Psikolog sebut generasi 'sandwich' rentan stres

id generasi sandwich,Psikolog sebut generasi 'sandwich' rentan stres,deperesi

Psikolog sebut generasi 'sandwich' rentan stres

Generasi sandwich membiayai kelangsungan hidup anggota keluarga yang besar seperti orang tua, kakak-adik, pasangan hingga anak-anaknya. (Independence Health Services)

Jakarta (ANTARA) - Generasi sandwich memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga besarnya, tak sedikit di antara mereka yang rentan terhadap masalah stres.

Generasi sandwich adalah seseorang yang memiliki tanggung jawab membiayai kelangsungan hidup dan kesejahteraan anggota keluarga yang besar seperti orang tua, kakak-adik, pasangan hingga anak-anaknya.

Vera Itabiliana Hadiwidjojo, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia, mengatakan sudah menjadi kewajiban bagi orang Asia untuk membalas budi orangtuanya dengan merawat mereka di hari tua sebagai wujud kasih sayang. Di saat bersamaan, generasi sandwich ini juga berkewajiban mengasuh serta memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dan diri mereka sendiri.

Baca juga: Langkah cerdas atur keuangan untuk generasi 'sandwich'

"Karena multi peran yang mereka jalani, generasi sandwich ini rentan stress karena banyaknya tekanan, antara lain masalah keuangan, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan rumah tangga. Juga karena terbatasnya waktu dan banyaknya tugas yang harus mereka kerjakan, generasi ini jadi mengabaikan masalah self-care untuk diri mereka sendiri," kata Vera dalam peluncuran Avrist Prime Hospital Surgical, Senin.

Untuk menghindari stres dan tekanan, generasi itu harus berkomunikasi dengan generasi sebelum dan sesudahnya. Selain itu, Vera juga memberikan lima prinsip utama untuk menjadi generasi sandwich yang berbahagia, berikut ini adalah penjelasannya.

Baca juga: Survei sebut kaum milenial kesulitan jalani WFH

Temukan waktu untuk diri sendiri

Setelah merawat orangtua dan anak-anak secara bersamaan, luangkan waktu untuk diri sendiri demi rejuvenasi energi, pikiran dan jiwa.

"Harus ada jeda di antar kerusuhan mengurusi semua, enggak usah merasa bersalah. Saat memperhatikan diri kita sendiri, ini juga untuk kepentingan orang lain," kata Vera.

Cari dukungan

Bagi beban pikiran dan masalah dengan menceritakan tantangan yang tengah dihadapi kepada para sahabat. Dukungan moral memiliki keampuhan pemulihan yang manjur.

Buat skala prioritas

Buat klasifikasi prioritas, mana yang penting, lebih penting, paling penting dan darurat. Dengan adanya skala prioritas, masalah yang timbul bisa diselesaikan satu per satu.

Baca juga: Berada dalam peti mati yang dikelilingi zombie untuk bebaskan stres akibat COVID-19

Realistis

Sesuaikan kebutuhan dengan kemampuan diri dan jangan memaksakan semua hal harus ditanggung sendiri. Sebab hal inilah yang nantinya dapat memicu stres.

"Generasi sandwich ini ada di posisi dilematis, kalau terpaksa harus membantu ya bantu, kalau enggak bisa ya disampaikan saja. Balik ke skala prioritas mana yang penting buat saya dan keluarga," ujar Vera.

Baca juga: Studi sebut sejumlah pasien sembuh COVID-19 alami gangguan kejiwaan

Baca juga: Tips hindari stres saat mengajari anak di rumah

Baca juga: Tekanan akademis bisa sebabkan anak kena gejala depresi