Palangka Raya (ANTARA) - Ernawati (40) di Palangka Raya, Kalimantan Tengah sukses mengikuti jejak sang ayah mengembangkan usaha di bidang tekstil atau kain dan perlengkapan jahit yang bernama Cahaya Sablon yang berada di Jalan Seth Adjie.
“Kalau usaha mulai saya kecil, sedari kecil ikut menjaga toko bersama bapak," katanya.
Ia bercerita, sejak SMP selalu diajak bapak atau ayahnya langsung untuk membantu di toko, hingga seiring berjalannya waktu, akhirnya memegang sendiri usaha tersebut pada tahun 2012 dan lepas dari ayahnya.
"Saya mengembangkan itu pada 2012 dengan usaha tambahan payet,” terangnya.
Usahanya tersebut dari waktu ke waktu semakin berkembang, terlebih toko yang dimilikinya itu, menyediakan barang yang lengkap sesuai keperluan konsumen umum maupun keberadaan penjahit.
Saat ini, Toko Cahaya Sablon memiliki empat cabang, dengan aset sebanyak tiga unit toko. Dari usahanya, Ernawati mampu mengantongi omzet hingga Rp12,5 juta per hari, dan lebih rendah jika sedang sepi pelanggan.
“Kami dalam satu toko itu dapat Rp12,5 juta per hari, paling sepinya Rp7-8 juta per hari,” ungkap ibu satu anak ini.
Tak selalu mulus, usaha Ernawati juga terdampak pandemi, bahkan omzet usaha sempat anjlok hingga 74 persen. Hanya saja kondisi tersebut tak membuatnya menyerah.
Ikut memikirkan kondisi para pekerja yang tidak mendapat penghasilan lagi, Ernawati beralih berjualan masker dan jenis-jenis herbal untuk tambahan penghasilan.
Selain itu, Ernawati memproduksi baju kebaya dari kain yang ada di toko agar para pemayet tetap mendapatkan pemasukan khusus di masa pandemi COVID-19.
“Alhamdulillah dari bahan-bahan di toko di payet sendiri. Jadi saya memanfaatkan bahan-bahan brukat, kami payet sendiri biar mereka tetap ada pendapatan. Sehingga saat ini enam orang yang mempayet,” terangnya dalam rilis yang diterima dari BRI tersebut.
Ernawati mengaku tidak mengalami kesulitan dalam menjalankan usaha ini. Terbiasa bekerja sejak kecil membantu sang ayah, sehingga saat sibuk dengan pekerjaan di toko, ia pun tak terbebani melainkan menikmatinya.
Jadi Nasabah BRI
Selain mengikuti jejak sang ayah membuka usaha jahit, ada satu lagi yang diikuti Ernawati. Yakni, dia kerap mengantar ayah ke bank untuk meminjam modal usaha. Dari sini, saat ingin mengembangkan usahanya, Ernawati tak lagi ragu melakukan hal yang sama.
"Kalau bapak pinjam ke BRI saya sering ikut. Akhirnya saya belajar dengan melihat bapak saya, dan kemudian saya meminjam Rp400 juta untuk mengembangkan usaha,” terang Ernawati.
Akhirnya pada 2012, perempuan asal Palangka Raya ini resmi menjadi nasabah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Dari pinjaman Rp400 juta itu, Rp125 juta digunakan untuk membuka usaha payet, kemudian sisanya digunakan untuk kebutuhan kain dan perlengkapan jahit.
“Saya pinjam Rp 400 juta dipakai untuk payet dan sisanya digunakan untuk kebutuhan toko punya bapak,” ujarnya.
Dari usaha payet tersebut, Ernawati memberdayakan empat hingga enam ibu-ibu rumah tangga di sekitarnya sebagai pemayet. Ernawati ingin para perempuan itu bisa menambah pemasukan untuk kebutuhan rumah tangganya.
Untuk sistem penggajian pekerja payet, ia menerapkan sistem target. Pendapatan mereka tergantung seberapa banyak yang dihasilkan. Biasanya satu pekerja mampu memperoleh Rp150-Rp250 ribu per harinya.
“Dihitung sesuai yang dikerjakan mereka, pendapatan sekitar Rp150 ribu per hari, ada yang sampai Rp200-250 ribu per hari,” ungkapnya.
Ernawati kemudian memberanikan diri kembali meminjam KPR untuk pembelian ruko. Kemudian dari sinilah Toko Cahaya Sablon mempunyai empat cabang dengan aset tiga unit toko dan semuanya dimiliki melalui pembiayaan BRI. Satu toko telah lunas dan dua toko masih berjalan pembayarannya di BRI Palangka Raya. Berkat bantuan dari BRI usaha yang ia miliki semakin berkembang.
“BRI, mereka sangat membantu. Mereka percaya dengan saya karena saya fokus, kalau menabung selalu di BRI jadi mereka bisa melihat perputaran keuangan saya. Ketika saya butuh bantuan modal BRI cepat kasihnya,” ucapnya.
Ernawati juga berharap kedepannya bisa menambah toko baru lagi khusus payet. Agar bisa memberdayakan lebih banyak perempuan-perempuan di sekitarnya.