Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah terjun langsung meninjau banjir yang melanda wilayah utara Kotim, khususnya Kecamatan Tualan Hulu karena mengalami dampak cukup parah.
"Update perkembangan banjir hari ini di Kecamatan Tualan Hulu, kami telah berada di Desa Luwuk Sampun, badan jalan yang terendam sepanjang kurang lebih 300-350 meter dengan kedalaman berkisar 120-130 sentimeter,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam via whatsapp, Jumat.
Ia menyampaikan berdasarkan laporan yang diterima BPBD Kotim dalam sekitar sepekan terakhir ada sejumlah desa yang terdampak banjir, yakni Desa Tumbang Mujam, Merah dan Luwuk Sampun Kecamatan Tualan Hulu. Lalu, Desa Rantau Suang Kecamatan Telaga Antang, Desa Tanjung Jariangau Kelurahan Kuala Kuayan Kecamatan Mentaya Hulu.
Untuk Desa Rantau Suang termasuk paling awal terdampak banjir dilaporkan telah surut dan warga setempat mulai beraktivitas normal. Akan tetapi, untuk desa lainnya masih terkepung banjir dengan kedalaman berkisar 40 - 130 sentimeter. Bahkan, akses jalan menuju desa terputus atau tidak dapat dilalui kendaraan roda dua dan roda empat, lantaran muka air yang cukup tinggi. Di Desa Merah, banjir merendam jalan poros sepanjang 400-500 meter dengan kedalaman 60-100 sentimeter dari permukaan tanah.
Kemudian di Desa Luwuk Sampun, banjir merendam jalan desa sepanjang 300-350 meter dengan kedalaman 120-130 sentimeter dari permukaan tanah. Sedangkan, di Desa Tumbang Mujam jalan yang melewati perkebunan menuju desa tersebut juga terendam dengan kedalaman sekitar sepinggang orang dewasa.
"Kemarin untuk Desa Luwuk Sampun itu kami baru menerima informasi dan hari ini kami langsung turun ke lapangan. Di desa ini ada sekitar 50 Kepala Keluarga (KK) yang terdampak, sementara ini mereka mengandalkan moda angkutan sungai untuk beraktivitas," ujarnya.
Multazam melanjutkan, banjir dari Kecamatan Tualan Hulu berdampak pada terganggunya aktivitas warga setempat. Walaupun, mobilitas warga masih bisa menggunakan perahu, tetapi sangat terbatas.
Ia bercerita, pada saat peninjauan lapangan di Desa Luwuk Sampun, tim reaksi cepat (TRC) BPBD Kotim bertemu dengan beberapa ibu yang ingin berbelanja dan mereka terpaksa berjalan kaki menerjang banjir.
Selain itu, di Desa Tumbang Mujam, tenaga kesehatan juga harus menggunakan perahu kayu untuk memberikan pelayanan kesehatan ke rumah-rumah warga.
"Lalu, saat di Desa Merah kami juga sempat membantu warga melintasi banjir dengan menggunakan perahu karet, karena ada kegiatan ibadat di gereja," imbuhnya.
Baca juga: Penghijauan diharapkan mampu kurangi potensi bencana alam di Kotim
Meski kondisi ini cukup memprihatinkan, sementara ini belum ada warga yang dilaporkan mengungsi. Warga masih memilih bertahan di kediaman masing-masing.
Menindaklanjuti kondisi ini, BPBD Kotim telah melakukan beberapa upaya di antaranya, berkoordinasi dengan PLN Ranting Sampit mengenai adanya 1 unit Trafo di Desa Tumbang Mujam potensi terendam.
Berkoordinasi dengan pemerintah desa yang terdampak banjir dan dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan II di Palangka Raya. Mengupayakan pelayanan dasar dapat berjalan dengan baik dengan menggunakan moda angkutan sungai.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kotim karena banjir juga berdampak pada aktivitas belajar mengajar di sekolah, seperti di SDN 3 Tanjung Jariangau yang terkepung banjir dengan kedalaman sekitar 70-80 sentimeter.
"Hasil peninjauan lapangan ini akan kami laporkan ke bupati. Dengan kondisi seperti ini ditambah prakiraan cuaca dari BMKG yang menunjukkan potensi curah hujan menengah selama Desember sangat dimungkinkan untuk penetapan status siaga. Akan kami lakukan kaji cepat untuk perluasan kejadian," demikian Multazam.
Baca juga: Banjir rendam wilayah hulu, BPBD Kotim imbau masyarakat waspada
Baca juga: Lawan stunting, guru PAUD di Kotim dituntut paham penyajian makanan sehat
Baca juga: Pemkab Kotim tetap konsisten cegah korupsi meski WTP 11 kali