Jakarta (ANTARA) - Banyak orang melewatkan sarapan karena mereka terlalu terburu-buru atau tidak fokus atau sekadar tidak lapar di pagi hari.
Menurut ahli, sarapan pagi idealnya berupa kombinasi protein, serat, dan lemak yang menstabilkan gula darah, memberi energi, dan membuat kenyang, sehingga cenderung tidak makan berlebihan di kemudian hari.
Ditulis laman Channel News Asia, Minggu (5/1), seorang ahli diet terdaftar Lindsay Malone, mengatakan beberapa orang cocok dengan sarapan namun juga merasa baik-baik saja tanpa sarapan, tetapi mungkin ada konsekuensi yang tidak di perhatikan.
Jika seseorang makan atau ngemil menjelang tidur, tubuh mungkin masih mencerna makanan dari malam sebelumnya.
Namun, saat melewatkan sarapan, kalori yang hilang akan digantikan pada saat sesi makan pada hari itu.
"Dan kemudian Anda mungkin makan sepertiga kalori Anda dengan ngemil setelah makan malam," kata Malone.
Baca juga: Pentingnya pengaturan sarapan untuk jaga kesehatan
Baca juga: Berikut pilihan sarapan sehat bantu kendalikan kadar gula darah
Baca juga: 65 persen anak usia sekolah tak sarapan
Tubuh yang mencerna lebih banyak makanan saat seharusnya beristirahat dapat menyebabkan tidur yang lebih buruk dan penambahan berat badan, tambahnya.
Secara fisiologis, ada banyak mekanisme yang berperan untuk mendorong tubuh kita makan di pagi hari," kata Ivory Loh, ahli gizi terdaftar di Seattle.
Namun, jika sudah bertahun-tahun tidak sarapan, tubuh mungkin berhenti mengirimkan isyarat lapar yang selama in diabaikan.
Selain itu, sarapan dengan kopi, atau yang dicampur susu dapat menekan nafsu makan dan memberi sedikit energi. Akibatnya menjadi tidak fokus, dan tidak menyadari bahwa dorongan kopi telah hilang lalu beberapa jam kemudian akan terasa sangat lapar.
"Seolah-olah tubuh Anda mengirim pesan teks kepada Anda, dengan tenang, dan Anda tidak menjawabnya. Lalu tubuh Anda mulai memanggil, lalu menelepon dengan cepat. Saat Anda mulai memperhatikan, tubuh Anda berteriak dengan nada mendesak," kata Loh. Sering kali, saat itulah kita mengejar ketertinggalan dengan makanan yang mudah didapat.
Meskipun rasa lapar diabaikan, Lauren Au, seorang profesor madya nutrisi di University of California-Davis mengatakan setidaknya perlu makan seperti yoghurt serta pisang. Pilihan lain termasuk smoothie atau satu sendok kolagen dalam kopi untuk protein, tambah Malone.
Malone mengatakan jika seseorang membatasi jam makan dalam sehari atau dikenal sebagai puasa intermiten, dapat membantu penurunan berat badan yang sedang dan menstabilkan gula darah bagi mereka yang menderita diabetes tipe 2, namun tidak boleh asal-asalan.
Penderita diabetes, khususnya, harus berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk membuat rencana, karena gula darah tinggi atau rendah dapat berbahaya.
"Sarapan mungkin tidak cocok untuk setiap orang. Jika Anda mendapatkan cukup nutrisi untuk tubuh Anda di kemudian hari, itu bagus, Jangan jadikan itu sebagai renungan," kata Loh.