak pada hujan di Kotim sehingga daerah-daerah gambut yang tadinya tidak ada air, bisa terisi sehingga potensi karhutla tidak terjadi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam di Sampit, Senin.
Ia menjelaskan, kegiatan OMC adalah serangkaian teknik yang digunakan untuk mengubah atau mempengaruhi kondisi cuaca, biasanya dengan menambahkan bahan kimia ke atmosfer untuk mencapai hasil tertentu, seperti mengurangi atau meningkatkan curah hujan.
OMC di wilayah Kalteng diatur oleh Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalimantan Tengah bersama Tim OMC di Palangka Raya. Kegiatan ini telah mendapatkan dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Baca juga: Perayaan HUT Kemerdekaan perkuat kekompakan insan pendidikan di Kotim
OMC di wilayah Kalteng dimulai sejak 6 Agustus 2025 lalu, setiap hari sekitar 2 sortie atau penerbangan pesawat untuk melakukan penyemaian awan. Rute OMC dilaksanakan menyesuaikan dengan pertumbuhan awan hujan berdasarkan analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Untuk pertumbuhan awan itu BMKG yang lebih paham, tetapi berdasarkan monitor kami via zoom meeting setiap sore, kemarin OMC dilaksanakan di wilayah Barito, Pulang Pisau dan Katingan. Lalu, hari ini wilayah Kotawaringin Barat, Sukamara dan Lamandau, tetapi perubahan pertumbuhan awan tentu akan menjadi pertimbangan,” demikian Multazam.
Sementara itu, Prakirawan BMKG Kotim melalui Stasiun Meteorologi Haji Asan Sampit Nadine Ayasha menyampaikan hujan yang terjadi di wilayah Kotim beberapa hari terakhir memang ada dampak dari OMC yang dilaksanakan di wilayah Kalimantan Tengah.
“Terkait hujan beberapa hari ini memang terdapat faktor yang dioperasikan oleh OMC. Selain itu, terdapat pengaruh cuaca skala regional juga,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Kotim Mulyono Leo Nardo juga menyampaikan walaupun terdapat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat beberapa hari terakhir namun sebenarnya Kotim masih dalam kondisi musim kemarau.
Disamping OMC yang dilaksanakan pemerintah, adanya fenomena bibit siklon menyebabkan gangguan cuaca di musim kemarau. Tetapi, ia mengingatkan bahwa situasi ini hanya sementara, terlebih prediksi pihaknya Agustus akan menjadi puncak musim kemarau.
“Setelah fenomena bibit siklon berakhir maka kemungkinan cuaca akan kembali sebagaimana mestinya musim kemarau, sehingga kami mengimbau agar tetap waspada karhutla,” demikian Mulyono.
Baca juga: Pemkab Kotim dukung perubahan perda hak keuangan dan administrasi legislatif
Baca juga: PWI Kotim gelar pelatihan jurnalistik bantu tingkatkan kualitas berita
Baca juga: Bapemperda Kotim ajukan perubahan perda hak keuangan dan administrasi legislatif