Pengembangan perikanan Lamandau terkendala mahalnya pakan

id Pengembangan perikanan Lamandau terkendala mahalnya pakan,Ikan,Nelayan,Produksi ikan

Pengembangan perikanan Lamandau terkendala mahalnya pakan

Pembudidaya keramba di DAS Lamandau masih menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pengadaan pakan dan benih ikan untuk meningkatkan hasil produksi. (Foto Distakan Lamandau)

Nanga Bulik (Antaranews Kalteng) - Potensi budidaya perikanan perairan umum di Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah, sangat menjanjikan, namun pengembangan peluang ekonomi di sektor ini terkendala oleh mahalnya harga pakan.

"Aabila kendala tersebut dapat diatasi, produksi sumber daya perikanan mampu mencukupi kebutuhan kabupaten ini," kata Kepala Bidang Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Lamandau, Atang Yudah di Nanga Bulik, Rabu.

Atang menjelaskan, potensi budidaya ikan di daerah berjuluk Bumi Bahaum Bakuba itu masih terbuka lebar. Dia yakin potensi yang ada masih bisa digenjot supaya bisa berproduksi lebih tinggi untuk mencukupi kebutuhan kabupaten terutama budidaya keramba dan kolam.

Mahalnya harga pakan menjadi keluhan warga yang menjalankan usaha keramba ikan. Saat ini harga pakan ikan berkisar Rp250 sampai Rp350 ribu per sak, tergantung merek pakan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, seperti memproduksi pakan buatan, namun setelah dihitung modal yang dikeluarkan dibanding membeli pakan pabrikan, selisihnya tidak jauh berbeda sehingga pembudidaya lebih memilih membeli.

Selain itu, pembudidaya ikan juga kesulitan dalam penyediaan benih unggul. Produksi benih di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih Ikan (BBI) Lamandau, belum mencukupi kebutuhan pembudidaya.

Sementara itu, pada kelompok nelayan tangkap, saat ini pembinaan mereka terkendala dengan rendahnya regenerasi pada profesi tersebut. Hingga saat ini nelayan tangkap masih didominasi oleh orang tua dan pekerjaan nelayan tangkap bukan sebagai pekerjaan utama, tetapi merupakan profesi sambilan.

"Ketersedian benih unggul terbatas, BBI yang ada produksi masih belum cukup, pakan harga masih mahal serta terbatas pilihannya sesuai kebutuhan budidaya dan untuk nelayan tangkap sudah banyak yang tua, jadi terbatas tangkapannya diantara mereka juga banyak menjadikan sambilan bukan pekerjaan utama," tegasnya.

Untuk menyiasati berbagai kendala yang dihadapi, Distakan melakukan beberapa langkah strategis, di antaranya dengan membina beberapa kelompok nelayan, memberi bantuan keramba jaring apung dan pembuatan kolam, serta bantuan benih ikan.

"Meskipun masih dalam jumlah yang terbatas, tetapi sudah ada beberapa kelompok yang behasil, terutama budidaya ikan dalam keramba," timpal Ahmadi.

Pihaknya juga telah mulai mengadakan induk ikan berkualitas untuk mendongkrak produksi benih bagi pembudidaya. Bagi nelayan tangkap diberikan bantuan alat tangkap guna menunjang kegiatan mencari ikan.

"Pembudidaya yang sudah mengetahui sudah membeli benih di BBI, pada prinsipnya masih kami usahakan jalan keluar terbaik, mudah-mudahan anggaran mendukung," tukasnya.

Untuk menjaga populasi sumberdaya perikanan, Distakan juga sudah melakukan tebar benih ikan. Saat ini dalam tahap evaluasi dan hasilnya akan disosialisasikan untuk menganilisa sumber daya perairan di DAS Lamandau.

Ia berharap ada sinergitas program antara desa dan pemerintah daerah melalui Distakan supaya bisa  saling menunjang anggaran di bidang perikanan.

"Misalnya, dinas membuatkan keramba, sementara pemerintah desa melalui pembiayaan Dana Desa bisa memberikan dukungan pengadaan benih dan pakan sehingga melalui penyuluh kita bisa memberikan pelatihan dan pembinaan," demikian Atang.