Seperti dikutip dari Livestrong, Sabtu, saat daging dimasak pada suhu tinggi, misalnya dipanggang atau digoreng, ada dua zat yang terkait dengan risiko kanker diproduksi yakni amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH).
Menyantap daging yang dimasak dengan baik dan sangat matang secara signifikan meningkatkan risiko kanker prostat, menurut sebuah penelitian terhadap sekitar 23.000 orang dalam Jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention edisi Januari 2008.
Baca juga: Benarkah daging atau ayam tak harus dicuci sebelum dimasak?
HCA dan PAH juga terkait dengan peningkatan risiko munculnya kanker usus besar, berdasarkan studi dalam Nutrition and Cancer pada Oktober 2013.
Penelitian lain menghubungkan daging merah dengan kanker payudara terlepas dari metode memasaknya. Sebuah studi dalam International Journal of Cancer pada Agustus 2019 menunjukkan, orang yang banyak makan daging berisiko 23 persen lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan mereka yang makan lebih sedikit daging merah.
Di sisi lain, orang-orang yang menyantap lebih banyak daging unggas diamati memiliki risiko 15 persen lebih rendah terkena kanker daripada mereka yang tidak mengonsumsinya.
Para peneliti menemukan orang yang mengganti daging unggas dengan daging merah mengalami penurunan risiko kanker payudara paling signifikan.
Alasan lainnya orang-orang perlu membatasi asupan daging merah yakni demi menurunkan risiko terkena penyakit jantung. Sebuah studi dalam BMJ pada Juni 2019 menemukan hubungan antara penyakit jantung dan daging merah yang tidak diproses.
Peneliti studi mengamati data kesehatan sekitar 80.000 orang tanpa penyakit jantung. Mereka yang makan lebih banyak daging merah selama periode delapan tahun lebih mungkin meninggal dalam delapan tahun berikutnya.
Para peneliti menemukan, makan setengah porsi ekstra atau lebih daging olahan setiap hari dikaitkan dengan risiko kematian 13 persen lebih tinggi.
Orang yang memakan hanya dua porsi daging merah atau olahan dikaitkan dengan risiko 3-7 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung dan risiko kematian 3 persen lebih tinggi, menurut sebuah studi dalam JAMA Internal Medicine pada Februari 2020.
Sebuah studi yang dipublikasikan pada Agustus 2022 di jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology pada hampir 4.000 orang menemukan, asupan daging merah yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi.
Baca juga: Cara memotong bisa pengaruhi empuknya daging kambing
Baca juga: Tips mengolah daging yang sehat untuk jantung
Baca juga: Kini 'daging' berbahan nabati hadir di Indonesia