Manfaat teknik pernapasan dengan kerucutkan bibir

id teknik pernapasan,kerucutkan bibir

Manfaat teknik pernapasan dengan kerucutkan bibir

Seorang wanita melintas dengan latar belakang Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Jakarta (ANTARA) -
Praktisi kesehatan dr. Fridolin Seto Pandu mengungkapkan teknik pernapasan dengan mengerucutkan bibir (pursed lips breathing) bermanfaat untuk mengurangi sesak napas dan meningkatkan kadar oksigen dalam darah, khususnya saat kondisi udara tidak sehat akhir-akhir ini.

Dia dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, menjelaskan, teknik ini dilakukan dengan cara menghirup udara menggunakan hidung selama dua detik. Kemudian buang napas perlahan melalui bibir yang berbentuk kerucut selama empat detik.

"Latihan ini banyak gunanya, seperti mengatur pola nafas, menguatkan otot-otot pernafasan, dan mengurangi sesak nafas serta meningkatkan kadar oksigen dalam darah," kata dia.

Seto mengatakan, kondisi udara semakin tidak sehat, sementara masyarakat tidak dapat menghindari sepenuhnya untuk tak berada di luar ruangan sehingga potensi terkena penyakit gangguan pernapasan pun semakin tinggi.

Baca juga: Bantu tenangkan diri dengan teknik pernapasan 456

“Gunakan masker saat berada di luar ruang meski hanya sebentar. Seperti saat hendak berangkat ke kantor atau sekolah, makan siang di luar, berjalan di trotoar," katanya.

"Perlu menggunakan masker karena saat di jalan raya sudah pasti akan terpapar debu dan asap kendaraan," ujar dia.

Merujuk data situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas udara di DKI Jakarta pagi hari tadi berada dalam kategori tidak sehat dan masih menduduki sebagai kota paling berpolusi dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia.

Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 174, dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi polutan 88.2 mikrogram per meter kubik. Konsentrasi tersebut setara 17.6 kali dari nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dia lalu mengingatkan, selain di luar rumah, polusi udara juga sebenarnya ada dalam ruangan. Polusi dalam rumah juga dipicu oleh pemakaian produk pembersih berbasis kimia, sisa pembakaran dari dapur dan penggunaan perabot yang mudah menampung debu, seperti karpet dan tirai.

Baca juga: Selain teknik 'proning', ini latihan pernapasan untuk pasien COVID-19

Karena itu, Seto menyarankan warga membersihkan rumah secara rutin, menggunakan alat penyaring udara dengan filter HEPA untuk mengurangi partikel debu, allergen dan polutan lainnya.

"Pilih produk pembersih alami atau yang tidak mengandung VOC (volatile organic compounds) karena dapat mengiritasi saluran pernapasan serta pastikan rumah memiliki cukup jendela dan ventilasi untuk sirkulasi udara yang optimal, terutama di dapur dan kamar mandi," kata dia.

Kemudian, bertepatan dengan peringatan HUT ke-79 RI, Seto mengajak warga khususnya generasi muda mengisi kemerdekaan dengan peduli bahaya polusi udara, peduli kesehatan paru, dan perbaiki gaya hidup demi memperkuat sistem pernafasan.

Dia juga mengajak masyarakat mencegah risiko penyakit saluran pernafasan termasuk kanker paru dan kanker lainnya, seperti laring, faring
dan nasofaring.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta hari ini nomor dua terburuk di dunia

Salah satu kegiatan sederhana yang dapat dilakukan, yakni berolahraga jalan kaki (jogging)
atau berenang.

"Lakukan secara rutin setidaknya 30 menit setiap hari dan 5 kali dalam seminggu. Olahraga dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan keseluruhan tubuh serta memperbaiki fungsi paru-paru," ujar dia.

Cara berikutnya untuk menekan potensi risiko terkena penyakit pernafasan adalah memperbaiki gaya hidup agar sistem imun tetap kuat sehingga dapat diandalkan melawan infeksi pernapasan.

Baca juga: Awas! Terpapar polusi udara terus-menerus bisa depresi

Caranya, dengan memastikan tubuh cukup istirahat sekitar delapan jam per malam, menjaga tingkat stres, tubuh tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih, konsumsi makanan sehat dan tubuh ternutrisi dengan vitamin C, vitamin D dan zinc.

Baca juga: Kualitas udara Jakarta duduki posisi empat terburuk di dunia

Baca juga: Kualitas udara Jakarta hari ini paling buruk di dunia

Baca juga: Polusi kendaraan bermotor picu tekanan darah tinggi