Unggahan Trump di Facebook dan Twitter dihapus unggahan karena hoaks

id donald trump,hoaks,Unggahan Trump di Facebook dan Twitter dihapus unggahan karena hoaks

Unggahan Trump di Facebook dan Twitter dihapus unggahan karena hoaks

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) berjalan keluar dari Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed di Bethesda, Maryland, Amerika Serikat, Senin (5/10/2020). Presiden Trump kembali berkantor di Gedung Putih, Washington setelah menjalani empat hari perawatan akibat terpapar virus corona baru atau COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst/wsj.

Jakarta (ANTARA) - Media sosial Twitter dan Facebook bereaksi terhadap unggahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump karena menyebarkan misinformasi yang dianggap melanggar aturan platform tersebut.

Dikutip dari Reuters, Presiden Trump pada Senin membagikan informasi di media sosial bahwa masyarakat tidak usah takut terhadap COVID-19, setelah tiga hari di rawat di rumah sakit militer di luar Washington karena terinfeksi virus corona.

Trump disebut menyamakan COVID-19 dengan sakit flu.

Facebook, menurunkan unggahan tersebut, namun, sebelum dihapus, sempat dibagikan sebanyak 26.000 kali oleh warganet.

"Kami menghapus informasi tidak benar mengenai keparahan COVID-19," kata juru bicara Facebook kepada Reuters.

Baca juga: Copot masker di Gedung Putih, Donald Trump menuai kritik

Twitter mematikan fitur retweet ke unggahan Trump dan melabeli cuitan tersebut karena "menyebarkan informasi menyesatkan dan berbahaya berkaitan dengan COVID-19". Cuitan tersebut masih bisa diakses.

Twitter mengatakan mereka berusaha merespons lebih cepat dan terbuka terhadap cuitan misinformasi.

Juru bicara kampanye Trump, Courtney Parella menyatakan media sosial punya agenda sendiri dengan menyensor unggahan sang presiden.

"Silicon Valley dan media arus utama secara konsisten menggunakan platform mereka untuk menakut-nakuti dan menyensor Presiden Trump, demi kepentingan agenda mereka sendiri. Bahkan sekarang, ketika waktu-waktu kritis melawan virus corona," kata Parella.

Reuters mengutip data Centers for Disease Control an Prevention, flu menewaskan 22.000 orang di AS pada musim flu 2019-2020.

Sejak kasus COVID-19 di AS awal tahu ini, lebih dari 210.000 nyawa di negara tersebut dinyatakan tewas akibat COVID-19, angka tersebut merupakan angka kematian tertinggi di dunia akibat virus tersebut.

Baca juga: Rupiah bergerak menguat seiring keluarnya Trump dari RS

Baca juga: Trump diminta sampaikan pesan tentang pentingnya masker

Baca juga: Donald Trump tinggalkan RS dan kembali ke Gedung Putih