Sampit (ANTARA) - Motoprix Kotim Open Race 2025 menjadi sejarah baru di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menjadi sejarah baru, pasalnya perhelatan ini dipastikan menjadi balap motor terakhir yang digelar di Taman Kota Sampit seiring komitmen pemerintah daerah untuk mempersiapkan sirkuit permanen.
“Ke depan sesuai dengan komitmen kita, ini adalah balapan terakhir di Taman Kota Sampit. Ke depan, kita memang akan mempersiapkan sirkuit yang sudah ada. Semua sarana dan prasarana (sarpras) akan kami tingkatkan,” kata Plt Assisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah, Oktav Pahlevi di Sampit, Minggu.
Ia menjelaskan, bahwa hal ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan standar pelaksanaan ajang balap motor di Kotim.
Untuk itu, rencananya pembangunan Sirkuit Sahati yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman kilometer 6 arah Sampit-Pangkalan Bun akan dilanjutkan agar memenuhi standar dan dapat digunakan untuk pelaksanaan balapan atau road race berikutnya.
“Maka dari itu, mungkin kegiatan road race berikutnya baru bisa kita laksanakan 2027, karena 2026 itu kita baru akan melakukan penataan terhadap sirkuit,” imbuhnya.
Berkaitan dengan permasalahan hukum yang kabarnya menjadi salah satu kendala pembangunan Sirkuit Sahati, ia menyatakan pemerintah daerah akan menghormati setiap proses hukum, namun persiapan untuk sirkuit permanen juga tetap dilaksanakan.
“Yang pasti pemerintah daerah mempersiapkan untuk event road race selanjutnya, karena ini road race terakhir di Taman Kota Sampit, selanjutnya tidak akan disini lagi,” demikian Oktav.
Baca juga: Motoprix Kotim Open Race 2025 sukses, berikut daftar juara
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kotim Muhammad Irfansyah menyambut baik dan mendukung pelaksanaan Motoprix Kotim Open Race 2025 yang dinilai sebagai ajang penyaluran bakat dan meningkatkan prestasi atlet lokal.
“Apalagi balapan kali ini diikuti juga oleh pembalap dari daerah lainnya bahkan ada pembalap nasional, jadi belajar teknik-teknik baru yang bisa untuk meningkatkan keterampilan mereka,” tuturnya.
Sementara terkait dengan penyelesaian pembangunan Sirkuit Sahati, ia menyebutkan bahwa itu akan pasti akan menjadi pembahasan dalam waktu dekat dan ia akan melapor ke Bupati Kotim terlebih dahulu.
Irfansyah yang baru satu bulan menjabat sebagai Kepala Dispora Kotim mengaku butuh waktu untuk mempelajari terkait permasalahan pembangunan sirkuit yang dimulai sejak 2018 tersebut, sehingga belum bisa memutuskan langkah-langkah yang diambil kedepannya.
“Saya akan pelajari dulu, karena saya baru menjabat sebagai Kepala Dispora. Saya juga akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi selama ini untuk kemudian kita cari solusinya,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua Club Cipta Mentaya Production sekaligus penyelenggara Motoprix Kotim Open Race 2025 Muhammad Hasbi Ashiddiqi juga menyatakan komitmen bahwa pihaknya tidak akan lagi menggelar road race di Taman Kota Sampit.
“Kami berkomitmen ini menjadi event terakhir yang digelar di Taman Kota Sampit, jadi kalau ada sirkuit permanen baru akan ada lagi event seperti ini di Sampit,” tegasnya.
Pernyataan ini diikuti dengan dorongan kepada pemerintah daerah untuk segera mewujudkan sirkuit permanen di Kotim. Menurutnya, hal ini penting karena merupakan bagian dari pembinaan atlet.
“Tanpa adanya event maka tidak akan ada atlet kita yang mumpuni, sebaliknya kalau kita sering menggelar event seperti ini tentu akan muncul atlet-atlet Kotim yang handal, sehingga kami berharap ada sirkuit permanen,” jelasnya.
Baca juga: Ratusan pembalap berlaga di Motoprix Kotim Open Race 2025
Pria yang juga merupakan pengurus Ikatan Motor Indonesia (IMI) Kotim ini menerangkan, saat ini selain Taman Kota Sampit memang tidak ada lokasi lain yang benar-benar memenuhi standar keamanan dan kenyamanan bagi penonton.
Sebelum pelaksanaan Motoprix Kotim Open Race 2025 memang ada alternatif lain yang diusulkan, yakni di Bundaran Polres dan Jalan Achmad Yani menuju GOR. Namun, setelah berbagai pertimbangan kedua alternatif tersebut ditolak.
Pertimbangannya, di sekeliling Bundaran Polres terdapat bangunan pemerintahan yang dikhawatirkan akan rusak jika terjadi insiden tidak terduga. Disamping itu, ruang untuk penonton juga kurang dan ini berpotensi mengganggu situasi kondusif pertandingan akibat penonton yang masuk ke arena.
Adapun, di Jalan Achmad Yani yang menjadi pertimbangan adalah banyaknya perkantoran dan pertokoan di sepanjang jalan tersebut dan diperkirakan akan banyak pedagang dadakan di sepanjang trotoar sehingga ruang penonton nyaris tidak ada.
“Selain itu, risikonya di Jalan Achmad Yani itu jarak pandang pembalap tertutup gedung-gedung, makanya kami tidak berani menggelar road race di lokasi tersebut dan pasti akan lebih banyak komplain dari pertokoan di kawasan itu,” terangnya.
Meski begitu, Taman Kota Sampit pun kedepannya tidak akan lagi menjadi pilihan, mengingat sempat adanya kontra sebelum pelaksanaan Motoprix Kotim Open Race 2025 dan berbagai pertimbangan lainnya.
Keputusan menjadikan Motoprix Kotim Open Race 2025 sebagai penutup ajang balap motor di Taman Kota Sampit menandai babak baru bagi olahraga otomotif di Kotim, dengan harapan besar tertuju pada pembangunan sirkuit permanen yang berstandar nasional.
“Makanya kami mendorong adanya sirkuit permanen, mudah-mudahan 2027 selesai,” demikian Hasbi.
Baca juga: Pertandingkan 21 kelas, Motoprix Kotim Open Race bertabur pembalap nasional
Baca juga: Legislator Kotim desak penanganan ruas jalan Sampit-Samuda
Baca juga: Masyarakat Kotim semakin taat pajak sehingga realisasi PBB-P2 lampaui target