"Untuk organisasi, kami menyarankan untuk menguji seluruh tenaga kerjanya untuk mengidentifikasi kelemahan strategis dalam bahasa Inggris," jelas McCornick saat diskusi daring, Senin.
"Perusahaan juga dapat memberi penghargaan kepada karyawan yang menginvestasikan waktu untuk meningkatkan bahasa Inggris mereka," sambungnya.
Lebih lanjut, McCornick juga menyarankan kepada pemerintah dan otoritas pendidikan untuk dapat mempertimbangkan jam yang tersedia dalam kurikulum dan tingkat kecakapan yang dibutuhkan dan dapat dicapai dalam setiap tingkatan.
"Kami merekomendasikan agar bahasa Inggris diajarkan dengan pendekatan berbasis komunikasi, sebuah metodologi yang menyeimbangkan akurasi dan kepercayaan diri. Kami juga menekankan peran penting guru dalam mendukung siswanya untuk menjadi pembicara yang lebih mandiri," ujar McCornick.
"Dan untuk individu perseorangan dalam belajar bahasa Inggris setiap hari meskipun hanya beberapa menit dapat menjadi pengalaman yang kuat untuk membantu Anda belajar dalam jangka panjang," lanjutnya.
Tahun ini capaian EPI (English Proficiency Index) Indonesia berada di peringkat 80 dari 112 negara. Dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga, capaian EPI Indonesia tahun ini berada jauh di bawah Singapura, Filipina, dan Malaysia yang berhasil menempati posisi tiga besar EPI di kawasan Asia.
Selain itu, Vietnam juga dikabarkan berada pada peringkat yang lebih unggul dibandingkan dengan Indonesia yakni berada pada peringkat 66 secara global. Vietnam memiliki selisih skor EPI sebesar 20 poin dibandingkan dengan Indonesia.
Baca juga: Kecakapan berbahasa Inggris di Indonesia turun peringkat
Baca juga: PKM FKIP UPR hasilkan tulisan bahasa Inggris bertema lokal
Baca juga: Bahasa resmi kedua Vietnam bahasa Indonesia ternyata hoaks