Kiai soroti pernyataan fungsionaris PBNU terkait seorang purnawirawan TNI sebagai Menag

id Surabaya,purnawirawan TNI sebagai Menag,Kiai soroti pernyataan fungsionaris PBNU terkait seorang purnawirawan TNI sebagai Menag, Sekretaris FK3JT Muha

Kiai soroti pernyataan fungsionaris PBNU terkait seorang purnawirawan TNI sebagai Menag

Sekretaris FK3JT Muhammad Maftuh (dua kiri) saat mendampingi ketua Ketua FK3JT Jatim KH Fahrurrozi (kiri) di Surabaya beberapa waktu lalu. (ANTARA/HO/Dok FK3JT)

Surabaya (ANTARA) - Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) menyoroti pernyataan salah seorang fungsionaris Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) terkait penunjukan menteri agama di Kabinet Indonesia Maju.

"Jadi kesannya NU lebih politik dari pada partai politik. Kami sangat menyayangkannya," ujar Sekretaris FK3JT Muhammad Maftuh di Surabaya, Sabtu.

Melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, FK3JT mendukung sepenuhnya Presiden Joko Widodo mempercayakan pembantunya, termasuk memilih seorang Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi sebagai menteri agama (Menag).

"Beliau purnawirawan jenderal yang agamawan. Apalagi ini karena persoalan yang sangat mendasar di Indonesia ini adalah radikalisme dan terorisme," ucap Gus Maftuh, sapaan akrabnya.

FK3JT, kata dia, juga menilai bahwa NU itu politiknya kebangsaan dan keumatan, bahkan sejak negara ini didirikan tidak pernah meminta-minta jabatan.

Menurut dia, apa pun keputusan Presiden Joko Widodo diyakini semuanya demi kesejahteraan rakyat Indonesia dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebelumnya, Ketua PBNU Robikin Emhas mengungkapkan ia dan pengurus PBNU lainnya banyak menerima pertanyaan dari para kiai terkait Menteri Agama yang disebutnya mayoritas menuai kekecewaan.

Penunjukan Fachrul Razi sebagai Menteri Agama menuai kekecewaan dari kiai-kiai. Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, KH Robikin Emhas mengaku mendapat banyak pertanyaan dari kiai.

Menurut Robikin, para kiai paham Kementerian Agama harus berada di garda depan dalam mengatasi radikalisme berbasis agama.

"Namun, para kiai tak habis mengerti terhadap pilihan yang ada," ucapnya.