Stockhlom (ANTARA
News) - Fisikawan Inggris Peter Higgs dan Francois Englert dari Belgia
memenangi Hadiah Nobel fisika karena telah memprediksi keberadaan
Partikel Higgs yang menjelaskan bagaimana unsur dasar menciptakan massa
untuk membentuk bintang dan planet.
Setengah abad setelah karya
orisinil mereka, blok pembangun alam baru itu akhirnya terdeteksi pada
2012 di pusat penghancur partikel raksasa bawah tanah dekat Jenewa milik
Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN).
Penemuan ini disebut sebagai salah satu yang paling penting dalam fisika.
"Saya
terbebani untuk menerima penghargaan ini," kata Higgs lewat satu
pernyataan yang disiarkan Universitas Edinburgh di mana dia berkarya
bertahun-tahun. "Saya berharap pengakuan atas sains fundamental ini akan
membantu meningkatkan kepedulian pada nilai riset langit biru."
Kedua
ilmuwan menjadi favorit untuk mendapatkan anugerah senilai 8 juta kron
Swedia (Rp14,4 miliar) setelah karya teoritisnya dibuktikan oleh
eksperimen-eksperimen CERN.
Untuk menemukan partikel yang sukar
dipahami itu, para ilmuwan di Penumbuk Hadrod Raksasa (LHC) mencermati
data dari reruntuhan triliunan tumbukan proton sub-atom.
Partikel Higgs adalah bagian terakhir dari Model Fisika Standard yang menggambarkan susunan fundamental alam semesta.
Beberapa
kalangan menyebutnya sebagai Partikel Tuhan, karena perannya dalam
mengubah Dentuman Besar menjadi alam semesta (kosmos) yang tertata.
Karya
Higgs dan Englert memperlihatkan bagaimana partikel-partikel dasar di
dalam atom memperoleh massa lewat interaksi dengan satu medan siluman
yang mencakupi seluruh semesta. Semakin kerap berinteraksi, maka semakin
berat partikel-partikel itu. Partikel yang berhubungan dengan medan
itu adalah boson Higgs atau Partikel Higgs.
Ketika ditanya
bagaimana rasanya menjadi peraih Nobel, Englert berkata, "Anda dapat
melukiskan bahwa tentu saja ini sangat menyenangkan. Saya amat sangat
senang mendapat pengakuan lewat penghargaan yang luar biasa ini."
Direktur Jenderal CERN Rolf Heuer mengaku terkesima bahwa hadiah Novel jatuh kepada fisika partikel.
Dia
menyebut penemuan Partikel Higgs di CERN tahun lalu telah menandai
"puncak dari berdekade-dekade upaya intelektual oleh banyak orang di
seluruh dunia".
Royal Swedish Academy of Sciences mengatakan
bahwa anugerah untuk Higgs dan Englert diberikan untuk karya fundamental
dalam menggambarkan bagaimana alam semesta terbentuk.
"Menurut
Model Standard, apa pun, dari bunga sampai manusia, dari bintang sampai
planet, terdiri dari hanya beberapa blok-blok pembangun, yaitu
partikel-partikel materi."
Hadiah Nobel diberikan kepada maksimum
tiga orang, namun sebenarnya ada enam ilmuwan yang telah menerbitkan
makalah mengenai Partikel Tuhan pada 1964, selain ribuan ilmuwan lainnya
yang bekerja untuk mendeteksi partikel ini di LHC.
Englert (80)
dan koleganya Robert Brout yang meninggal dunia pada 2011 adalah yang
pertama menerbitkan makalah soal partikel ini.
Namun Higgs (84)
yang beberapa pekan kemudian setelah Englert menerbitkan makalah adalah
orang pertama yang secara eksplisit memprediksi keberadaan partikel baru
tersebut.
Setelah ketiga orang ini, baru dua peneliti Amerika
Carl Hagen dan Gerald Guralnik menerbitkan makalah serupa, dan terakhir
Tom Kibble dari Inggris, demikian Reuters.
Penemu "Partikel Tuhan" Raih Nobel Fisika
Saya berharap pengakuan atas sains fundamental ini akan membantu meningkatkan kepedulian pada nilai riset langit biru"