Pelatih Southampton menangis setelah timnya kalahkan Liverpool
Jakarta (ANTARA) - Pelatih Southampton Ralph Hasenhuettl meneteskan air mata kegembiraan dan berlutut saat peluit akhir setelah Danny Ings membuat The Saints secara mengejutkan menang 1-0 atas juara bertahan Liga Premier Liverpool, Senin waktu setempat atau Selasa WIB.
Perayaan emosional pelatih asal Austria itu mungkin membuat beberapa penggemar berpikir bahwa Southampton baru saja mengamankan gelar Liga Premier. Namun, kemenangan atas Liverpool adalah kejadian langka bagi The Saints dan pantas dirayakan Hasenhuettl yang mengambil alih klub pantai selatan pada 2018 itu.
Baca juga: Paceklik gol Liverpool berlanjut setelah takluk di markas Southampton
"Ada air mata di mata saya - karena angin!", Kata Hasenhuettl bercanda kepada BBC Sport seperti dikutip Reuters.
"Ketika Anda melihat tim kami berjuang dengan semua yang mereka miliki, itu membuat saya sangat bangga. Anda harus memiliki permainan yang sempurna untuk melawan Liverpool dan saya pikir kami memang memiliki itu."
Tim asuhan Hasenhuettl dipaksa bertahan dalam waktu lama di babak kedua, dan dia mengakui timnya harus bekerja keras saat tambahan waktu hingga akhirnya mampu mengakhiri pertandingan dengan kemenangan.
"Rasanya kami berada di bawah tekanan besar dan pertahanan di sekitar kotak penalti adalah kuncinya hari ini, kemudian tetap mencoba dan bermain tenang. Kami melakukannya dengan cara yang baik," katanya.
Sebaliknya dari pihak Liverpool, pelatih Juergen Klopp merasa sangat frustrasi setelah trio penyerang Roberto Firmino, Mohamed Salah dan Sadio Mane gagal mencetak gol meski mendominasi penguasaan bola di babak kedua.
"Apa yang mengecewakan? Berapa lama waktu yang kita punya?" katanya kepada BBC. "Di awal, jelas, bukan hanya soal gol tapi awal secara umum. Selamat untuk Southampton, mereka pantas mendapatkannya."
Pelatih asal Jerman berusia 53 tahun itu mengatakan bahwa timnya tahu apa yang diharapkan dari Southampton, namun timnya terjebak di awal pertandingan tidak bisa mengembalikan ke permainan terbaik.
"Di awal, bagaimana kami bermain, di mana kami kehilangan bola - ini bukan ilmu roket. Kami seharusnya melakukan lebih baik. Kami bermain di tangan mereka dari awal," katanya.
"Mereka adalah para pemain yang luar biasa, tetapi mereka tidak siap sejak awal."
Perayaan emosional pelatih asal Austria itu mungkin membuat beberapa penggemar berpikir bahwa Southampton baru saja mengamankan gelar Liga Premier. Namun, kemenangan atas Liverpool adalah kejadian langka bagi The Saints dan pantas dirayakan Hasenhuettl yang mengambil alih klub pantai selatan pada 2018 itu.
Baca juga: Paceklik gol Liverpool berlanjut setelah takluk di markas Southampton
"Ada air mata di mata saya - karena angin!", Kata Hasenhuettl bercanda kepada BBC Sport seperti dikutip Reuters.
"Ketika Anda melihat tim kami berjuang dengan semua yang mereka miliki, itu membuat saya sangat bangga. Anda harus memiliki permainan yang sempurna untuk melawan Liverpool dan saya pikir kami memang memiliki itu."
Tim asuhan Hasenhuettl dipaksa bertahan dalam waktu lama di babak kedua, dan dia mengakui timnya harus bekerja keras saat tambahan waktu hingga akhirnya mampu mengakhiri pertandingan dengan kemenangan.
"Rasanya kami berada di bawah tekanan besar dan pertahanan di sekitar kotak penalti adalah kuncinya hari ini, kemudian tetap mencoba dan bermain tenang. Kami melakukannya dengan cara yang baik," katanya.
Sebaliknya dari pihak Liverpool, pelatih Juergen Klopp merasa sangat frustrasi setelah trio penyerang Roberto Firmino, Mohamed Salah dan Sadio Mane gagal mencetak gol meski mendominasi penguasaan bola di babak kedua.
"Apa yang mengecewakan? Berapa lama waktu yang kita punya?" katanya kepada BBC. "Di awal, jelas, bukan hanya soal gol tapi awal secara umum. Selamat untuk Southampton, mereka pantas mendapatkannya."
Pelatih asal Jerman berusia 53 tahun itu mengatakan bahwa timnya tahu apa yang diharapkan dari Southampton, namun timnya terjebak di awal pertandingan tidak bisa mengembalikan ke permainan terbaik.
"Di awal, bagaimana kami bermain, di mana kami kehilangan bola - ini bukan ilmu roket. Kami seharusnya melakukan lebih baik. Kami bermain di tangan mereka dari awal," katanya.
"Mereka adalah para pemain yang luar biasa, tetapi mereka tidak siap sejak awal."