Sampit (ANTARA) - Meski telah melampaui target nasional, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah terus menggencarkan pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG), terutama pemeriksaan dan sosialisasi terkait penyakit gagal ginjal yang menjadi atensi khusus.
“Setiap CKG kami tekankan pada skrining tekanan darah dan gula darah, karena apabila penyakit hipertensi dan diabetes melitus tidak teratasi maka dampak jangka panjangnya akan menjadi penyakit gagal ginjal,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kotim, Nugroho Kuncoro Yudho di Sampit, Sabtu.
Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan CKG yang dilaksanakan di kawasan wisata Ikon Jelawat Sampit, tepatnya pada acara peringatan Hari Ibu ke 97 yang digelar Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kotim.
Acara ini menjadi kesempatan bagi Dinkes Kotim untuk menjangkau lebih banyak masyarakat untuk melaksanakan skrining kesehatan dibandingkan layanan harian di puskesmas.
Sebagai catatan, capaian program CKG Dinkes Kotim telah telah menyentuh angka 38 persen lebih, melampaui target nasional yang ditetapkan pada 2025, yakni 36 persen. Meski begitu, pelaksanaan CKG di Kotim tak pernah kendur dan terus digalakkan.
“Kebetulan kami diminta oleh panitia peringatan Hari Ibu untuk melaksanakan CKG. Alhamdulillah, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya cek kesehatan sejak dini,” tuturnya.
Pemeriksaan kesehatan yang disediakan antara lain faktor risiko penyakit tidak menular di pihak keluarga maupun diri sendiri, skrining obesitas, tuberkulosis, kesehatan jiwa, tekanan darah, gula darah, hingga pemeriksaan HPV (Human Papillomavirus) DNA untuk mendeteksi penyakit kanker leher rahim atau serviks.
Total ada 117 orang yang melaksanakan skrining kesehatan dengan mayoritas penyakit yang terdeteksi adalah obesitas 55 orang disusul penyakit hipertensi 35 orang, diabetes melitus 26 orang, kolesterol 13 orang, perlu tindak lanjut kejiwaan dua orang dan kanker serviks 11 orang.
Ia melanjutkan, CKG merupakan langkah strategis untuk mendeteksi dini faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) di masyarakat dan kasus gagal ginjal kini menjadi perhatian serius.
“Penyakit gagal ginjal menjadi atensi dikarenakan dua faktor, yakni penderita yang sudah ada dan pola hidup masyarakat saat ini yang tidak sehat,” imbuhnya.
Baca juga: GOW Kotim dorong peran aktif perempuan menuju Indonesia Emas 2045
Berdasarkan data di RSUD dr Murjani ada sekitar 62 pasien yang langganan cuci darah. Itu pun masih ada yang mengantre dan ada juga yang harus berobat ke luar daerah.
Kondisi ini menunjukkan bahwa fasilitas dan pelayanan kesehatan untuk penyakit gagal ginjal di Kotim masih sangat terbatas, sedangkan pasien yang ditangani berpotensi terus meningkat.
Kemudian, pola hidup masyarakat saat ini banyak yang tidak sehat, sering begadang, makanan tinggi gula dan garam yang mengarah kepada penyakit hipertensi dan diabetes melitus yang jika dibiarkan akan berujung pada penyakit gagal ginjal, ini dapat terlihat dari hasil CKG.
Jika dulu, penyakit hipertensi dan diabetes melitus umumnya diderita orang-orang yang sudah tua, kini trennya mulai bergeser ke arah usia produktif, yakni berkisar 30-50 tahun. Bahkan, ada remaja SMP yang pernah terdeteksi kadar gula darahnya sangat tinggi.
“Dari kegiatan CKG yang kami laksanakan sejauh ini, ada remaja dengan tekanan darah di atas 500 mg/dL, padahal normalnya untuk usia remaja itu sekitar 150 mg/dL. Ini potensi bahaya ke arah gagal ginjal,” ungkapnya prihatin.
Oleh karena itu, Dinkes Kotim terus mengimbau masyarakat untuk menerapkan pola hidup CERDIK, yakni Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok baik sebagai perokok aktif maupun pasif, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat dan seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres.
Bagi yang sudah terlanjur mengidap penyakit kronis seperti hipertensi atau diabetes, Nugroho menekankan pentingnya rutin minum obat sesuai anjuran dokter dan rutin cek tekanan darah serta gula darah.
Hal ini bertujuan agar kondisi tidak memburuk, sehingga dokter dan tenaga kesehatan dapat mengarahkan pola diet yang sesuai dengan kondisi tubuh masing-masing.
“Makanya melalui CKG ini kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola hidup sehat, paling tidak dengan adanya deteksi dini seperti ini mereka bisa mengontrol agar gejala atau penyakit yang dideritanya tidak bertambah parah,” demikian Nugroho.
Baca juga: Ratusan pembalap berlaga di Motorprix Kotim Open Race 2025
Baca juga: Pertandingkan 21 kelas, Motoprix Kotim Open Race bertabur pembalap nasional
Baca juga: Legislator Kotim dorong warga segera urus legalitas kepemilikan tanah