Jakarta
(ANTARA News) - Rupanya, masalah harga jadi penentu utama yang mendorong
TNI AD menjatuhkan pilihan pada helikopter angkut-serbu buatan
Sikorsky, UH-60 Black Hawk. Semula, dana yang telah disorong pemerintah digadang-gadang untuk membeli AH-64 Apache, buatan Boeing, juga dari Amerika Serikat.
"Kami masih mengkaji terus. Black Hawk
menjadi pilihan bagus," kata Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Pramono
Wibowo, seusai penandatanganan nota kesepahaman bersama Markas Besar TNI
AD, PT Pertamina Persero dan PT BRI Persero Tbk, di Jakarta, Senin.
Jenderal
yang juga adik ipar Presiden Susilo Yudhoyono itu tidak mengungkap
angka persis harga masing-masing helikopter itu, kecuali bahwa harga Apache "masih standar". Dia meninjau langsung ke pabriknya, di Wichita, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu.
Namun ternyata, waktu berjalan juga harga Apache itu naik terus; di sinilah TNI AD patah arang, yang dia nyatakan, "Pas datang harga sesuai, pas deal harga naik. Siapa yang menaikkan? Saya tidak tahu." Padahal, semula hasrat TNI AD ingin membeli AH-64D Long Bow, seri lebih lanjut dari Apache, yang sudah lama dimiliki Angkatan Darat Singapura (punya delapan unit).
Menurut Jane's Defence, perbedaan utama Black Hawk dan Apache pada fungsi asasinya. Apache murni untuk serang udara-darat atau (jika perlu) udara-udara memakai peluru kendali --semisal-- AIM-9X Sidewinder atau AGM-65 Maverick; sehingga dia tidak bisa difungsikan sebagai helikopter transport pasukan.
Black Hawk
--versi Angkatan Darat dari seri U-60-- didedikasikan untuk membawa
pasukan, evakuasi medik, pengawalan udara, atau (jika perlu) bisa juga
dijadikan helikopter serang udara-darat dalam skala terbatas. Kelemahan
utama Black Hawk jika difungsikan untuk keperluan terakhir ada pada sistem jamming radar dan avionika lain ketimbang Long Bow.
Pemerintah mengalokasikan 400 juta dolar Amerika Serikat duit negara untuk membeli delapan unit Apache (saat itu), dengan asumsi harga maksimal perunit "cuma" 45 juta dolar Amerika Serikat saja. Jika pilihan beralih ke Black Hawk, maka duit segitu bisa untuk membeli 20 unit, lengkap dengan pelatihan awak dan penerbangnya.
Kisah Black Hawk sangat ngetop setelah film Black Hawk Down karya Ridley Scott diluncurkan pada 2001, mengambil ide cerita sejati penyergapan gembong milisi-teroris di Somalia.