Sampit (ANTARA) - Bencana bertubi-tubi di berbagai belahan bumi, mulai dari bencana ekologis seperti kebakaran hutan dan pemanasan global, munculnya pandemi COVID-19, peperangan yang merenggut ribuan nyawa, kelaparan, hingga isu ancaman pecahnya perang dunia III, sering dikaitkan sebagai tanda-tanda akhir dunia.
Berbagai bencana alam hingga diperparah dengan pertentangan politik internasional yang sewaktu-waktu bisa memicu pecahnya peperangan besar, seakan menjadi suguhan informasi menakutkan yang tidak bisa begitu saja diabaikan.
Menyikapi situasi itu, perlu kejernihan berpikir untuk menelaah semua yang terjadi. Ada informasi yang perlu diperdalam dan direnungi agar menjadi acuan mendapatkan solusi, namun ada pula informasi yang cukup hanya dijadikan referensi dalam kerangka berpikir.
Sejalan situasi itu, telah terbit buku berjudul "Malapetaka Global" yang ditulis oleh Zin D. Gani. Buku ini diterbitkan oleh Pustaka Aksara yang dirilis pada Januari 2025. Buku setebal 379 halaman dengan mengangkat isu global ini menarik untuk dibaca.
Buku Malapetaka Global ini merupakan bentuk keprihatinan terhadap situasi dunia yang seakan sudah memberi tanda berada di ujung perjalanannya. Kerusakan alam dibalas setimpal dengan dampaknya yang mulai terlihat di mana-mana, ditambah adu ego para pemimpin negara-negara kuat yang tidak belajar dari sejarah sehingga menciptakan bom waktu kembali terjadinya perang dunia.
Pandemi COVID-19 menjadi pintu masuk bahasan dalam buku ini. Wabah yang mengglobal ini menjadi peringatan, refleksi dan tuntutan komitmen bagi semua negara, kepala negara, pengambil kebijakan dan setiap insan untuk menyadari bahwa ada kekuatan besar yang tidak bisa dilawan manusia dan mengharuskan manusia dan alam semesta tunduk kepada-Nya.
Pandemi COVID-19 juga menjadi momen menjabarkan malapetaka global lainnya yang sedang terjadi maupun mengarah pada ancaman yang lebih serius, yaitu kerusakan hutan yang berdampak pada pemanasan global serta konflik berkepanjangan di sejumlah kawasan yang berpotensi memicu terjadinya perang dunia ketiga.
Buku ini juga mengangkat sisi lain dampak pandemi COVID-19 yang seakan memberi waktu bagi bumi untuk beristirahat sejenak dan memulihkan diri. Berbagai kebijakan pembatasan di setiap negara terbukti membawa dampak signifikan terhadap penurunan emisi gas rumah kaca. Waktu yang tepat dalam meruwat dan merawat bumi.
Dalam bahasannya, buku ini melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang. Buku padat data ini tidak hanya memaparkan argumen dari fakta sejarah dan keilmuan, tetapi juga menyentuhnya dari sisi agama dan Ketuhanan bahwa sejatinya yang terjadi saat ini sudah diperingatkan sejak ribuan tahun lalu oleh Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa Rasul-Nya.
Jelas dikabarkan bahwa kerusakan di muka bumi ini tidak lain adalah akibat ulah tangan manusia sendiri. Sebaliknya, komitmen dan aksi nyata manusia pula yang akan berperan besar untuk bisa memperbaiki dan menyelamatkan kondisi saat ini, sebelum bumi dan alam semesta dihancurkan sehancur-hancurnya ketika kiamat kubra datang.
Buku Malapetaka Global ini memang terlihat akan menjadi bacaan berat. Tidak saja dari judulnya, tetapi juga dari isinya sebanyak 379 halaman. Penulisannya yang banyak mengangkat sejarah dan ajaran agama, juga memerlukan penghayatan yang lebih agar pembaca tidak gagal paham dalam memaknai setiap pesan yang disampaikan.
Itulah serunya membaca buku Malapetaka Global. Tetapi rasa berat itu akan terbayarkan dengan kepuasan setelah membacanya hingga tuntas. Kuatnya argumen yang didukung data sejarah, seolah memaksa pembaca untuk mengamini opini yang dibangun dan ditargetkan dalam buku ini.
Jangan menganggap sepele pembahasannya yang cukup luas secara global, tetapi percayalah visi buku ini cukup kuat dalam membangun kesadaran satu persatu pembacanya untuk termotivasi ikut berperan menyelamatkan bumi dan peradaban, setidaknya dimulai dari kapasitas diri masing-masing.
Kuatnya data sejarah yang dipaparkan menunjukkan kapasitas dan kerja keras penulis dalam menyajikan buku ini secara optimal. Ciri khas karya penulis-penulis lawas yang mengungkapkan pendapat secara idealis dengan menyajikan fakta sejarah, ketimbang koar-koar meneriakkan opini pribadi.
Buku ini sangat mengedukasi dan menuntun pembaca dalam menggugah perubahan pola pikir untuk kembali kepada hukum alam dan Ketuhanan. Perusakan alam dan penindasan manusia akan dibalas karma secara nyata di dunia dan di hari pembalasan kelak.
Buku Malapetaka Global ini sangat direkomendasikan untuk dibaca. Semua dalam buku ini semuanya adalah isi. Setiap halamannya mengangkat pesan-pesan penting yang didasari pada fakta sejarah. Dari halaman ke halaman merupakan satu rangkaian cerita yang sayang untuk dilewatkan untuk dibaca.
Meski cukup tebal, tetapi buku ini sangat menarik dan mengundang penasaran untuk membacanya hingga tuntas. Melihat dari bobot narasinya yang padat makna, bahkan mungkin saja buku ini bisa saja jumlah halamannya lebih banyak jika ditulis oleh orang awam yang tidak memiliki kemampuan merangkum data dan menyusun kalimat secara lugas, sistematis dan efisien.
Dari penulisannya juga cukup sulit untuk menemukan kekeliruan, kecuali dalam hal-hal kecil yang masih dalam taraf pemakluman sebagai bagian dari kekurangan seorang manusia. Bagi pembaca, buku Malapetaka Global ini memberi pengaruh positif, khususnya dalam membangun komitmen pribadi dalam ikut andil merawat bumi dan peradaban untuk bertahan lebih lama.
Saat ini buku "Malapetaka Global" sudah memasuki cetakan kedua. Buku ini mendapat respons baik dari kalangan pembaca.
